Wira tersenyum sejenak. Dia sama sekali tidak menolak ajakan Farrel karena merasa agak segan. Apalagi, Wira ingin memperluas bisnisnya ke Provinsi Jawali. Dengan bantuan Keluarga Barus, Wira akan merasa jauh lebih leluasa untuk mencapai tujuannya."Ada 3 tempat terbaik di Provinsi Jawali, yaitu Restoran Karunia, Rumah Bordil Fion, dan Danau Jawali. Malam ini, aku akan mengadakan pesta di Danau Jawali. Aku sudah mengundang koki dari Restoran Karunia dan penyanyi dari Rumah Bordil Fion untuk menemani kita. Kita akan mengobrol dan minum bersama sambil menikmati pemandangan danau. Bagaimana menurutmu?" tanya Farrel. Sebelum datang ke Provinsi Jawali, Wira telah mengetahui 3 tempat ini. Setiap orang yang datang ke 3 tempat ini akan merasa betah dan tidak ingin pulang. Hidangan dari Restoran Karunia, penyanyi dari Rumah Bordil Fion, dan pemandangan Danau Jawali adalah kombinasi yang tidak ada tandingannya di dunia.Saat ini, Farrel telah menyatukan ketiga tempat ini. Wira tentu saja merasa
Setelah membaca surat tersebut, wajah Wulan sontak memucat!"Sudah kukatakan, Wira adalah pria nggak berperasaan. Awalnya kukira kedatangannya ke Provinsi Jawali adalah untuk menjemputmu. Nggak disangka, ternyata dia kemari untuk bertemu dengan Keluarga Barus dan penyanyi dari Rumah Bordil Fion!""Malam ini, mereka akan mengobrol sambil minum bir di Danau Jawali. Tuan Muda Farrel adalah pria cabul. Dia selalu ditemani oleh wanita cantik. Kalau mereka berdua bersama, apa yang akan mereka lakukan?" ujar Melati memanaskan suasana sambil tersenyum licik.Jika Wulan menyerah dengan pernikahannya, rencana ini akan berhasil! Lagi pula, Melati sama sekali tidak menganggap serius Wira!"Nggak mungkin. Wira nggak akan mungkin memperlakukanku seperti ini. Nggak mungkin, aku mau bertemu dengan Wira!" Setelah mengatakan ini, Wulan hendak pergi.Namun, Melati menghalanginya dan berkata, "Wulan, kamu lugu sekali. Kalau kamu pergi sekarang, kamu akan mewakili nama baik Keluarga Linardi. Wira sudah mel
"Biar kuperkenalkan, dia adalah Dewina, penyanyi nomor satu di Rumah Bordil Fion sekaligus di Provinsi Jawali. Selama ini, dia cuma memberikan pertunjukan seni tanpa menemani tamu tidur. Tapi, begitu bertemu Tuan Wahyudi yang terkenal di seluruh tanah air, dia tanpa sadar jatuh cinta," ujar Farrel buru-buru memperkenalkan.Wira memandang wanita berpakaian kuning itu. Wanita itu memang cantik dan menarik. Baik wajah maupun bentuk tubuhnya tidak bercacat. Pesona yang dipancarkan sorot matanya baru pertama kali Wira jumpai di antara begitu banyak wanita. Seolah-olah, lirikan matanya saja sudah mampu memikat hati orang. Tidak heran jika wanita itu menjadi penyanyi nomor satu."Tuan Farrel bisa saja. Aku sama sekali bukan orang terkenal. Kalaupun dikenal orang, paling-paling karena mereka mendengar reputasi burukku," ujar Wira sambil mengibaskan tangan dan memalingkan pandangan dari Dewina.Melihat ini, Farrel dan Dewina sama-sama tercengang, bahkan gadis berpakaian ungu pun ikut tertegun.
Farrel menarik napas dalam-dalam. Meskipun terkejut, dia segera mengendalikan ekspresinya. Begitu merasa bahwa dirinya sudah salah paham pada Wira, dia segera berdiri dan berkata, "Tuan Wahyudi, aku nggak bermaksud begitu, tapi aku masih ragu."Wira tertegun sejenak mendengar ucapan Farrel, lalu dia berkata, "Ragu dalam hal apa?"Farrel sontak mengibaskan tangannya. Kemudian, semua orang di sekitar undur diri, bahkan Dewina pun pergi. Di dalam ruangan itu, kini hanya tersisa tiga orang, yakni Farrel, gadis berpakaian ungu, dan Wira.Farrel memandang Wira dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Tuan Wahyudi seharusnya tahu kalau aku menyukai orang-orang berbakat. Tempo hari, aku juga bermaksud merekrutmu untuk menjadi penasihat Keluarga Barus. Jadi, aku tentu ingin menyenangkan Tuan Wahyudi. Dari informasi yang kudapatkan, kamu ... tertarik pada wanita cantik ...."Farrel ingin mengatakan bahwa berdasarkan laporan yang didapatnya, Wira adalah pria mesum yang bernafsu besar. Hanya saja, kat
Wira menjawab sambil tersenyum, "Kita bisa meminta bantuan Nona Dewina dalam urusan bisnis ini."Farrel mengejap, lalu tersenyum. Tanpa basa-basi, dia menangkupkan tangannya seraya berkata, "Kalau begitu aku pamit dulu."Begitu Farrel pergi, Dewina langsung masuk lagi. Wajah cantiknya merona, menunjukkan dirinya yang sedikit malu."Tuan Wira memanggilku?" ujar Dewina sambil duduk di samping Wira. Aroma samar yang memabukkan seketika merasuki indra penciuman Wira.Namun, Wira hanya tersenyum dan berkata, "Nona Dewina, aku ingin meminta bantuan darimu."Dewina tertegun sejenak, lalu menjawab tanpa ragu, "Silakan berikan perintah, Tuan. Aku akan mengusahakan yang terbaik untuk membantumu." Dewina tidak punya alasan untuk menolak. Dia tidak hanya ingin memenuhi tugas Farrel, tetapi juga menyukseskan misinya sendiri.Wira mengeluarkan sebotol parfum dan memberikannya pada Dewina seraya berkata, "Nona Dewina, ini adalah parfum. Kalau disemprot ke pergelangan tangan dan belakang telinga, arom
Air mata bercucuran di wajah Wulan saat dia menatap perahu indah di danau dengan putus asa. "Nggak mungkin, nggak mungkin ...," gumam Wulan dengan getir.Di sampingnya, Opal menggertakkan giginya kuat-kuat. Dia tidak nyaman melihat adiknya sendiri patah hati, tetapi dia juga merasa sangat senang saat membayangkan Wulan akan bercerai dengan Wira. Suasana hati yang rumit ini membuat raut wajahnya tak menentu."Kamu lihat sendiri, 'kan? Wulan, bukannya aku nggak ingin kamu menjumpai Wira. Suamimu itu berengsek, dulu dia sering memukul dan memarahimu. Sekarang, dia jadi arogan begitu punya uang. Dia begitu berani bersenang-senang dengan wanita dari Rumah Bordil Fion di depan Keluarga Linardi. Pria seperti ini nggak layak untukmu!" hasut Melati tanpa belas kasihan.Bisa dibilang, mereka sudah merencanakan dan memperhitungkan waktunya baik-baik. Begitu Wira naik perahu, keduanya langsung membawa Wulan kemari."Sudahlah. Wulan, ayo kita pulang," ajak Opal sambil menarik napas dalam-dalam dan
Tak disangka, Keluarga Linardi akan menggunakan strategi Wira sendiri untuk menyerangnya. Namun, ini hanya masalah sepele. Wira sama sekali tidak peduli pada rumor itu.Keesokan harinya, Dewina yang menyanggupi permintaan Wira untuk memasarkan parfum mulai membuat persiapan di Rumah Bordil Fion. Dewina memegang botol parfum Wira dan berkata sambil tersenyum tipis, "Bu Anggie, aku ingin mengadakan pesta dansa di Rumah Bordil Fion."Anggie adalah penanggung jawab Rumah Bordil Fion, identitasnya juga diketahui oleh Dewina. "Nona Dewina, kamu serius?" tanya Anggie.Dewina mengangguk dan berujar, "Apa kamu sudah lupa dengan isi surat dari orang itu? Biar apa pun yang terjadi, kita harus memenangkan hati Wira. Bahkan kalau aku harus mengorbankan diriku sendiri ...."Anggie menarik napas dalam-dalam, lalu akhirnya mengiakan.Tak lama, berita bahwa Dewina dari Rumah Bordil Fion sekaligus penyanyi nomor satu di Provinsi Jawali akan mengadakan pesta dansa malam ini menyebar ke seluruh penjuru P
Aroma ini sangat memabukkan. Seiring dengan kedatangan Dewina, wanginya perlahan memenuhi seluruh Rumah Bordil Fion. Saat Dewina menari dengan anggun, aroma memabukkan itu menjadi lebih kuat. Semua orang terkejut saat menciumnya."Wangi banget! Kenapa Dewina bisa sewangi ini hari ini?""Ya! Kantong wewangian apa ini? Kenapa aromanya begitu enak?" Semua orang di sana merasa kaget.Usai tarian indahnya selesai, Dewina berkata sambil tersenyum, "Semuanya, apa kalian penasaran dengan aroma tubuhku?" Sambil bicara, Dewina mengibaskan lengan panjangnya. Aromanya yang menyenangkan kembali tercium."Iya! Nona Dewina, kantong wewangian apa ini? Toko mana yang membuatnya? Wanginya unik sekali!""Aromanya harum, tapi nggak menyengat. Tahan lama, tapi nggak memuakkan. Rasanya seperti wangi yang tercium di taman bunga!"Semua orang menyampaikan pendapat mereka dengan takjub dan bertanya penuh rasa penasaran.Dewina berujar, "Benda ini namanya parfum, produk yang dibuat oleh Tuan Wira dan Nona Wulan
Setelah melihat Wira yang duduk di dalam sel, Danu merasa hatinya sakit dan berteriak, "Cepat buka pintu sel ini! Kalian benar-benar berani sekali. Bahkan kakakku juga kalian berani tangkap?"Bukan hanya Adianto yang langsung tercengang begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana juga begitu. Danu adalah jenderal yang terkenal dan berkuasa. Di seluruh Provinsi Lowala, tidak ada yang bisa menandinginya dan bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Orang yang dipanggilnya kakak tentu saja adalah Wira.Adianto tidak berani percaya dengan apa yang didengarnya, tetapi kenyataannya sudah ada di depan matanya. Setelah menelan ludah, dia segera membuka pintu sel dan inisiatif masuk ke dalamnya. Dia hanya menundukkan kepala karena tidak berani menatap Wira dan berkata, "Tuan, sebelumnya aku nggak tahu apa-apa dan sudah menyinggungmu.""Aku mohon Tuan bisa memaafkanku, jangan menghukumku. Aku nggak akan mengulanginya lagi kelak."Pada saat ini, Adianto benar-benar ketakutan
"Menurutku, ini ide yang bagus. Kalau begitu, kita lakukan sesuai keinginanmu. Aku akan pergi memberi tahu rekan-rekanku di luar biar mereka membantuku memberi pelajaran pada anak ini. Sejujurnya, aku juga kesal dengan anak ini," kata Adianto sambil tersenyum sinis, lalu bersiap pergi bersama Ruben.Adianto memang tidak bisa langsung memutuskan semua hal yang ada di penjara bawah tanah, dia tetap harus melaporkannya pada atasannya. Namun, jabatannya lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di sana. Jika kerabatnya ingin masuk ke kota, semua juga pasti akan melewatinya. Oleh karena itu, dia tentu saja memiliki pengaruh tertentu.Namun, saat baru saja berbalik, Adianto dan Ruben melihat ada sekelompok orang mendekat. Terutama saat melihat orang yang berdiri di paling depan, Adianto langsung tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa."Saudaraku, ada apa?" tanya Ruben dengan ekspresi bingung."Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Jenderal Danu tiba-tiba datang ke penjara bawah tanah? Buka
"Aku mengerti. Melihat situasinya nggak beres, jadi kakakmu langsung pergi, 'kan? Orang bilang suami istri yang selalu bersama pun akan berpisah saat menghadapi bahaya, ternyata kakak adik pun seperti ini," sindir Sahim.Shafa malah tidak berbicara dan menjelaskan apa pun juga. Dia sebenarnya sudah menyadarinya saat tadi Wira berbicara dengan Kaffa. Wira bisa duduk di sini dengan begitu tenang pasti karena sudah memberikan tugas pada Kaffa. Kalau begitu, mengapa dia harus khawatir?Selain itu, Shafa tahu betul kebaikan kakaknya terhadapnya melebihi siapa pun. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu menjelaskan apa pun pada orang lain."Tutup mulutmu," kata Wira dengan kesal.Sahim langsung tidak berani berbicara lagi.Tepat pada saat itu, Ruben dan Adianto datang dan langsung berdiri di depan pintu sel."Sekarang kamu sudah tahu kekuatanku, 'kan? Tadi aku sebenarnya nggak ingin menyusahkan kalian dan menyuruh kalian cepat pergi, tapi kalian nggak mau dengar. Kalian malah mengusir para
Kaffa menyadari liontin giok ini memang berguna. Setelah mendengar perkataan Danu, dia tidak ragu-ragu dan langsung berkata, "Tuan Wira yang memberiku liontin giok ini sudah ditangkap kepala penjaga gerbang kota ke penjara bawah tanah. Jenderal Danu, cepat selamatkan dia."Kepala penjaga gerbang kota memang memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Danu. Kaffa merasa lebih yakin lagi, kali ini Wira dan adiknya pasti akan selamat.Swish.Mendengar perkataan Kaffa, ekspresi Danu langsung menjadi sangat muram dan napasnya pun menjadi terengah-engah. "Mereka berani menangkap kakakku? Benar-benar nggak tahu diri!"Setelah memaki sebentar, Danu langsung melambaikan tangan pada kedua penjaga di belakangnya. "Segera kumpulkan orang dan ikut aku ke penjara bawah tanah!"Tak lama kemudian, semua orang sudah siap dan berangkat menuju penjara bawah tanah.Kaffa juga segera mengikuti mereka. Dia ingin menyelamatkan adiknya dengan tangannya sendiri dan berter
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan