Meskipun Wira berkata begitu, Fabrian tetap menyalahkan dirinya sendiri. "Kalau kemarin malam aku nggak mengucapkan kata-kata itu, situasinya pasti nggak akan begini."Melihat Fabrian seperti ini, Wira seketika menggelengkan kepalanya sembari berkata, "Fabrian, yang kamu katakan sekarang salah! Ucapanmu kemarin nggak salah. Kenapa kamu harus menyalahkan dirimu sendiri? Yang salah adalah kerajaan dan era pemerintahan ini.""Hari ini, Paman akan memberitahumu jangan pernah melawan kata hatimu di saat apa pun. Paman keduamu selalu jujur dan terbuka selama hidupnya. Sekalipun berada di dalam situasi seperti ini, dia nggak pernah berbicara melawan hati nuraninya. Di dunia ini, orang-orang hidup dalam kesulitan karena terlalu banyak kebohongan," lanjut Wira.Setelah Wira menyelesaikan ucapannya, Fabrian sontak tertegun. Dia awalnya mengira bahwa Wira akan memarahi dirinya karena kata-kata yang diucapkan saat mabuk kemarin malam. Namun, tidak disangka Wira akan begitu murah hati. Wira tidak m
Lukman meletakkan buku yang ada di tangannya, lalu menatap Hatta sambil berkata, "Nak, Ayah memang nggak terlalu mengenal Wira, tapi Ayah tahu beberapa hal tentang dirinya. Wira adalah orang yang sangat hebat. Kalau nggak, penasihat kanan nggak mungkin akan takut padanya."Hatta menghela napas, lalu bertanya, "Ayah, jangan-jangan yang dikatakan Yudha benar bahwa Wira adalah dalang di balik kerusuhan Kerajaan Agrel? "Lukman mengangguk sembari menjawab, "Masalah ini 80% benar. Wira memiliki bakat yang hebat. Penasihat kanan juga ingin merekrutnya. Tapi, Wira sepertinya nggak sejalan dengan penasihat kanan sehingga mereka nggak bisa bekerja sama. Jadi, Wira nggak bisa menjadi sekutu dan hanya bisa dianggap sebagai musuh."Mendengar ini, Hatta buru-buru bertanya, "Ayah, kita harus bagaimana? Apa langsung membunuhnya?""Membunuh? Apa kamu kira dia gampang dibunuh? Dia saja bisa menghadapi bahaya dengan mudah. Sulit untuk membunuhnya. Selain itu, apa kamu lupa bagaimana Dirja dihukum?" timp
"Si tua bangka dari Keluarga Linardi adalah orang yang sangat licik. Kejadian saat itu saja hampir menyebabkan keluarga mereka hancur. Kalau sudah seperti ini, apa sekarang mereka masih berani terlibat dalam perselisihan pemerintahan? Penasihat kanan sudah memberitahuku sejak awal bahwa Keluarga Linardi nggak ada gunanya. Jadi, kita nggak perlu memanfaatkan mereka lagi."Hatta akhirnya mengerti setelah mendengar penjelasan ini. Dia bertanya, "Ayah, menurutmu apa kita harus menghadapi Wira? Kalau kita berurusan dengan Wira, penasihat kanan pasti sangat senang."Lukman mengangguk sembari berujar, "Kita masih harus mempertimbangkan masalah ini. Untuk melenyapkan Wira, kita harus menyingkirkannya dengan 1 serangan saja. Kita nggak boleh memberinya kesempatan untuk melawan, apalagi hanya menggertak! Satu hal lagi, kita jangan turun tangan langsung. Akan lebih baik kalau kita meminta bantuan orang lain untuk menyingkirkannya!"Hatta sontak bingung dan bertanya, "Ayah, kalau begitu kita akan
Danu baru mengerti setelah mendengar penjelasan Wira.Saat ini, di ruangan privat yang gelap dalam Rumah Bordil Fion, Farrel dan gadis berpakaian ungu sedang duduk sambil minum teh."Biarpun sudah sering ke sini, setiap kali datang aku selalu merasa tempat ini bagus. Pantas saja para pria senang datang ke sini," ujar Farrel sambil menggoyangkan kipas lipatnya dan tersenyum tipis. Dia benar-benar kelihatan seperti tuan muda yang datang untuk bersenang-senang."Sebagai seorang wanita, kamu benar-benar nggak tahu malu dengan datang ke tempat seperti ini," balas gadis berpakaian ungu dengan kesal.Farrel sontak tersenyum dan berkata, "Bukannya kamu juga di sini sekarang? Kamu harus belajar cara wanita di sini menyenangkan pria. Itu bisa dibilang sebuah seni."Biasanya, gadis berpakaian ungu itu pasti akan marah. Namun, sekarang dia hanya tersenyum dan berkata, "Justru kamu yang harus belajar. Dengan begitu, mungkin kamu benaran bisa menaklukkan Wira.""Kamu tahu sendiri kalau Wira ini pria
Yudha mengetahui kemampuan Wira dengan sangat baik. Jadi, tentu saja orang-orang penasihat kiri yang lain juga tahu. Selain itu, strategi membangun dan mempertahankan negara yang diusulkan Wira juga sudah mereka ketahui. Dari situ saja, mereka sudah memahami talenta Wira.Sementara itu, penasihat kanan dan para anteknya yang mampu memegang kekuasaan selama bertahun-tahun juga tidak bisa diremehkan. Terlebih lagi, saking waspadanya mereka sampai menghasut Raja demi menundukkan Wira. Hal itu membuktikan bahwa mereka tahu tentang kemampuan Wira, tetapi hanya berpura-pura bodoh.Saat ini, satu-satunya orang yang tidak mengetahui bakat dan pengetahuan Wira yang sebenarnya hanyalah Raja egois itu."Pujianmu berlebihan," ujar Wira sambil tersenyum.Farrel berujar lagi, "Kamu seharusnya tahu situasimu sendiri saat ini. Awalnya, nggak ada yang berani mengusikmu berkat perlindungan orang-orang penasihat kiri. Tapi, dekret Raja menjerumuskan kamu ke situasi sulit. Orang-orang penasihat kiri sekal
Wira tidak menyangka bahwa Farrel akan balik menanyai dirinya. Sejujurnya, ambisi Wira tidak sebesar orang-orang lain. Dia hanya ingin hidup dengan tenang. Soal uang, Wira memang merasa makin banyak uang akan makin baik. Lagi pula, tidak ada orang yang bisa hidup di dunia tanpa uang. Namun, jika dibandingkan dengan Keluarga Barus, ambisinya masih kalah jauh.Keluarga Barus adalah keluarga terhormat yang memiliki banyak uang. Mereka juga pedagang besi terbesar di kerajaan. Keluarga Barus pada dasarnya menguasai kedua barang yang paling dibutuhkan saat perang pecah, yakni uang dan senjata. Dengan kekuatan sebesar itu, tidak heran jika mereka menjadi ambisius."Aku cuma tanya sambil lalu. Lanjutkan ucapanmu," ujar Wira sambil tersenyum.Farrel melanjutkan, "Di luar istana, pedagang garam dan pedagang sutra dikendalikan oleh keluarga terhormat. Kebetulan, kamu juga terlibat dalam jalur penjualan garam. Sebagai pedagang garam terbesar di Kerajaan Nuala, Keluarga Larasati di Provinsi Sebra t
Mendengar ini, Wira pun tahu bahwa Keluarga Larasati telah mulai bertindak."Kuharap mereka melawanku dengan metode bisnis yang jujur. Kalau mereka pakai cara kotor, aku nggak akan segan-segan pada mereka," gumam Wira. Dia juga punya batas kesabarannya sendiri. Jika orang-orang itu melawannya dengan metode bisnis, itu tidak masalah. Lagi pula, mereka semua adalah pebisnis.Wira hanya tidak suka jika orang-orang menggunakan cara yang tidak bermoral. Setidaknya, dia masih bisa menerima tindakan Keluarga Larasati saat ini yang bermaksud menghentikan pelelangan. Langkah ekstrem ini tentu saja memengaruhi bisnis Wira, tetapi tidak banyak."Kompetisi Puisi Nasaka akan diadakan dua hari lagi, kita jual saat itu saja," ujar Wira.Wira berencana menggunakan metode yang sama seperti saat menjual Pedang Treksha. Akan ada banyak orang yang datang ke Kompetisi Puisi Nasaka. Dia yakin orang-orang di sana pasti tertarik membeli produknya. Wira pun menunggu dimulainya Kompetisi Puisi Nasaka dengan ten
Tadinya, Wira berpikir Hatta akan bersikap kasar atau setidaknya memasang tampang masam. Akan tetapi, orang ini tampak biasa-biasa saja padanya.Teringat pada kesombongan Hatta tempo hari di Kediaman Omair, lalu membandingkannya dengan sikap pria itu hari ini, Wira sontak paham bahwa Hatta bukanlah orang yang bisa diremehkan. Padahal, Hatta sangat membenci Wira, tetapi dia masih bisa menyapanya dengan begitu ramah. Pengendalian diri sehebat ini bukanlah sesuatu yang bisa dimiliki orang biasa.Fabrian dan Pramana juga datang bersama Wira. Kali ini, Wira tidak membawa terlalu banyak orang. Selain dia dan istrinya, hanya ada Danu dan dua orang tersebut. Mereka hanya datang berlima. Danu berdiri di samping dengan tangan menggenggam Pedang Treksha. Dia memandang waspada pada sekelilingnya dengan aura yang mengintimidasi."Ayo masuk," ajak Wira sambil tersenyum. Dia memimpin semuanya berjalan ke tepi danau di kaki gunung. Di sana, sudah disiapkan bangku-bangku yang dikelilingi orang-orang. B
Semua orang kembali mengangguk. Setelah beberapa saat, Joko berkata, "Kalau begitu, biar aku yang pergi. Aku juga ingin melihat seberapa kuat mereka kali ini. Tapi yang paling penting, kita harus memastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Selain itu, banyak hal yang perlu kita selesaikan sekarang."Semua orang setuju. Jika mereka ingin menangani situasi ini, ini adalah langkah yang paling masuk akal.Melihat kedua orang itu tampak bersemangat, Darsa berkata, "Hahaha, semangat kalian memang luar biasa. Tapi, yang paling penting adalah tetap waspada. Jangan sampai musuh memanfaatkan celah sekecil apa pun. Paham?"Joko dan Zaki mengangguk. Setelah beberapa saat, mereka menangkupkan tangan di depan dada, lalu berbalik dan pergi.Begitu mereka pergi, pekerjaan yang tersisa menjadi lebih mudah. Di sisi lain, beberapa orang yang masih berada di tempat itu tampak lebih lega.Ada yang tersenyum dan berkata, "Sebelumnya aku kurang yakin, tapi sekarang aku semakin yakin. Selain itu, kalian meny
Saat melihat mata-mata masuk dengan tergesa-gesa, Zaki agak terkejut. Menurutnya, semuanya seharusnya sudah beres. Bagaimana mungkin masih ada masalah?Joko dan yang lainnya juga tampak heran. Dalam pandangan mereka, rencana ini benar-benar bisa berhasil. Mereka pun bertanya, "Ada masalah apa?"Mata-mata yang baru masuk itu segera menyahut, "Ini gawat! Entah kenapa, pihak musuh tiba-tiba melepaskan semua kuda perang yang mereka tawan sebelumnya!""Apa? Melepaskan kuda perang?" Zaki tertegun sejenak, lalu berkata dengan bingung, "Ini nggak masuk akal. Apa yang sedang mereka rencanakan? Jangan-jangan mereka berniat mengembalikan kuda ini ke kita? Memangnya mereka sebaik itu?"Joko dan yang lainnya juga merasa bingung. Di sisi lain, ekspresi Darsa sontak berubah. Dia segera berkata dengan suara rendah, "Ini nggak beres. Mereka pasti punya maksud lain. Mereka sedang menghancurkan jebakan kuda kita!"Mendengar hal ini, semua orang termangu sesaat. Kemudian, beberapa orang mulai berseru, "Si
Di pihak pasukan utara, Zaki dan para bawahannya sedang berkumpul di sekitar peta untuk menyusun rencana.Joko yang berdiri di samping mereka tersenyum dan berkata, "Kita telah menyelesaikan jebakan kawat kuda, sekarang kita harus memikirkan cara untuk menjebak pasukan musuh. Rencana ini seharusnya bisa berjalan dengan baik."Mendengar ini, semua orang tersenyum tipis. Mereka tahu bahwa kunci keberhasilan rencana ini terletak pada langkah terakhir.Memikirkan hal itu, Zaki dan Joko serempak menoleh ke arah Darsa. Darsa tersenyum dan berkata dengan suara rendah, "Langkah paling penting sekarang adalah bagaimana kita bisa mengalahkan Wira dan pasukannya. Jebakan kawat kuda sudah kita tanam, tapi sekarang kita harus menarik mereka masuk ke perangkap. Siapa di antara kalian yang mau melakukannya?"Mendengar ini, Zaki dan Joko terdiam sejenak, saling menatap, lalu menggeleng. Setelah beberapa saat, seseorang akhirnya berkata, "Tuan, bagaimana kalau aku saja yang pergi?"Yang berbicara adala
Melihat beberapa orang tampak kebingungan, Wira tersenyum dan bertanya, "Kalian tahu kenapa aku ingin menggunakan kuda-kuda itu?"Semua orang menggeleng. Mereka benar-benar tidak tahu alasannya. Melihat reaksi mereka, Wira tersenyum tipis, lalu berucap, "Karena kuda-kuda itu telah dilatih oleh pasukan utara. Jadi, kalau kita melepaskan mereka, mereka pasti akan kembali ke perkemahan pasukan utara.""Dengan demikian, mereka akan langsung menghancurkan jebakan kawat kuda yang telah dipasang oleh musuh."Mendengar ini, semua orang termangu sejenak. Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa cara seperti ini bisa dilakukan. Jika itu benar, jebakan yang telah dipasang musuh bisa dihancurkan sepenuhnya.Harus diketahui bahwa jebakan kawat kuda adalah alat sekali pakai. Setelah rusak, tidak akan bisa digunakan lagi. Sebelumnya, banyak dari mereka yang masih khawatir tentang cara mengatasi jebakan tersebut. Namun, setelah mendengar rencana Wira, mereka semua langsung merasa bersemangat.Beberapa
Seolah-olah terpikir akan sesuatu, Nafis yang berdiri di samping sedikit mengerutkan kening. Beberapa saat kemudian, dia akhirnya berkata dengan pelan, "Tuan, sekarang apa yang harus kita lakukan? Kita nggak mungkin hanya diam dan membiarkan musuh mengatur segalanya, 'kan?"Wira tersenyum getir. Dia tahu bahwa pasukan musuh sedang memasang jebakan, tetapi bagaimana cara mengatasinya masih belum jelas. Namun, satu hal yang pasti adalah mereka tidak bisa mengambil inisiatif untuk menyerang terlebih dahulu.Hayam tampaknya terpikir akan sesuatu. Dia menatap Wira dan yang lainnya, lalu tertawa sebelum berkata, "Hehe. Tuan, mereka sedang memasang jebakan kawat kuda. Sepertinya taktik kita sebelumnya benar-benar memberi mereka pelajaran."Jebakan kawat kuda? Mendengar hal ini, Nafis dan yang lainnya tidak bisa menahan tawa mereka. Melihat reaksi mereka, Wira juga tersenyum. Setelah berpikir sesaat, dia berujar, "Aku punya cara untuk menghancurkan jebakan mereka."Semua orang terdiam setelah
Nafis terdiam sejenak, lalu menatap mata-mata di samping dengan dahi berkerut dan berkata, "Langsung saja ke intinya. Apa yang sebenarnya terjadi? Karena dari sudut pandang kami, situasinya sepertinya nggak sesederhana itu."Semua orang di dalam tenda tampak kebingungan. Menurut mereka, pasukan musuh baru saja mengalami kekalahan. Jika mereka tiba-tiba mengirim pasukan kavaleri untuk berkeliaran tanpa tujuan, itu terdengar seperti sebuah lelucon.Beberapa saat kemudian, Wira yang merenung tiba-tiba tampak menyadari sesuatu. Pada saat yang sama, orang-orang berkata, "Sebelumnya, kita memang nggak terlalu memikirkan hal ini. Tapi, sekarang ada sesuatu yang terasa nggak beres. Yang jelas, musuh pasti sedang merencanakan sesuatu."Semua orang mengangguk setuju. Mereka juga merasa ada konspirasi di balik ini, tetapi tidak ada yang tahu pasti apa yang sedang direncanakan oleh pasukan musuh kali ini.Pada saat ini, Wira menoleh ke arah Adjie dan berucap, "Aku rasa mereka sudah bisa menebak ka
Wira menatap mereka sambil tersenyum dan berkata, "Hehe, jangan terlalu terburu-buru. Aku menduga ini adalah bagian dari siasat musuh. Hayam, bawa beberapa orang untuk mengawasi pergerakan mereka. Kalau ada kabar, segera laporkan padaku."Mendengar perintah itu, Hayam sempat tertegun sejenak, lalu mengangguk dan segera melangkah keluar.Setelah Hayam pergi, beberapa orang di sekitar yang menyaksikan hal itu pun ikut terdiam sejenak. Dari sudut pandang mereka, sulit untuk memahami maksud Wira.Melihat ekspresi penuh kebingungan di wajah mereka, Wira tersenyum tipis sebelum perlahan berujar, "Hehe, kalau dilihat sekilas, situasi ini tampaknya menguntungkan bagi kita. Tapi, aku ingin memastikan sesuatu dulu. Aku curiga ini adalah bagian dari strategi musuh."Mendengar kata-kata itu, semua orang tetap tidak bisa memahami apa sebenarnya rencana pasukan musuh. Melihat mereka yang masih tampak ragu, Wira kembali tersenyum dan meneruskan, "Ya sudah, akan aku beri tahu sedikit. Sebenarnya, pasu
Jelas semua orang sudah mengetahui rencana Wira sejak awal, tetapi mereka semua juga merasa tidak mudah untuk menyelesaikan masalah kali ini. Selain itu, mereka juga menganggap situasi kali ini cukup rumit untuk ditangani.Adjie yang berdiri di samping berkata, "Kalau Tuan ingin merebut Gunung Linang, kita harus menguasai Pulau Hulu dulu. Setelah berhasil, semuanya akan menjadi lebih mudah."Semua orang menganggukkan kepala karena setuju dengan perkataan itu.Saat semua orang sedang ragu, Arhan tersenyum dan berkata, "Tapi, pasukan musuh nggak akan membiarkan kita merebut Pulau Hulu dengan begitu mudah. Kalau tebakanku nggak salah, mungkin mereka sudah menyiapkan penyergapan di luar sana."Mendengar perkataan Arhan, Wira tersenyum karena dia juga berpikir begitu. Jika memang begitu, mereka harus menyusun rencana mereka dengan lebih matang.Saat semua sedang berdiskusi, Adjie tiba-tiba berkata, "Tapi, saat ini kita masih belum tahu harus bagaimana menyelesaikan masalah ini, benar-benar
Saat ini, semua orang sudah tahu Adjie yang sebelumnya memimpin para perampok dari Desa Riwut untuk mengepung kemah pasukan utara, sehingga mereka mengakui kemampuannya. Justru karena alasan inilah, mereka ingin melihat bagaimana pendapat Adjie tentang masalah ini.Melihat banyak orang yang menatapnya, Adjie tersenyum dan berkata, "Hehe. Sebenarnya pemikiranku tentang masalah ini juga sama, nggak terlalu sulit. Kalau diperhatikan dengan saksama, pasukan utara sangat bergantung pada kavaleri. Jadi, kalau kita berhasil menghancurkan kavaleri ini, hal pertama yang akan dipikirkan mereka adalah bagaimana mencegah kehancurannya lebih lanjut."Semua orang langsung tertegun karena mereka benar-benar tidak terpikirkan hal ini.Beberapa saat kemudian, seseorang berkata dengan terkejut, "Yang kamu katakan sepertinya memang benar. Tapi, kelihatannya strategi ini juga tidak begitu menguntungkan bagi kita."Semua orang menganggukkan kepala karena mereka juga setuju dengan perkataan orang itu.Saat