Danu berucap, "Kak Wira, gubernur sudah kembali. Apa ...."Wira tahu Danu cemas, tetapi Wira hanya menggeleng dan menyahut, "Nggak masalah. Kamu tenang saja." Wira tidak terlalu mengkhawatirkan gubernur. Namun, dia sangat kebingungan dengan Dewina.Keesokan paginya, Pramana mencari Wira dan berujar dengan ekspresi khawatir, "Paman Wira, gawat. Sepertinya Fabrian dijebak."Wira kaget mendengar ucapan Pramana, lalu bertanya, "Dijebak? Ada apa?"Pramana pun menceritakan kejadiannya. Fabrian datang ke Provinsi Jawali karena mempunyai perjanjian pernikahan dengan Keluarga Omair di Provinsi Jawali. Leluhur Keluarga Omair memiliki bisnis produksi kain sehingga sangat kaya. Setelah menjalankan bisnis ini secara turun-temurun, Keluarga Omair menjadi sehebat sekarang ini.Awalnya, penyokong Keluarga Omair adalah Keluarga Gumilar. Namun, Keluarga Omair hampir terlibat masalah Putro. Jadi, sejak saat itu, pernikahan ini tidak pernah diungkit lagi. Lagi pula, usia Fabrian dan putri Keluarga Omair m
Fabrian tidak berkomentar. Meskipun belum jelas siapa dalangnya, Fabrian sudah bisa menebaknya. Faksi penasihat kanan!Waktu itu, Putro mendampingi Dirga sebagai penasihat militer. Kemudian, Raja mengeluarkan dekret Dirga mati. Tidak lama kemudian, Putro juga diberhentikan dari jabatannya.Setelah itu, faksi penasihat kanan berkuasa di pemerintahan. Namun, sekarang Raja mengangkat seorang penasihat kiri. Siapa yang tidak bisa membaca situasi ini? Hanya saja, semua orang berusaha menghindarinya.Fabrian memang tidak langsung menyebutkan namanya, tetapi gubernur mendukung faksi penasihat kanan. Jadi, penasihat kanan pasti akan marah jika mendengar ucapan ini. Hal ini karena dia tahu Fabrian sedang menyindirnya."Kamu memang nggak bilang itu perbuatan siapa, tapi ... semua orang bisa menebaknya dari sindiranmu. Fabrian, Keluarga Omair mendapatkan kekayaan seperti sekarang ini dengan susah payah selama 3 generasi. Jadi, aku nggak akan membiarkan Keluarga Gumilar menghancurkannya! Kalaupun
Nawfal merasa terkejut. Apa Wira datang untuk berbisnis gelas kristal dengannya? Nawfal berkata, "Tuan Wira, gelas kristal ini memang bagus, tapi ... apa kamu berniat berbisnis ini denganku?"Wira mengangguk setelah mendengar perkataan Nawfal, lalu menjawab, "Tentu saja. Aku baru saja datang dan membutuhkan seorang rekan untuk melelang beberapa produk kristal. Kalau Pak Nawfal bersedia, aku ingin meminjam koneksimu untuk mengadakan pelelangan kelas atas di Provinsi Jawali."Wira melanjutkan, "Nanti, semua produk kristal akan dilelang dan Pak Nawfal boleh mengambil keuntungan 20 persen dari setiap harga pelelangan produk. Bagaimana?"Dua puluh persen memang kelihatannya tidak banyak, tetapi harga barang-barang ini sangat mahal. Gelas kristal seperti ini bahkan bisa dilelang seharga ratusan juta gabak.Nawfal menelan ludah, berarti dia akan mendapatkan keuntungan puluhan juta gabak. Nawfal berujar, "Tuan Wira ... kamu punya berapa banyak produk kristal seperti ini?"Wira menyahut, "Nggak
Siapa sangka, putra gubernur datang saat ini. Pasti akan terjadi masalah besar! Apa Hatta sudah mengetahui masalah di perjamuan semalam?Ekspresi Nawfal berubah drastis dan dia tidak jadi berbicara. Nawfal segera keluar untuk menyambut Hatta. Tak lama kemudian, Wira melihat pria yang berpakaian mewah dan memegang kipas berjalan masuk. Ekspresinya tampak arogan.Gubernur adalah penguasa di Provinsi Jawali. Sebagai putranya, tentu saja Hatta juga mempunyai kuasa yang besar. Sementara itu, Nawfal yang mengikuti di belakang Hatta terlihat seperti seorang penjilat. Seorang pebisnis yang sangat kaya sekalipun juga harus bersikap patuh begitu berhadapan dengan orang berkuasa seperti ini."Tuan Hatta, ada apa?" tanya Nawfal dengan hati-hati. Sementara itu, Hatta tersenyum."Pak Nawfal, tadi aku baru saja menemani ayahku inspeksi. Jadi, sekarang aku datang mengunjungimu," kata Hatta.Raut wajah Nawfal berubah drastis. Mengunjungi? Sepertinya, bukan itu tujuan Hatta.Nawfal adalah orang pintar.
Nawfal berkata, "Tuan Hatta, ini ... masalah ini ...." Dia merasa dilema. Tentu saja, Nawfal bersedia mendengar keputusan gubernur dan menikahkan putrinya dengan putra gubernur.Namun, Keluarga Omair mempunyai perjanjian pernikahan dengan Keluarga Gumilar dan semuanya tertulis dengan jelas. Jika Nawfal langsung menyetujui Hatta, kelak pasti akan timbul masalah!Hatta tertegun sejenak, lalu dia berpura-pura bingung dan bertanya, "Ada apa, Pak Nawfal?"Nawfal berpikir sesaat. Kemudian, dia mendekati Hatta dan berbisik di telinganya, "Tuan Hatta, kamu datang nggak tepat waktu. Aku sedang membicarakan tentang pembatalan pernikahan dengan Keluarga Gumilar." Nawfal melanjutkan, "Bagaimanapun, semuanya tertulis jelas dalam surat perjanjian. Kalau nggak dibatalkan, nanti akan repot. Jadi ...."Nawfal memang bijaksana. Dia menjelaskannya kepada Hatta, tetapi tidak membiarkan Fabrian dan Wira mengetahui hal ini. Dengan demikian, Nawfal tidak menyinggung siapa pun.Wira menyipitkan matanya dan t
Hatta langsung murka. Dia membentak, "Wira, beraninya kamu bicara begitu kepadaku!"Wira juga tahu bahwa hari ini Hatta datang untuk mencari masalah, jadi Wira tidak terlalu memedulikannya. Wira berucap, "Aku nggak berani. Tapi, apa yang kubilang memang kenyataan. Kedua keluarga ini punya perjanjian pernikahan. Kalau Tuan Hatta meminta untuk membatalkan pernikahan tanpa alasan yang jelas, tentu saja ini kurang pantas.""Pak Gubernur itu pejabat penting pemerintahan, semua keputusannya juga mewakili pemerintah. Jadi, apakah pantas kalau Tuan Hatta menindas orang seperti ini? Bagaimana kalau kami melapor agar pemerintah bisa menilainya?" lanjut Wira.Wira berbicara dengan tenang, tetapi raut wajah Hatta berubah drastis. Jika masalah ini dilaporkan kepada pemerintah, tentu saja akan sangat merepotkan. Lagi pula, penasihat kanan tidak memiliki kekuasaan mutlak, ada penasihat kiri yang mengawasinya.Meskipun masalah Yudha membuat faksi penasihat kiri terpengaruh, orang yang pintar tahu bahw
Meskipun Wira berkata begitu, Fabrian tetap menyalahkan dirinya sendiri. "Kalau kemarin malam aku nggak mengucapkan kata-kata itu, situasinya pasti nggak akan begini."Melihat Fabrian seperti ini, Wira seketika menggelengkan kepalanya sembari berkata, "Fabrian, yang kamu katakan sekarang salah! Ucapanmu kemarin nggak salah. Kenapa kamu harus menyalahkan dirimu sendiri? Yang salah adalah kerajaan dan era pemerintahan ini.""Hari ini, Paman akan memberitahumu jangan pernah melawan kata hatimu di saat apa pun. Paman keduamu selalu jujur dan terbuka selama hidupnya. Sekalipun berada di dalam situasi seperti ini, dia nggak pernah berbicara melawan hati nuraninya. Di dunia ini, orang-orang hidup dalam kesulitan karena terlalu banyak kebohongan," lanjut Wira.Setelah Wira menyelesaikan ucapannya, Fabrian sontak tertegun. Dia awalnya mengira bahwa Wira akan memarahi dirinya karena kata-kata yang diucapkan saat mabuk kemarin malam. Namun, tidak disangka Wira akan begitu murah hati. Wira tidak m
Lukman meletakkan buku yang ada di tangannya, lalu menatap Hatta sambil berkata, "Nak, Ayah memang nggak terlalu mengenal Wira, tapi Ayah tahu beberapa hal tentang dirinya. Wira adalah orang yang sangat hebat. Kalau nggak, penasihat kanan nggak mungkin akan takut padanya."Hatta menghela napas, lalu bertanya, "Ayah, jangan-jangan yang dikatakan Yudha benar bahwa Wira adalah dalang di balik kerusuhan Kerajaan Agrel? "Lukman mengangguk sembari menjawab, "Masalah ini 80% benar. Wira memiliki bakat yang hebat. Penasihat kanan juga ingin merekrutnya. Tapi, Wira sepertinya nggak sejalan dengan penasihat kanan sehingga mereka nggak bisa bekerja sama. Jadi, Wira nggak bisa menjadi sekutu dan hanya bisa dianggap sebagai musuh."Mendengar ini, Hatta buru-buru bertanya, "Ayah, kita harus bagaimana? Apa langsung membunuhnya?""Membunuh? Apa kamu kira dia gampang dibunuh? Dia saja bisa menghadapi bahaya dengan mudah. Sulit untuk membunuhnya. Selain itu, apa kamu lupa bagaimana Dirja dihukum?" timp
Setelah melihat Wira yang duduk di dalam sel, Danu merasa hatinya sakit dan berteriak, "Cepat buka pintu sel ini! Kalian benar-benar berani sekali. Bahkan kakakku juga kalian berani tangkap?"Bukan hanya Adianto yang langsung tercengang begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana juga begitu. Danu adalah jenderal yang terkenal dan berkuasa. Di seluruh Provinsi Lowala, tidak ada yang bisa menandinginya dan bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Orang yang dipanggilnya kakak tentu saja adalah Wira.Adianto tidak berani percaya dengan apa yang didengarnya, tetapi kenyataannya sudah ada di depan matanya. Setelah menelan ludah, dia segera membuka pintu sel dan inisiatif masuk ke dalamnya. Dia hanya menundukkan kepala karena tidak berani menatap Wira dan berkata, "Tuan, sebelumnya aku nggak tahu apa-apa dan sudah menyinggungmu.""Aku mohon Tuan bisa memaafkanku, jangan menghukumku. Aku nggak akan mengulanginya lagi kelak."Pada saat ini, Adianto benar-benar ketakutan
"Menurutku, ini ide yang bagus. Kalau begitu, kita lakukan sesuai keinginanmu. Aku akan pergi memberi tahu rekan-rekanku di luar biar mereka membantuku memberi pelajaran pada anak ini. Sejujurnya, aku juga kesal dengan anak ini," kata Adianto sambil tersenyum sinis, lalu bersiap pergi bersama Ruben.Adianto memang tidak bisa langsung memutuskan semua hal yang ada di penjara bawah tanah, dia tetap harus melaporkannya pada atasannya. Namun, jabatannya lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di sana. Jika kerabatnya ingin masuk ke kota, semua juga pasti akan melewatinya. Oleh karena itu, dia tentu saja memiliki pengaruh tertentu.Namun, saat baru saja berbalik, Adianto dan Ruben melihat ada sekelompok orang mendekat. Terutama saat melihat orang yang berdiri di paling depan, Adianto langsung tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa."Saudaraku, ada apa?" tanya Ruben dengan ekspresi bingung."Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Jenderal Danu tiba-tiba datang ke penjara bawah tanah? Buka
"Aku mengerti. Melihat situasinya nggak beres, jadi kakakmu langsung pergi, 'kan? Orang bilang suami istri yang selalu bersama pun akan berpisah saat menghadapi bahaya, ternyata kakak adik pun seperti ini," sindir Sahim.Shafa malah tidak berbicara dan menjelaskan apa pun juga. Dia sebenarnya sudah menyadarinya saat tadi Wira berbicara dengan Kaffa. Wira bisa duduk di sini dengan begitu tenang pasti karena sudah memberikan tugas pada Kaffa. Kalau begitu, mengapa dia harus khawatir?Selain itu, Shafa tahu betul kebaikan kakaknya terhadapnya melebihi siapa pun. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu menjelaskan apa pun pada orang lain."Tutup mulutmu," kata Wira dengan kesal.Sahim langsung tidak berani berbicara lagi.Tepat pada saat itu, Ruben dan Adianto datang dan langsung berdiri di depan pintu sel."Sekarang kamu sudah tahu kekuatanku, 'kan? Tadi aku sebenarnya nggak ingin menyusahkan kalian dan menyuruh kalian cepat pergi, tapi kalian nggak mau dengar. Kalian malah mengusir para
Kaffa menyadari liontin giok ini memang berguna. Setelah mendengar perkataan Danu, dia tidak ragu-ragu dan langsung berkata, "Tuan Wira yang memberiku liontin giok ini sudah ditangkap kepala penjaga gerbang kota ke penjara bawah tanah. Jenderal Danu, cepat selamatkan dia."Kepala penjaga gerbang kota memang memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Danu. Kaffa merasa lebih yakin lagi, kali ini Wira dan adiknya pasti akan selamat.Swish.Mendengar perkataan Kaffa, ekspresi Danu langsung menjadi sangat muram dan napasnya pun menjadi terengah-engah. "Mereka berani menangkap kakakku? Benar-benar nggak tahu diri!"Setelah memaki sebentar, Danu langsung melambaikan tangan pada kedua penjaga di belakangnya. "Segera kumpulkan orang dan ikut aku ke penjara bawah tanah!"Tak lama kemudian, semua orang sudah siap dan berangkat menuju penjara bawah tanah.Kaffa juga segera mengikuti mereka. Dia ingin menyelamatkan adiknya dengan tangannya sendiri dan berter
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan