Rendra bercanda dengan Wira. Sementara itu, Wira yang mendengar ucapan Rendra langsung tertawa. Wira menyahut, "Hahaha .... Tenang saja, kamu nggak akan mendapatkan perintah rahasia ini ...."Wira sangat yakin dan Rendra pun tertawa. Perjalanan ini sangat aman karena dikawal oleh ribuan prajurit.Rendra berpesan, "Ibu kota kerajaan ada di depan sana, kamu harus lebih berhati-hati. Aku rasa Raja Ararya akan melancarkan triknya. Bagaimanapun, dia nggak akan membiarkan kamu masuk ke kota dengan tenang."Wira tentu tahu mengenai hal ini. Raja Ararya dan Byakta adalah orang yang ambisius. Jika Raja Tanuwi tidak mati, mereka berdua pasti akan menyembunyikan diri. Setidaknya, mereka tidak akan bertindak sekarang.Namun, sekarang Raja Tanuwi sudah meninggal sehingga sandaran Ibu Suri menghilang. Tentu saja, ambisi Raja Ararya dan Byakta pun muncul. Wira tahu jelas tentang hal ini. Jadi, dia juga tahu Raja Ararya sedang menunggu untuk melancarkan triknya."Aku tahu, nanti kita bertindak sesuai
"Ternyata kamu adalah Tuan Biantara, kepala eksekutor pasukan Kerajaan Agrel. Astaga, kamu sangat pandai berbicara dan rendah hati. Aku kira kamu adalah kasim istana. Maaf, maaf," ucap Wira meminta maaf sembari menangkupkan kedua tangannya pada Biantara.Mendengar ini, senyuman di wajah Biantara seketika sirna. Dia menatap Wira dengan niat membunuh yang dahsyat. Akan tetapi, dia tidak bertindak dan hanya tersenyum sambil berkata, "Tuan Wahyudi sudah terlalu sopan. Nasibku nggak begitu baik untuk menjadi kasim istana."Setelah mengatakan ini, Biantara menatap Dewina yang berdiri di belakang Wira, lalu melanjutkan, "Kamu pasti Nona Dewina, 'kan? Tim penjemputmu ada di sebelah sana. Mari saya antar Nona Dewina." Wira bisa melihat dengan jelas bahwa Biantara menunjukkan rasa hormat saat berhadapan dengan Dewina. Sebenarnya apa identitas Dewina? Dia sama sekali bukan pelayan rendahan seperti yang dikatakan. Melihat kepala eksekutor yang begitu hormat padanya, Wira berpikir bahwa Dewina pas
Mendengar ini, Biantara tersenyum sembari menjawab dengan santai, "Ini bukan rahasia lagi. Nona Dewina adalah selir Raja Kresna. Ketika mengintai di Kerajaan Nuala, dia mengganti namanya. statusnya juga cukup tinggi. Kenapa Tuan Wahyudi begitu penasaran dengan identitasnya? Jangan-jangan Tuan terpikat dengan kecantikan Nona Dewina, ya?" Wira hanya tersenyum dan mengelak, "Nggak, aku hanya penasaran saja."Putri Raja Kresna ternyata pergi ke Kerajaan Nuala sebagai mata-mata. Raja Kresna benar-benar licik juga. Namun, hal ini tidak mengherankan. Lagi pula, anak-anak dari keluarga besar tidak punya kendali atas diri mereka sendiri. Setelah membahas masalah ini, Biantara membawa mereka ke halaman, lalu berkata, "Ini adalah asrama para utusan. Tuan Wahyudi bisa membiarkan rombongan untuk istirahat dulu. Ibu Suri hanya ingin bertemu denganmu seorang."Ini memang peraturannya. Tanpa berpikir panjang, Wira meminta Danu dan lainnya untuk menunggu di asrama, lalu pergi menghadap Ibu Suri bersa
"Haha, semoga dia bisa hidup lebih lama," ucap Biantara sembari tersenyum acuh tak acuh. Kemudian, dia melanjutkan, "Baiklah, di depan sana adalah istana. Aku nggak akan masuk. Nantinya, akan ada orang yang mengantar Tuan Wahyudi masuk."Begitu tiba di luar aula besar istana, Biantara pun berhenti. Seorang kasim tampak mendekat dengan penuh hormat dan membawa Wira ke dalam. Setelah memasuki aula besar istana, Wira melihat para menteri Kerajaan Agrel yang berdiri di kedua sisi.Meskipun ini adalah Kerajaan Agrel, bangunan yang megah dan berkesan ini tak kalah dengan Kerajaan Nuala. Wira pun melihat sekeliling. Pada saat yang sama, dia juga melihat empat orang duduk di kedua sisi bagian depan. Salah satu di antara mereka adalah Giandra, sementara tiga orang lainnya adalah ketiga raja di Kerajaan Agrel.Mereka sama-sama memejamkan mata dan mengabaikan Wira. Akan tetapi, Wira juga tidak memedulikan mereka. Dia mengalihkan pandangannya ke arah sembilan anak tangga yang berada di depan.Di s
Perkataan Giandra membuat semua orang mengangguk setuju secara serempak. Akan tetapi, Senia malah bertanya, "Wira, bagaimana pendapatmu tentang keinginan Giandra untuk membalas dendam ayahnya?"Wira menjawab sambil tersenyum, "Yang Mulia, ini pasti hanya rumor yang disebarkan orang lain. Hamba sama sekali tidak membunuh Raja Tanuwi. Tolong jangan asal menuduh hamba atas hal ini."Lantaran mereka ingin bersandiwara, Wira juga tidak keberatan untuk menemani mereka. Giandra pun berkata dengan emosi, "Kurang ajar! Kamu yang membuat misil itu dan menyuruh orang untuk menembak ayahku. Bisa-bisanya kamu nggak berani mengakuinya. Wira, kamu benar-benar seorang pengecut. Apa kamu nggak berani mengakui tindakanmu sendiri?"Mendengar perkataannya, Wira buru-buru melambaikan tangan, lalu berkata, "Hais, Raja Tanuwi, tolong jangan memfitnahku. Misil itu memang dibuat olehku, tapi aku nggak pernah memerintahkan pembunuhan ayahmu."Wira melanjutkan, "Lagi pula, dalam pertempuran antara dua pasukan de
Tepat pada saat ini, Senia tiba-tiba mendengus dingin, lalu memarahi, "Ini adalah aula besar. Giandra, aku memahami niatmu untuk membalas dendam ayahmu, tapi ini bukan tempat untuk meluapkan emosi. Jangan membahas masalah ini lagi. Bubarlah!"Usai kata-kata itu dilontarkan, Wira melihat sosok di balik tirai bangkit dan pergi. Sementara itu, beberapa pengasuh juga membawa pergi sang Kaisar Cilik. Wira berkedip, lalu menangkupkan tangan seraya berkata, "Selamat jalan, Yang Mulia Kaisar dan Ibu Suri."Ketika Wira hendak pergi, seorang dayang mendekatinya dengan tergesa-gesa. Kemudian, wanita itu berkata, "Tuan Wira, Ibu Suri ingin bertemu dengan Anda."Wira tertegun sejenak. Bukannya Senia ... terburu-buru untuk bertemu dengannya? Bisa-bisanya dia memanggilnya di hadapan begitu banyak orang? Akan tetapi, karena itu yang diinginkan oleh Senia, Wira tentu harus menurut."Mohon pimpin jalannya," ucap Wira. Setelah itu, si dayang membungkuk dan membimbing Wira ke arah dalam. Segera, mereka pu
Senia menatap lurus ke arah Wira. Saat dia berkata demikian, Wira tidak merasakan adanya niat membunuh. Seperti yang Senia katakan, dia hanya ingin Wira menyadari kebenarannya.Wira pun tersenyum, lalu menjawab dengan santai, "Yang Mulia, Anda tidak mungkin membuat hamba datang kemari hanya untuk membunuh hamba, 'kan?"Senia sontak tertawa begitu mendengar perkataan ini. Setelah itu, dia berkata, "Wira, aku tahu kamu sangat cerdas. Ini juga alasan aku rela bersusah payah untuk mendatangkanmu ke Kerajaan Agrel. Tapi, perkataanku barusan memang nggak salah. Nyawamu benar-benar dalam kendaliku, bukan hanya di Kerajaan Agrel, bahkan di Kerajaan Nuala sekalipun."Sikap Senia sangat mendominasi ketika mengucapkan kata-kata ini. Wira yang terkejut pun bertanya, "Yang Mulia, apakah Anda ingin mengatakan bahwa Anda juga melindungi keselamatan hamba di Kerajaan Nuala?"Senia menjawab sambil tersenyum, "Kekuatan Kerajaan Agrel sudah jauh lebih besar daripada Kerajaan Nuala. Terutama setelah kemat
Saat ini, Senia tak kuasa bertanya, "Aku juga merasa bimbang. Apakah mereka akan menyadarinya .... Bagaimana menurutmu, apa yang seharusnya kulakukan selanjutnya?"Wira menjawab dengan tenang, "Dilanjutkan saja."Senia buru-buru bertanya dengan raut wajah kebingungan, "Kenapa? Bukannya kamu juga merasa bahwa mereka nggak percaya?"Wira mengambil cangkir, menyesap sedikit teh, lalu menjelaskan sambil tersenyum, "Pertama, meskipun mereka curiga dan ada kemungkinan mengetahui tentang niat Yang Mulia sehingga bersikap waspada, tapi ...."Wira melanjutkan, "Kalau Giandra terus bersikap seperti ini dan tidak berhenti berakting, bahkan memperdalam ketidakpuasannya terhadap Yang Mulia, seiring berjalannya waktu, ketiga raja itu pasti akan mulai percaya."Wira menimpali, "Selain itu, Giandra adalah Raja Tanuwi yang baru naik pangkat dan mengendalikan pasukan perbatasan, lantas bagaimana mungkin mereka tidak merasa iri? Jadi ... lama-kelamaan mereka pasti akan percaya. Meskipun ada beberapa jeja
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m