Mendengar ini, Wira pun tahu bahwa Keluarga Larasati telah mulai bertindak."Kuharap mereka melawanku dengan metode bisnis yang jujur. Kalau mereka pakai cara kotor, aku nggak akan segan-segan pada mereka," gumam Wira. Dia juga punya batas kesabarannya sendiri. Jika orang-orang itu melawannya dengan metode bisnis, itu tidak masalah. Lagi pula, mereka semua adalah pebisnis.Wira hanya tidak suka jika orang-orang menggunakan cara yang tidak bermoral. Setidaknya, dia masih bisa menerima tindakan Keluarga Larasati saat ini yang bermaksud menghentikan pelelangan. Langkah ekstrem ini tentu saja memengaruhi bisnis Wira, tetapi tidak banyak."Kompetisi Puisi Nasaka akan diadakan dua hari lagi, kita jual saat itu saja," ujar Wira.Wira berencana menggunakan metode yang sama seperti saat menjual Pedang Treksha. Akan ada banyak orang yang datang ke Kompetisi Puisi Nasaka. Dia yakin orang-orang di sana pasti tertarik membeli produknya. Wira pun menunggu dimulainya Kompetisi Puisi Nasaka dengan ten
Tadinya, Wira berpikir Hatta akan bersikap kasar atau setidaknya memasang tampang masam. Akan tetapi, orang ini tampak biasa-biasa saja padanya.Teringat pada kesombongan Hatta tempo hari di Kediaman Omair, lalu membandingkannya dengan sikap pria itu hari ini, Wira sontak paham bahwa Hatta bukanlah orang yang bisa diremehkan. Padahal, Hatta sangat membenci Wira, tetapi dia masih bisa menyapanya dengan begitu ramah. Pengendalian diri sehebat ini bukanlah sesuatu yang bisa dimiliki orang biasa.Fabrian dan Pramana juga datang bersama Wira. Kali ini, Wira tidak membawa terlalu banyak orang. Selain dia dan istrinya, hanya ada Danu dan dua orang tersebut. Mereka hanya datang berlima. Danu berdiri di samping dengan tangan menggenggam Pedang Treksha. Dia memandang waspada pada sekelilingnya dengan aura yang mengintimidasi."Ayo masuk," ajak Wira sambil tersenyum. Dia memimpin semuanya berjalan ke tepi danau di kaki gunung. Di sana, sudah disiapkan bangku-bangku yang dikelilingi orang-orang. B
Banyak tuan muda dari keluarga terhormat dan beberapa sarjana buru-buru menyetujui.Lukman mengangguk, lalu tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, aku akan menerima kehormatan ini. Karena ini adalah kompetisi puisi, wajar kalau kita bertemu dengan teman yang sama-sama menggemari puisi. Sebenarnya, aku ingin mengajukan topik membangun dan mempertahankan negara. Tapi, Tuan Wahyudi ada di sini. Waktu itu, puisi 'Mengenang Dirga' yang ditulisnya menjadi sangat terkenal. Kurasa nggak ada topik yang bisa melampauinya."Mendengar ucapan Lukman, Wira sontak tertegun sejenak. Apa yang ingin dilakukan tua bangka itu?"Bagaimana kalau kali ini kita minta Tuan Wahyudi yang memberikan topik?" kata Lukman sambil menatap Wira. Senyum yang terlihat di wajahnya tampak tulus."'Mengenang Dirga' memang bagus. Kalau Pak Lukman setuju, biar Tuan Wahyudi saja yang mengusulkan topik."Semua orang segera menimpali dengan tegas, "Betul, mari kita minta Tuan Wahyudi mengajukan topik!"Wira memicingkan mata menat
Lukman tersenyum sembari menatap ke arah Wira. Maksud dari perkataan Lukman sangat jelas. Dia ingin melihat bagaimana Wira akan menilai sosok berkuasa. Akan tetapi, Wira hanya tersenyum. Semua orang memandang ke arah mereka dengan raut wajah yang tegang.Opal tak kuasa menelan air liur dan tampak sangat cemas. Dia khawatir bahwa Wira yang tak kenal takut itu akan mengucapkan sesuatu yang terlalu provokatif. Sebaliknya, Hatta malah tersenyum dan juga merasa penasaran seperti ayahnya. Di sisi lain, Farrel dan gadis berpakaian ungu juga sangat penasaran. Mereka ingin tahu, puisi seperti apakah yang akan dilontarkan oleh Wira.Semua orang menatap Wira lekat-lekat dan menantikan bait puisi dari dirinya. Mereka benar-benar penasaran dengan puisi yang akan dibuat oleh pria itu. Apakah dia akan takut pada sosok berkuasa atau justru sebaliknya akan mengkritik mereka?Tepat ketika semua tatapan tertuju pada Wira, dia pun mulai berbicara perlahan, "Lebih baik menua dan mati di antara anggur dan b
"Benar sekali. Orang ini benar-benar nggak kenal takut. Dia sepertinya memang sedang mencari masalah!""Tapi, aku juga mengaguminya. Berbicara seperti ini membutuhkan keberanian. Sebenarnya, siapa yang memberinya nyali sebesar itu?""Nggak perlu membahas yang lain, kalau kita hanya fokus pada puisinya, dari segi sastra, puisi ini sama sekali nggak kalah dari puisi 'Mengenang Dirga'.""Aku juga merasa begitu, tapi pemerintah memang nggak berniat untuk menghargai prestasi Tuan Wahyudi. Jadi, perkataannya ini bukan masalah besar, 'kan?"Orang-orang mulai berkomentar. Sementara itu, begitu Wira duduk, Farrel langsung mengacungkan jempol ke arahnya sembari memuji, "Kak Wira, kamu sungguh mengagumkan!" Farrel memang benar-benar mengaguminya. Bahkan, Keluarga Barus pun tidak berani mengatakan hal semacam ini."Jangan seperti itu. Aku nggak layak menerima pujian darimu," ucap Wira sambil tersenyum."Tapi, puisimu ini mungkin akan menyinggung pemerintah. Apa kamu nggak khawatir bahwa Raja Bakir
Wira tidak mengenal orang ini. Namun, jelas bahwa orang ini memiliki karisma yang luar biasa. Pria ini pasti merupakan keturunan dari keluarga terhormat."Bukannya itu Tuan Irsyad dari Toko Uang Tyaga?" ucap Farrel yang sangat terkejut.Wira tertegun sejenak, lalu segera bertanya, "Oh? Siapa dia?"Farrel menjelaskan, "Pemilik dari Toko Uang Tyaga di Provinsi Jawali adalah Darsono Pratham dan orang ini adalah putranya, Irsyad Pratham!"Perkataan Farrel langsung membangkitkan semangat Wira. Dia pun berkata, "Toko Uang Tyaga sepertinya cukup kaya, bagus sekali." Kemudian, Wira menoleh ke arah Irsyad dan bertanya sambil tersenyum, "Tuan Irsyad, apakah kamu ingin membeli semuanya?"Irsyad mengangguk sembari menjawab, "Tentu, bukannya itu hanya 18 miliar gabak? Aku akan membeli semuanya. Lagi pula, aku bisa menghasilkan banyak keuntungan dengan melelangnya lain kali, 'kan?"Setelah mengucapkan kata-kata ini, Irsyad langsung mengeluarkan segepok uang kertas dan memberikannya kepada Wira. Meli
Sementara itu, Hatta hanya menggeleng dan tidak terlalu peduli. Dia yakin bahwa puisi ini akan tersebar besok dan pada akhirnya akan diketahui oleh pemerintah. Itu sebabnya, Hatta berkata, "Ayah, kita nggak perlu khawatir tentang ini. Begitu Raja Bakir mengetahuinya, dia pasti nggak akan melepaskan Wira begitu saja!"Lukman mengangguk setuju seraya berkata, "Semoga begitu ...." Pada saat yang sama, puisi tersebut telah tersebar luas di Provinsi Jawali. Keesokan harinya, banyak orang telah mengetahui tentang insiden tersebut.Saat ini, di ruang kerja istana Kerajaan Nuala, Raja Bakir tengah membaca puisi itu. Hanya saja, raut wajahnya tampak sangat marah.Dimas segera berkomentar, "Yang Mulia, beraninya Wira mengeluh dan menghina pemerintah. Kita tidak boleh membiarkannya. Hamba menyarankan agar dia segera dieksekusi di depan umum!" Saat ini, keenam menteri hadir di ruang kerja, beserta dengan kedua penasihat.Akan tetapi, faksi penasihat kiri tampak sangat khawatir. Mereka merasa bahwa
Wira sangat terkejut ketika mendengar hal ini. Dia tidak menyangka bahwa Raja Bakir akan benar-benar memberinya sebuah jabatan resmi. Namun, jabatan ini sebenarnya tidak terlalu penting dan hanyalah sebuah jabatan rendah. Sekretaris utama dengan pangkat tingkat kesembilan bahkan lebih rendah daripada pejabat administratif di kantor pemerintah daerah.Wira tersenyum karena telah menduga hal ini sebelumnya, tetapi dia tidak terlalu peduli. Jabatan sekretaris utama hanyalah sebuah gelar, tanpa tanggung jawab yang nyata. Kalaupun Wira ingin bekerja keras, Lukman mungkin tidak akan membuatnya merasa nyaman.Wulan juga terkejut mendengarnya. Dia tidak menyangka bahwa Raja Bakir benar-benar akan memberikan suaminya sebuah jabatan resmi! Ini ... benar-benar sulit dimengerti! Wira hanya tersenyum dan tidak berkomentar apa pun, lalu segera pergi ke kantor gubernur.Begitu melihat Wira, Lukman pun berkata dengan acuh tak acuh, "Wira, Raja Bakir sudah berbaik hati memberimu jabatan sekretaris utam
Kedua orang itu terkejut mendengar kabar ini. Menurut mereka, situasi kali ini benar-benar di luar nalar.Zaki mengerutkan kening dan bertanya, "Tuan, kalau memang begitu, apa yang harus kita lakukan sekarang?"Darsa tahu bahwa rencananya kali ini telah digagalkan oleh musuh. Dia hanya bisa menghela napas pelan dan membalas, "Ini agak merepotkan. Semua rencana kita harus ditunda.""Untuk saat ini, biarkan para mata-mata menyelidiki keadaan sekitar, tapi jangan sampai menyusup ke wilayah musuh. Aku menduga musuh sedang mencari cara untuk menangkap mereka."Mendengar ini, kedua orang itu mengangguk. Setelah memastikan rencana baru, Joko tersenyum getir dan berujar, "Aku nggak nyangka situasinya akan menjadi seperti ini. Tapi, dilihat dari situasi sekarang, ini memang lebih sulit dari yang kita bayangkan. Yang terpenting, kita harus memastikan kekuatan kita tetap stabil."Keduanya kembali mengangguk. Setelah selesai menyesuaikan rencana, mereka baru merasa agak lega.Beberapa saat kemudia
Di pihak pasukan utara, para mata-mata yang sebelumnya diutus masih belum kembali. Setelah memastikan segalanya, Zaki yang berdiri di dalam kemah mengernyit dan bertanya, "Kenapa para mata-mata belum kembali? Apa terjadi sesuatu?"Joko yang berdiri di sampingnya juga ikut mengernyit. Situasi ini memang terasa aneh.Seseorang berkata, "Benar, seharusnya para mata-mata itu sudah kembali. Kenapa masih nggak kelihatan batang hidungnya? Aneh sekali."Orang lainnya juga merasa heran."Ya, aku nggak nyangka kita harus menunggu selama ini. Tampaknya memang ada sesuatu yang mencurigakan. Selain itu, pasukan musuh mulai istirahat. Bukankah ini terlalu cepat?"Banyak orang sependapat, tetapi mereka tidak terlalu peduli. Sementara itu, Darsa yang mendengar kabar itu agak terkejut. Ada sesuatu yang tidak beres.Memikirkan hal ini, Darsa segera memberikan perintah, "Cari tahu apa yang sebenarnya terjadi! Kalau ada masalah, ini bisa menjadi sesuatu yang merepotkan."Melihat betapa seriusnya Darsa, be
Orang-orang mengangguk setuju. Selama semuanya bisa disesuaikan dengan baik, segalanya akan lebih mudah untuk diurus. Saat ini, seseorang tertawa dan berkata, "Haha, tapi sekarang hari sudah mulai malam. Apa kita bisa memutuskan semuanya hari ini?"Mendengar pertanyaan mereka, Wira merenung sejenak. Dalam pandangannya, rencana ini memang bisa dijalankan.Orang lain tersenyum dan berujar, "Rencana yang Tuan sebutkan sebelumnya juga bisa diterapkan. Saat ini, pasukan musuh sudah kacau dan panik. Kalau kita bergerak sekarang, pasti akan berhasil.”Mendengar itu, semua orang mengangguk ringan. Dalam pandangan mereka, rencana ini memang layak dijalankan.Saat ini, Wira melihat ke arah langit di luar dan tersenyum. "Kalau begitu, semuanya lebih mudah diatur. Tapi, ini masih tergolong cukup awal bagi kita. Adjie, atur mata-mata kita untuk mengawasi pergerakan musuh. Kalau mereka mulai istirahat, segera laporkan kepada kita."Orang-orang merasa ini adalah keputusan terbaik. Bagaimanapun, ini m
Mendengar perkataan mereka, Wira tersenyum dan berkata, "Haha, sebelumnya aku memang nggak nyangka, tapi kecepatan musuh kali ini jauh lebih cepat dari yang kuduga."Beberapa orang ikut tersenyum. Setelah memastikan semua di pihak mereka sudah beres, mereka pun tampak sangat bersemangat.Saat ini, seseorang tertawa dan berkata, "Haha, mata-mata yang kita tangkap kali ini harus diinterogasi dengan baik. Kalau nggak, sia-sia perjuangan kita."Mendengar itu, Wira tersenyum, lalu mengalihkan pandangannya ke mata-mata yang berdiri di dekat perkemahan. Dengan tenang, dia bertanya, "Berapa orang yang kalian tangkap?"Mata-mata itu menangkupkan tangan memberi hormat, lalu menyahut, "Kami berhasil menangkap cukup banyak orang. Dari yang kami perkirakan, ada sekitar lima orang. Sekarang mereka semua sedang menunggu di luar perkemahan. Apa harus dibawa masuk sekarang?"Semua orang mengangguk. Menurut mereka, kali ini rencana mereka benar-benar berjalan baik. Salah satunya tersenyum dan berujar, "
Semua orang kembali mengangguk. Setelah beberapa saat, Joko berkata, "Kalau begitu, biar aku yang pergi. Aku juga ingin melihat seberapa kuat mereka kali ini. Tapi yang paling penting, kita harus memastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Selain itu, banyak hal yang perlu kita selesaikan sekarang."Semua orang setuju. Jika mereka ingin menangani situasi ini, ini adalah langkah yang paling masuk akal.Melihat kedua orang itu tampak bersemangat, Darsa berkata, "Hahaha, semangat kalian memang luar biasa. Tapi, yang paling penting adalah tetap waspada. Jangan sampai musuh memanfaatkan celah sekecil apa pun. Paham?"Joko dan Zaki mengangguk. Setelah beberapa saat, mereka menangkupkan tangan di depan dada, lalu berbalik dan pergi.Begitu mereka pergi, pekerjaan yang tersisa menjadi lebih mudah. Di sisi lain, beberapa orang yang masih berada di tempat itu tampak lebih lega.Ada yang tersenyum dan berkata, "Sebelumnya aku kurang yakin, tapi sekarang aku semakin yakin. Selain itu, kalian meny
Saat melihat mata-mata masuk dengan tergesa-gesa, Zaki agak terkejut. Menurutnya, semuanya seharusnya sudah beres. Bagaimana mungkin masih ada masalah?Joko dan yang lainnya juga tampak heran. Dalam pandangan mereka, rencana ini benar-benar bisa berhasil. Mereka pun bertanya, "Ada masalah apa?"Mata-mata yang baru masuk itu segera menyahut, "Ini gawat! Entah kenapa, pihak musuh tiba-tiba melepaskan semua kuda perang yang mereka tawan sebelumnya!""Apa? Melepaskan kuda perang?" Zaki tertegun sejenak, lalu berkata dengan bingung, "Ini nggak masuk akal. Apa yang sedang mereka rencanakan? Jangan-jangan mereka berniat mengembalikan kuda ini ke kita? Memangnya mereka sebaik itu?"Joko dan yang lainnya juga merasa bingung. Di sisi lain, ekspresi Darsa sontak berubah. Dia segera berkata dengan suara rendah, "Ini nggak beres. Mereka pasti punya maksud lain. Mereka sedang menghancurkan jebakan kuda kita!"Mendengar hal ini, semua orang termangu sesaat. Kemudian, beberapa orang mulai berseru, "Si
Di pihak pasukan utara, Zaki dan para bawahannya sedang berkumpul di sekitar peta untuk menyusun rencana.Joko yang berdiri di samping mereka tersenyum dan berkata, "Kita telah menyelesaikan jebakan kawat kuda, sekarang kita harus memikirkan cara untuk menjebak pasukan musuh. Rencana ini seharusnya bisa berjalan dengan baik."Mendengar ini, semua orang tersenyum tipis. Mereka tahu bahwa kunci keberhasilan rencana ini terletak pada langkah terakhir.Memikirkan hal itu, Zaki dan Joko serempak menoleh ke arah Darsa. Darsa tersenyum dan berkata dengan suara rendah, "Langkah paling penting sekarang adalah bagaimana kita bisa mengalahkan Wira dan pasukannya. Jebakan kawat kuda sudah kita tanam, tapi sekarang kita harus menarik mereka masuk ke perangkap. Siapa di antara kalian yang mau melakukannya?"Mendengar ini, Zaki dan Joko terdiam sejenak, saling menatap, lalu menggeleng. Setelah beberapa saat, seseorang akhirnya berkata, "Tuan, bagaimana kalau aku saja yang pergi?"Yang berbicara adala
Melihat beberapa orang tampak kebingungan, Wira tersenyum dan bertanya, "Kalian tahu kenapa aku ingin menggunakan kuda-kuda itu?"Semua orang menggeleng. Mereka benar-benar tidak tahu alasannya. Melihat reaksi mereka, Wira tersenyum tipis, lalu berucap, "Karena kuda-kuda itu telah dilatih oleh pasukan utara. Jadi, kalau kita melepaskan mereka, mereka pasti akan kembali ke perkemahan pasukan utara.""Dengan demikian, mereka akan langsung menghancurkan jebakan kawat kuda yang telah dipasang oleh musuh."Mendengar ini, semua orang termangu sejenak. Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa cara seperti ini bisa dilakukan. Jika itu benar, jebakan yang telah dipasang musuh bisa dihancurkan sepenuhnya.Harus diketahui bahwa jebakan kawat kuda adalah alat sekali pakai. Setelah rusak, tidak akan bisa digunakan lagi. Sebelumnya, banyak dari mereka yang masih khawatir tentang cara mengatasi jebakan tersebut. Namun, setelah mendengar rencana Wira, mereka semua langsung merasa bersemangat.Beberapa
Seolah-olah terpikir akan sesuatu, Nafis yang berdiri di samping sedikit mengerutkan kening. Beberapa saat kemudian, dia akhirnya berkata dengan pelan, "Tuan, sekarang apa yang harus kita lakukan? Kita nggak mungkin hanya diam dan membiarkan musuh mengatur segalanya, 'kan?"Wira tersenyum getir. Dia tahu bahwa pasukan musuh sedang memasang jebakan, tetapi bagaimana cara mengatasinya masih belum jelas. Namun, satu hal yang pasti adalah mereka tidak bisa mengambil inisiatif untuk menyerang terlebih dahulu.Hayam tampaknya terpikir akan sesuatu. Dia menatap Wira dan yang lainnya, lalu tertawa sebelum berkata, "Hehe. Tuan, mereka sedang memasang jebakan kawat kuda. Sepertinya taktik kita sebelumnya benar-benar memberi mereka pelajaran."Jebakan kawat kuda? Mendengar hal ini, Nafis dan yang lainnya tidak bisa menahan tawa mereka. Melihat reaksi mereka, Wira juga tersenyum. Setelah berpikir sesaat, dia berujar, "Aku punya cara untuk menghancurkan jebakan mereka."Semua orang terdiam setelah