"Si tua bangka dari Keluarga Linardi adalah orang yang sangat licik. Kejadian saat itu saja hampir menyebabkan keluarga mereka hancur. Kalau sudah seperti ini, apa sekarang mereka masih berani terlibat dalam perselisihan pemerintahan? Penasihat kanan sudah memberitahuku sejak awal bahwa Keluarga Linardi nggak ada gunanya. Jadi, kita nggak perlu memanfaatkan mereka lagi."Hatta akhirnya mengerti setelah mendengar penjelasan ini. Dia bertanya, "Ayah, menurutmu apa kita harus menghadapi Wira? Kalau kita berurusan dengan Wira, penasihat kanan pasti sangat senang."Lukman mengangguk sembari berujar, "Kita masih harus mempertimbangkan masalah ini. Untuk melenyapkan Wira, kita harus menyingkirkannya dengan 1 serangan saja. Kita nggak boleh memberinya kesempatan untuk melawan, apalagi hanya menggertak! Satu hal lagi, kita jangan turun tangan langsung. Akan lebih baik kalau kita meminta bantuan orang lain untuk menyingkirkannya!"Hatta sontak bingung dan bertanya, "Ayah, kalau begitu kita akan
Danu baru mengerti setelah mendengar penjelasan Wira.Saat ini, di ruangan privat yang gelap dalam Rumah Bordil Fion, Farrel dan gadis berpakaian ungu sedang duduk sambil minum teh."Biarpun sudah sering ke sini, setiap kali datang aku selalu merasa tempat ini bagus. Pantas saja para pria senang datang ke sini," ujar Farrel sambil menggoyangkan kipas lipatnya dan tersenyum tipis. Dia benar-benar kelihatan seperti tuan muda yang datang untuk bersenang-senang."Sebagai seorang wanita, kamu benar-benar nggak tahu malu dengan datang ke tempat seperti ini," balas gadis berpakaian ungu dengan kesal.Farrel sontak tersenyum dan berkata, "Bukannya kamu juga di sini sekarang? Kamu harus belajar cara wanita di sini menyenangkan pria. Itu bisa dibilang sebuah seni."Biasanya, gadis berpakaian ungu itu pasti akan marah. Namun, sekarang dia hanya tersenyum dan berkata, "Justru kamu yang harus belajar. Dengan begitu, mungkin kamu benaran bisa menaklukkan Wira.""Kamu tahu sendiri kalau Wira ini pria
Yudha mengetahui kemampuan Wira dengan sangat baik. Jadi, tentu saja orang-orang penasihat kiri yang lain juga tahu. Selain itu, strategi membangun dan mempertahankan negara yang diusulkan Wira juga sudah mereka ketahui. Dari situ saja, mereka sudah memahami talenta Wira.Sementara itu, penasihat kanan dan para anteknya yang mampu memegang kekuasaan selama bertahun-tahun juga tidak bisa diremehkan. Terlebih lagi, saking waspadanya mereka sampai menghasut Raja demi menundukkan Wira. Hal itu membuktikan bahwa mereka tahu tentang kemampuan Wira, tetapi hanya berpura-pura bodoh.Saat ini, satu-satunya orang yang tidak mengetahui bakat dan pengetahuan Wira yang sebenarnya hanyalah Raja egois itu."Pujianmu berlebihan," ujar Wira sambil tersenyum.Farrel berujar lagi, "Kamu seharusnya tahu situasimu sendiri saat ini. Awalnya, nggak ada yang berani mengusikmu berkat perlindungan orang-orang penasihat kiri. Tapi, dekret Raja menjerumuskan kamu ke situasi sulit. Orang-orang penasihat kiri sekal
Wira tidak menyangka bahwa Farrel akan balik menanyai dirinya. Sejujurnya, ambisi Wira tidak sebesar orang-orang lain. Dia hanya ingin hidup dengan tenang. Soal uang, Wira memang merasa makin banyak uang akan makin baik. Lagi pula, tidak ada orang yang bisa hidup di dunia tanpa uang. Namun, jika dibandingkan dengan Keluarga Barus, ambisinya masih kalah jauh.Keluarga Barus adalah keluarga terhormat yang memiliki banyak uang. Mereka juga pedagang besi terbesar di kerajaan. Keluarga Barus pada dasarnya menguasai kedua barang yang paling dibutuhkan saat perang pecah, yakni uang dan senjata. Dengan kekuatan sebesar itu, tidak heran jika mereka menjadi ambisius."Aku cuma tanya sambil lalu. Lanjutkan ucapanmu," ujar Wira sambil tersenyum.Farrel melanjutkan, "Di luar istana, pedagang garam dan pedagang sutra dikendalikan oleh keluarga terhormat. Kebetulan, kamu juga terlibat dalam jalur penjualan garam. Sebagai pedagang garam terbesar di Kerajaan Nuala, Keluarga Larasati di Provinsi Sebra t
Mendengar ini, Wira pun tahu bahwa Keluarga Larasati telah mulai bertindak."Kuharap mereka melawanku dengan metode bisnis yang jujur. Kalau mereka pakai cara kotor, aku nggak akan segan-segan pada mereka," gumam Wira. Dia juga punya batas kesabarannya sendiri. Jika orang-orang itu melawannya dengan metode bisnis, itu tidak masalah. Lagi pula, mereka semua adalah pebisnis.Wira hanya tidak suka jika orang-orang menggunakan cara yang tidak bermoral. Setidaknya, dia masih bisa menerima tindakan Keluarga Larasati saat ini yang bermaksud menghentikan pelelangan. Langkah ekstrem ini tentu saja memengaruhi bisnis Wira, tetapi tidak banyak."Kompetisi Puisi Nasaka akan diadakan dua hari lagi, kita jual saat itu saja," ujar Wira.Wira berencana menggunakan metode yang sama seperti saat menjual Pedang Treksha. Akan ada banyak orang yang datang ke Kompetisi Puisi Nasaka. Dia yakin orang-orang di sana pasti tertarik membeli produknya. Wira pun menunggu dimulainya Kompetisi Puisi Nasaka dengan ten
Tadinya, Wira berpikir Hatta akan bersikap kasar atau setidaknya memasang tampang masam. Akan tetapi, orang ini tampak biasa-biasa saja padanya.Teringat pada kesombongan Hatta tempo hari di Kediaman Omair, lalu membandingkannya dengan sikap pria itu hari ini, Wira sontak paham bahwa Hatta bukanlah orang yang bisa diremehkan. Padahal, Hatta sangat membenci Wira, tetapi dia masih bisa menyapanya dengan begitu ramah. Pengendalian diri sehebat ini bukanlah sesuatu yang bisa dimiliki orang biasa.Fabrian dan Pramana juga datang bersama Wira. Kali ini, Wira tidak membawa terlalu banyak orang. Selain dia dan istrinya, hanya ada Danu dan dua orang tersebut. Mereka hanya datang berlima. Danu berdiri di samping dengan tangan menggenggam Pedang Treksha. Dia memandang waspada pada sekelilingnya dengan aura yang mengintimidasi."Ayo masuk," ajak Wira sambil tersenyum. Dia memimpin semuanya berjalan ke tepi danau di kaki gunung. Di sana, sudah disiapkan bangku-bangku yang dikelilingi orang-orang. B
Banyak tuan muda dari keluarga terhormat dan beberapa sarjana buru-buru menyetujui.Lukman mengangguk, lalu tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, aku akan menerima kehormatan ini. Karena ini adalah kompetisi puisi, wajar kalau kita bertemu dengan teman yang sama-sama menggemari puisi. Sebenarnya, aku ingin mengajukan topik membangun dan mempertahankan negara. Tapi, Tuan Wahyudi ada di sini. Waktu itu, puisi 'Mengenang Dirga' yang ditulisnya menjadi sangat terkenal. Kurasa nggak ada topik yang bisa melampauinya."Mendengar ucapan Lukman, Wira sontak tertegun sejenak. Apa yang ingin dilakukan tua bangka itu?"Bagaimana kalau kali ini kita minta Tuan Wahyudi yang memberikan topik?" kata Lukman sambil menatap Wira. Senyum yang terlihat di wajahnya tampak tulus."'Mengenang Dirga' memang bagus. Kalau Pak Lukman setuju, biar Tuan Wahyudi saja yang mengusulkan topik."Semua orang segera menimpali dengan tegas, "Betul, mari kita minta Tuan Wahyudi mengajukan topik!"Wira memicingkan mata menat
Lukman tersenyum sembari menatap ke arah Wira. Maksud dari perkataan Lukman sangat jelas. Dia ingin melihat bagaimana Wira akan menilai sosok berkuasa. Akan tetapi, Wira hanya tersenyum. Semua orang memandang ke arah mereka dengan raut wajah yang tegang.Opal tak kuasa menelan air liur dan tampak sangat cemas. Dia khawatir bahwa Wira yang tak kenal takut itu akan mengucapkan sesuatu yang terlalu provokatif. Sebaliknya, Hatta malah tersenyum dan juga merasa penasaran seperti ayahnya. Di sisi lain, Farrel dan gadis berpakaian ungu juga sangat penasaran. Mereka ingin tahu, puisi seperti apakah yang akan dilontarkan oleh Wira.Semua orang menatap Wira lekat-lekat dan menantikan bait puisi dari dirinya. Mereka benar-benar penasaran dengan puisi yang akan dibuat oleh pria itu. Apakah dia akan takut pada sosok berkuasa atau justru sebaliknya akan mengkritik mereka?Tepat ketika semua tatapan tertuju pada Wira, dia pun mulai berbicara perlahan, "Lebih baik menua dan mati di antara anggur dan b
Setelah melihat Wira yang duduk di dalam sel, Danu merasa hatinya sakit dan berteriak, "Cepat buka pintu sel ini! Kalian benar-benar berani sekali. Bahkan kakakku juga kalian berani tangkap?"Bukan hanya Adianto yang langsung tercengang begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana juga begitu. Danu adalah jenderal yang terkenal dan berkuasa. Di seluruh Provinsi Lowala, tidak ada yang bisa menandinginya dan bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Orang yang dipanggilnya kakak tentu saja adalah Wira.Adianto tidak berani percaya dengan apa yang didengarnya, tetapi kenyataannya sudah ada di depan matanya. Setelah menelan ludah, dia segera membuka pintu sel dan inisiatif masuk ke dalamnya. Dia hanya menundukkan kepala karena tidak berani menatap Wira dan berkata, "Tuan, sebelumnya aku nggak tahu apa-apa dan sudah menyinggungmu.""Aku mohon Tuan bisa memaafkanku, jangan menghukumku. Aku nggak akan mengulanginya lagi kelak."Pada saat ini, Adianto benar-benar ketakutan
"Menurutku, ini ide yang bagus. Kalau begitu, kita lakukan sesuai keinginanmu. Aku akan pergi memberi tahu rekan-rekanku di luar biar mereka membantuku memberi pelajaran pada anak ini. Sejujurnya, aku juga kesal dengan anak ini," kata Adianto sambil tersenyum sinis, lalu bersiap pergi bersama Ruben.Adianto memang tidak bisa langsung memutuskan semua hal yang ada di penjara bawah tanah, dia tetap harus melaporkannya pada atasannya. Namun, jabatannya lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di sana. Jika kerabatnya ingin masuk ke kota, semua juga pasti akan melewatinya. Oleh karena itu, dia tentu saja memiliki pengaruh tertentu.Namun, saat baru saja berbalik, Adianto dan Ruben melihat ada sekelompok orang mendekat. Terutama saat melihat orang yang berdiri di paling depan, Adianto langsung tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa."Saudaraku, ada apa?" tanya Ruben dengan ekspresi bingung."Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Jenderal Danu tiba-tiba datang ke penjara bawah tanah? Buka
"Aku mengerti. Melihat situasinya nggak beres, jadi kakakmu langsung pergi, 'kan? Orang bilang suami istri yang selalu bersama pun akan berpisah saat menghadapi bahaya, ternyata kakak adik pun seperti ini," sindir Sahim.Shafa malah tidak berbicara dan menjelaskan apa pun juga. Dia sebenarnya sudah menyadarinya saat tadi Wira berbicara dengan Kaffa. Wira bisa duduk di sini dengan begitu tenang pasti karena sudah memberikan tugas pada Kaffa. Kalau begitu, mengapa dia harus khawatir?Selain itu, Shafa tahu betul kebaikan kakaknya terhadapnya melebihi siapa pun. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu menjelaskan apa pun pada orang lain."Tutup mulutmu," kata Wira dengan kesal.Sahim langsung tidak berani berbicara lagi.Tepat pada saat itu, Ruben dan Adianto datang dan langsung berdiri di depan pintu sel."Sekarang kamu sudah tahu kekuatanku, 'kan? Tadi aku sebenarnya nggak ingin menyusahkan kalian dan menyuruh kalian cepat pergi, tapi kalian nggak mau dengar. Kalian malah mengusir para
Kaffa menyadari liontin giok ini memang berguna. Setelah mendengar perkataan Danu, dia tidak ragu-ragu dan langsung berkata, "Tuan Wira yang memberiku liontin giok ini sudah ditangkap kepala penjaga gerbang kota ke penjara bawah tanah. Jenderal Danu, cepat selamatkan dia."Kepala penjaga gerbang kota memang memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Danu. Kaffa merasa lebih yakin lagi, kali ini Wira dan adiknya pasti akan selamat.Swish.Mendengar perkataan Kaffa, ekspresi Danu langsung menjadi sangat muram dan napasnya pun menjadi terengah-engah. "Mereka berani menangkap kakakku? Benar-benar nggak tahu diri!"Setelah memaki sebentar, Danu langsung melambaikan tangan pada kedua penjaga di belakangnya. "Segera kumpulkan orang dan ikut aku ke penjara bawah tanah!"Tak lama kemudian, semua orang sudah siap dan berangkat menuju penjara bawah tanah.Kaffa juga segera mengikuti mereka. Dia ingin menyelamatkan adiknya dengan tangannya sendiri dan berter
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan