Share

Bab 699

Author: Arif
"Haha, semoga dia bisa hidup lebih lama," ucap Biantara sembari tersenyum acuh tak acuh. Kemudian, dia melanjutkan, "Baiklah, di depan sana adalah istana. Aku nggak akan masuk. Nantinya, akan ada orang yang mengantar Tuan Wahyudi masuk."

Begitu tiba di luar aula besar istana, Biantara pun berhenti. Seorang kasim tampak mendekat dengan penuh hormat dan membawa Wira ke dalam. Setelah memasuki aula besar istana, Wira melihat para menteri Kerajaan Agrel yang berdiri di kedua sisi.

Meskipun ini adalah Kerajaan Agrel, bangunan yang megah dan berkesan ini tak kalah dengan Kerajaan Nuala. Wira pun melihat sekeliling. Pada saat yang sama, dia juga melihat empat orang duduk di kedua sisi bagian depan. Salah satu di antara mereka adalah Giandra, sementara tiga orang lainnya adalah ketiga raja di Kerajaan Agrel.

Mereka sama-sama memejamkan mata dan mengabaikan Wira. Akan tetapi, Wira juga tidak memedulikan mereka. Dia mengalihkan pandangannya ke arah sembilan anak tangga yang berada di depan.

Di s
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tina Yuky
mantep lanjutkan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 700

    Perkataan Giandra membuat semua orang mengangguk setuju secara serempak. Akan tetapi, Senia malah bertanya, "Wira, bagaimana pendapatmu tentang keinginan Giandra untuk membalas dendam ayahnya?"Wira menjawab sambil tersenyum, "Yang Mulia, ini pasti hanya rumor yang disebarkan orang lain. Hamba sama sekali tidak membunuh Raja Tanuwi. Tolong jangan asal menuduh hamba atas hal ini."Lantaran mereka ingin bersandiwara, Wira juga tidak keberatan untuk menemani mereka. Giandra pun berkata dengan emosi, "Kurang ajar! Kamu yang membuat misil itu dan menyuruh orang untuk menembak ayahku. Bisa-bisanya kamu nggak berani mengakuinya. Wira, kamu benar-benar seorang pengecut. Apa kamu nggak berani mengakui tindakanmu sendiri?"Mendengar perkataannya, Wira buru-buru melambaikan tangan, lalu berkata, "Hais, Raja Tanuwi, tolong jangan memfitnahku. Misil itu memang dibuat olehku, tapi aku nggak pernah memerintahkan pembunuhan ayahmu."Wira melanjutkan, "Lagi pula, dalam pertempuran antara dua pasukan de

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 701

    Tepat pada saat ini, Senia tiba-tiba mendengus dingin, lalu memarahi, "Ini adalah aula besar. Giandra, aku memahami niatmu untuk membalas dendam ayahmu, tapi ini bukan tempat untuk meluapkan emosi. Jangan membahas masalah ini lagi. Bubarlah!"Usai kata-kata itu dilontarkan, Wira melihat sosok di balik tirai bangkit dan pergi. Sementara itu, beberapa pengasuh juga membawa pergi sang Kaisar Cilik. Wira berkedip, lalu menangkupkan tangan seraya berkata, "Selamat jalan, Yang Mulia Kaisar dan Ibu Suri."Ketika Wira hendak pergi, seorang dayang mendekatinya dengan tergesa-gesa. Kemudian, wanita itu berkata, "Tuan Wira, Ibu Suri ingin bertemu dengan Anda."Wira tertegun sejenak. Bukannya Senia ... terburu-buru untuk bertemu dengannya? Bisa-bisanya dia memanggilnya di hadapan begitu banyak orang? Akan tetapi, karena itu yang diinginkan oleh Senia, Wira tentu harus menurut."Mohon pimpin jalannya," ucap Wira. Setelah itu, si dayang membungkuk dan membimbing Wira ke arah dalam. Segera, mereka pu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 702

    Senia menatap lurus ke arah Wira. Saat dia berkata demikian, Wira tidak merasakan adanya niat membunuh. Seperti yang Senia katakan, dia hanya ingin Wira menyadari kebenarannya.Wira pun tersenyum, lalu menjawab dengan santai, "Yang Mulia, Anda tidak mungkin membuat hamba datang kemari hanya untuk membunuh hamba, 'kan?"Senia sontak tertawa begitu mendengar perkataan ini. Setelah itu, dia berkata, "Wira, aku tahu kamu sangat cerdas. Ini juga alasan aku rela bersusah payah untuk mendatangkanmu ke Kerajaan Agrel. Tapi, perkataanku barusan memang nggak salah. Nyawamu benar-benar dalam kendaliku, bukan hanya di Kerajaan Agrel, bahkan di Kerajaan Nuala sekalipun."Sikap Senia sangat mendominasi ketika mengucapkan kata-kata ini. Wira yang terkejut pun bertanya, "Yang Mulia, apakah Anda ingin mengatakan bahwa Anda juga melindungi keselamatan hamba di Kerajaan Nuala?"Senia menjawab sambil tersenyum, "Kekuatan Kerajaan Agrel sudah jauh lebih besar daripada Kerajaan Nuala. Terutama setelah kemat

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 703

    Saat ini, Senia tak kuasa bertanya, "Aku juga merasa bimbang. Apakah mereka akan menyadarinya .... Bagaimana menurutmu, apa yang seharusnya kulakukan selanjutnya?"Wira menjawab dengan tenang, "Dilanjutkan saja."Senia buru-buru bertanya dengan raut wajah kebingungan, "Kenapa? Bukannya kamu juga merasa bahwa mereka nggak percaya?"Wira mengambil cangkir, menyesap sedikit teh, lalu menjelaskan sambil tersenyum, "Pertama, meskipun mereka curiga dan ada kemungkinan mengetahui tentang niat Yang Mulia sehingga bersikap waspada, tapi ...."Wira melanjutkan, "Kalau Giandra terus bersikap seperti ini dan tidak berhenti berakting, bahkan memperdalam ketidakpuasannya terhadap Yang Mulia, seiring berjalannya waktu, ketiga raja itu pasti akan mulai percaya."Wira menimpali, "Selain itu, Giandra adalah Raja Tanuwi yang baru naik pangkat dan mengendalikan pasukan perbatasan, lantas bagaimana mungkin mereka tidak merasa iri? Jadi ... lama-kelamaan mereka pasti akan percaya. Meskipun ada beberapa jeja

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 704

    Wira pun menghela napas. Entah siapa yang menyebarkan rumor tentang dirinya yang adalah seorang pria hidung belang. Akan tetapi, apabila Senia benar-benar ingin menjodohkan Dewina dengannya, tampaknya mereka akan percaya!"Yang Mulia, karena Anda sudah berkata seperti itu, hamba tidak punya alasan untuk menolak. Tapi, apa yang akan hamba dapatkan setelah menikahi Dewina?" tanya Wira. Dia tidak akan tunduk begitu saja. Senia telah meminta banyak bantuan darinya. Lantas, bagaimana mungkin dia tidak meminta kompensasi?"Silakan sebutkan saja keinginanmu. Selama bisa melakukannya, aku pasti akan memenuhi keinginanmu," jawab Senia dengan penuh percaya diri.Wira juga tersenyum, lalu bertanya, "Yang Mulia begitu murah hati. Apakah Anda tidak khawatir bahwa hamba akan memanfaatkannya untuk keuntungan sendiri?"Senia malah berkata sambil tersenyum, "Kamu nggak akan melakukannya ....""Oh? Kenapa tidak? Ini adalah pertama kalinya Yang Mulia bertemu dengan hamba. Pepatah mengatakan, kenal orang

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 705

    Wira tertegun sejenak. Kemudian, pria itu melepaskan jubah hitamnya dan menunjukkan sosoknya. Dia berujar, "Salam, Ibu Suri."Ternyata pria ini adalah Raja Kresna. Wira memang terkejut, tetapi sebenarnya tidak ada yang aneh dengan hal ini. Wira tahu Raja Kresna adalah pejabat yang setia kepada Ibu Suri. Jadi, wajar saja kalau Raja Kresna bisa muncul di sini."Aku menyuruhnya datang untuk membicarakan sesuatu. Meskipun kamu nggak percaya pembunuhan terakhir kali itu perbuatannya, aku mau dia menjelaskannya secara langsung supaya nggak ada kesalahpahaman di antara kita," kata Senia. Dia melirik Raja Kresna sekilas.Raja Kresna langsung mengeluarkan bilah bambu dan menyerahkannya kepada Wira, lalu menjelaskan, "Sejak awal, di dalam Pasukan Bayangan sudah ada banyak masalah. Baik Raja Ararya atau Raja Byakta sudah menempatkan mata-mata di dalam Pasukan Bayangan.""Mereka mengerahkan Pasukan Bayangan sendiri dan berencana membunuhmu. Aku tahu rencana ini, tapi aku nggak mau ikut campur. Ala

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 706

    Biantara langsung tertawa setelah Wira selesai berbicara. Biantara berkata, "Tuan Wahyudi jangan bercanda. Kita selalu merasa segan dengan majikan, mana mungkin kita bisa bicara jujur dengan mereka?"Sesudah itu, Biantara memandang Wira sembari bertanya, "Tuan Wahyudi, apa pendapatmu tentang Kerajaan Agrel?"Wira mengangguk dan menjawab, "Kerajaan Agrel punya pasukan yang kuat dan negaranya sangat aman."Biantara tertawa mendengar ucapan Wira, lalu menimpali, "Tuan Wahyudi memang pandai bicara. Tapi, ada satu hal yang kurang sesuai di Kerajaan Agrel."Wira mengedipkan mata dan bertanya, "Apa yang kurang sesuai?"Biantara melirik Wira dan tersenyum, lalu menyahut, "Tuan Wahyudi, tapi kamu jangan anggap serius perbincangan kita."Wira mengangguk dan berujar, "Tenang saja. Hari ini, aku dan Tuan Biantara hanya mengobrol santai. Setelah itu, aku juga akan melupakannya. Jadi, aku nggak akan menganggapnya serius.""Baguslah kalau begitu," ucap Biantara. Kemudian, dia melanjutkan, "Kerajaan A

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 707

    Biantara melanjutkan perkataannya lagi, "Kedua, pasti masalah Raja Kresna. Ibu Suri juga menyuruhnya keluar untuk dijadikan umpan. Hanya saja ... umpan ini seperti hasutan yang mungkin berhubungan denganmu. Coba kutebak ... Ibu Suri ingin membuat Raja Kresna bermusuhan dengannya dan masalah ini harus berkaitan denganmu ...."Biantara menebak, "Tapi, bagaimana caranya? Jangan-jangan dengan ... menjodohkanmu?"Biantara tersenyum sambil memandang Wira. Dia juga menyipitkan mata untuk menyembunyikan niat membunuhnya.Wira menarik napas dalam-dalam, dia sangat terkejut. Biantara benar-benar pintar. Ternyata, dia bisa menebak siasat ini.Biantara menjelaskan, "Dewina ... memang pilihan yang bagus. Hanya saja ... kalau berbuat begitu, tetap saja mudah menimbulkan kecurigaan. Tuan Wahyudi, menurutmu ... apa 2 keluarga raja lain nggak bisa menebak trik Ibu Suri?""Hais ... terkadang wanita pikir dirinya pintar. Tapi, kenyataannya orang lain tetap bisa membaca isi pikirannya. Bukankah ini sangat

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3263

    Mendengar perkataan Wira, kavaleri yang berada di barisan belakang merasa sangat bersemangat karena mereka merasa ini adalah kemenangan besar.Melihat Wira berhasil membantai delapan ribu kavaleri musuh hanya dengan dua ribu kavaleri, Adjie, Agha, dan yang lainnya langsung bersorak dengan lantang.Melihat pemandangan itu, ekspresi Joko menjadi sangat muram. Dia sama sekali tidak menyangka delapan ribu kavaleri sudah habis dimusnahkan musuh hanya dalam waktu kurang dari satu jam. Dia hanya bisa menutup matanya dan berpikir kali ini semuanya benar-benar sudah berakhir. Melihat pasukan di barisan depan sudah kehilangan semangat tempur, dia berteriak, "Mundur!"Joko merasa satu-satunya pilihan mereka sekarang hanya mundur. Jika tetap bertahan, mereka benar-benar akan musnah.Tepat pada saat itu, seorang kavaleri di barisan depan bergegas mendekati Joko. Sebelum kudanya berhenti sepenuhnya, dia langsung melompat turun dan berlutut di depan Joko sambil memberi hormat. "Jenderal, ada surat da

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3262

    Wakil jenderal itu menganggukkan kepala, lalu segera pergi menyampaikan perintah Wira.Setelah Wira mengatur pasukannya untuk kembali menyerang, wakil jenderal yang sebelumnya pergi menyampaikan perintah pun kembali. Setelah melihat Wira, dia mengernyitkan alis dan berkata dengan nada muram, "Tuan, persediaan panah kita sepertinya sudah hampir habis."Wira bertanya dengan ekspresi datar, "Masih cukup untuk berapa kali serangan lagi?"Pasukannya adalah pemanah dan juga kavaleri, sehingga Wira memilih strategi menyerang dengan cepat dan mundur untuk menghadapi wakil jenderal pasukan utara. Dengan begitu, mereka bisa menembak musuh dengan tepat dan sekaligus memastikan mereka bisa mundur kapan pun saat situasinya berubah.Mendengar pertanyaan itu, wakil jenderal yang membawa laporan itu pun menganggukkan kepala. Setelah terdiam sejenak, dia menatap Wira dan berkata, "Tuan, kita hanya bisa menyerang dua kali lagi dengan sisa panah yang ada."Wira menganggukkan kepala karena dia juga merasa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3261

    Saat ini, wakil jenderal pasukan utara sedang memimpin pasukannya untuk menyerbu Wira dan pasukannya. Saat melihat pasukan Wira tiba-tiba membentuk formasi pun, dia langsung tercengang. Namun, dia juga menyadari mereka tidak sempat untuk mundur lagi, sehingga dia langsung berteriak, "Maju!"Setelah mendengar perintah itu, para prajurit di belakang wakil jenderal pasukan utara itu juga tercengang. Namun, perintah sudah dikeluarkan, mereka hanya bisa menggertakkan giginya dan tetap menyerang.Melihat pemandangan itu, Wira merasa gembira. Dia diam-diam berpikir pasukan musuh ini begitu bodoh, malah berani menyerang di saat seperti ini. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Serang!"Seiring dengan perintah itu, para pemanah segera menarik panah mereka dan anak panah langsung memelesat ke arah kavaleri dari pasukan utara. Dalam sekejap, banyak kavaleri dari pasukan utara yang roboh.Melihat pemandangan itu, Wira tersenyum dan perlahan-lahan berkata, "Hehe. Bagus!"Wakil jenderal dari pasu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3260

    Mendengar perkataan itu, semua orang menganggukkan kepala. Menurut mereka, tuan mereka benar-benar sudah mengambil langkah tak terduga. Jika kali ini mereka berhasil mengalahkan musuh, rencana ini boleh dilaksanakan.Setelah memimpin pasukannya menyerbu ke depan, wakil jenderal pasukan utara itu langsung terkejut saat melihat begitu banyak orang di depan. Dia pun mengernyitkan alis karena menyadari ternyata kelompok ini malah sedang menunggu mereka. Dia tahu betul betapa liciknya Wira, sehingga sekarang dia sangat khawatir Wira akan merencanakan tipu muslihat dan menunggunya terjebak.Melihat wakil jenderal dari pasukan utara tidak berani sembarangan maju, Wira yang berada di kejauhan pun tersenyum dan langsung berteriak, "Saudara-saudara, kita maju perlahan-lahan."Begitu mendengar perintah itu, banyak prajurit yang mulai perlahan-lahan maju dan terlihat seperti hanya berjalan dari kejauhan. Namun, mereka sudah tahu ini adalah bagian dari strategi, pasukan lawan hanya terlihat percaya

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3259

    Saat ini, Adjie masih sedang mempertimbangkan berbagai hal lainnya karena pertempuran mereka melawan Joko dan pasukannya sudah terlalu lama. Jika dibiarkan terus seperti ini, dia khawatir akan terjadi sesuatu dan ini juga bukan solusi yang baik.Tepat pada saat itu, mata-mata yang selalu mengikuti Adjie pun berlari mendekat dan berkata dengan pelan, "Jenderal, Tuan juga sudah memimpin pasukan keluar."Adjie langsung terkejut saat mendengar laporan itu, lalu menatap mata-mata itu dan bertanya sambil mengernyitkan alis, "Apa yang sebenarnya sudah terjadi? Bukankah sebelumnya kita sudah meninggalkan dua ribu pasukan untuk melindungi Tuan? Kenapa masih membiarkan Tuan turun ke medan perang lagi?"Pada saat yang bersamaan, Agha yang sedang bekerja sama dengan Adjie untuk menyerang kavaleri dari pasukan utara juga mengernyitkan alis saat menerima berita tentang Wira memimpin pasukan.Untungnya, Wira sudah mengirim mata-mata ke Adjie dan Agha terlebih dahulu, sehingga kedua orang itu bisa bek

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3258

    Setelah memutuskan untuk meminta bala bantuan, Wira mulai merasa bimbang. Jika hal ini bisa diselesaikan, urusan selanjutnya akan lebih mudah ditangani. Namun, jika sekarang dia langsung mengerahkan pasukan, dia sendiri juga tidak yakin apakah peluang menangnya akan besar. Saat memikirkan itu, dia mengernyitkan alis dan menatap para mata-mata yang berdiri di sekelilingnya.Melihat Wira mendekat, para mata-mata itu langsung menganggukkan kepala untuk memberi hormat.Melihat reaksi mata-mata itu, Wira mengernyitkan alis dan berkata, "Saat ini ada satu hal yang ingin aku tanyakan. Kalau kita menambah pasukan, apa kita bisa menumpas semua pasukan Joko?"Para mata-mata itu langsung tertegun sejenak saat mendengar pertanyaan itu.Beberapa saat kemudian, salah satu mata-mata langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, kalau pasukan kita mampu bertahan sampai bala bantuan tiba, kita pasti bisa mengalahkan mereka. Tapi, situasi saat ini sangat nggak menguntungkan bagi kita, jadi kami juga nggak

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3257

    Setelah wakil jenderal itu pergi, Darsa menatap para wakil jenderal lainnya yang berdiri di sampingnya. Dia mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kalau kita langsung mengerahkan pasukan dari utara, butuh waktu berapa lama untuk sampai ke sini?"Setelah memberi hormat dan berpikir sejenak, salah satu dari wakil jenderal itu berkata, "Tuan, kalau sekarang kita mengirim pesan, 50 ribu pasukan itu paling cepat akan tiba malam ini. Kalau dihitung, butuh sekitar dua hingga tiga jam lagi."Mendengar perkataan itu, Darsa menganggukkan kepala sambil memperkirakan strategi di dalam pikirannya. Setelah berpikir sejenak, dia perlahan-lahan berkata, "Begini saja. Segera kirimkan pesan pada Jenderal Bimala agar dia mengirimkan 50 ribu pasukan ke sini. Ini adalah kesempatan terbaik untuk menghabisi Wira, jadi kita harus memanfaatkan kesempatan ini."Mendengar perintah itu, wakil jenderal itu langsung memberi hormat dan segera pergi.Setelah mengatur semuanya, Darsa menghela napas. Dia benar-benar tidak

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3256

    Setelah berpikir cukup lama, Darsa tetap tidak tahu mengapa Wira bisa begitu berani. Namun, saat kembali melihat peta strategi, dia mengernyitkan alis dan berkata, "Sekarang kita hanya perlu memastikan satu hal, apa kalian menemukan pasukan bantuan dari Kerajaan Nuala?"Mata-mata itu terlihat bingung. Setelah berpikir sejenak, dia berkata dengan pelan, "Untuk saat ini, kami masih belum menemukannya. Tapi, menurut penyelidikan kami, musuh masih belum meminta bantuan dari Kerajaan Nuala. Jadi, menurut kami, situasinya sepertinya nggak rumit seperti yang kita bayangkan."Darsa menganggukkan kepala, tetapi hatinya masih merasa ragu. Jika tidak ada pasukan bantuan, mengapa Wira bisa begitu berani? Atau mungkin Wira ini hanya pura-pura percaya diri? Setelah memikirkan hal ini, dia menatap wakil jenderal di sampingnya dan bertanya dengan nada muram, "Sekarang kita masih punya berapa pasukan yang tersisa?"Wakil jenderal langsung tertegun. Jumlah pasukan mereka yang tersisa memang masih banyak

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3255

    Wira langsung tertegun karena dia tidak menyangka sekarang hanya tersisa dua ribu pasukan kavaleri saja. Setelah berpikir sejenak, dia berkata dengan nada muram, "Kenapa hanya tersisa begitu sedikit pasukan?"Pengawal yang berdiri di depan pun menghela napas dan berkata dengan pelan, "Tuan, bukannya kami menyia-nyiakan pasukan, tapi medan perangnya terlalu luas. Jenderal Hayam membawa sedikit pasukan, tapi Jenderal Adjie dan Jenderal Agha membawa banyak pasukan karena harus menahan pasukan Joko. Lagi pula, kalau ingin menyelesaikan pertempuran ini, kita juga butuh banyak tentara."Wira menganggukkan kepala karena dia juga merasa jumlah pasukan yang disiapkan kali memang terlalu sedikit dan membuat medan perangnya menjadi terlalu luas. Saat memikirkan hal ini, dia mengernyitkan alisnya dan berkata dengan pelan, "Jadi, sampai sekarang pun masih nggak kabar dari yang lainnya?"Melihat mata-mata itu menggelengkan kepala, Wira pun kembali berkata sambil mengernyitkan alisnya, "Kalau begitu,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status