Setelah membaca surat tersebut, wajah Wulan sontak memucat!"Sudah kukatakan, Wira adalah pria nggak berperasaan. Awalnya kukira kedatangannya ke Provinsi Jawali adalah untuk menjemputmu. Nggak disangka, ternyata dia kemari untuk bertemu dengan Keluarga Barus dan penyanyi dari Rumah Bordil Fion!""Malam ini, mereka akan mengobrol sambil minum bir di Danau Jawali. Tuan Muda Farrel adalah pria cabul. Dia selalu ditemani oleh wanita cantik. Kalau mereka berdua bersama, apa yang akan mereka lakukan?" ujar Melati memanaskan suasana sambil tersenyum licik.Jika Wulan menyerah dengan pernikahannya, rencana ini akan berhasil! Lagi pula, Melati sama sekali tidak menganggap serius Wira!"Nggak mungkin. Wira nggak akan mungkin memperlakukanku seperti ini. Nggak mungkin, aku mau bertemu dengan Wira!" Setelah mengatakan ini, Wulan hendak pergi.Namun, Melati menghalanginya dan berkata, "Wulan, kamu lugu sekali. Kalau kamu pergi sekarang, kamu akan mewakili nama baik Keluarga Linardi. Wira sudah mel
"Biar kuperkenalkan, dia adalah Dewina, penyanyi nomor satu di Rumah Bordil Fion sekaligus di Provinsi Jawali. Selama ini, dia cuma memberikan pertunjukan seni tanpa menemani tamu tidur. Tapi, begitu bertemu Tuan Wahyudi yang terkenal di seluruh tanah air, dia tanpa sadar jatuh cinta," ujar Farrel buru-buru memperkenalkan.Wira memandang wanita berpakaian kuning itu. Wanita itu memang cantik dan menarik. Baik wajah maupun bentuk tubuhnya tidak bercacat. Pesona yang dipancarkan sorot matanya baru pertama kali Wira jumpai di antara begitu banyak wanita. Seolah-olah, lirikan matanya saja sudah mampu memikat hati orang. Tidak heran jika wanita itu menjadi penyanyi nomor satu."Tuan Farrel bisa saja. Aku sama sekali bukan orang terkenal. Kalaupun dikenal orang, paling-paling karena mereka mendengar reputasi burukku," ujar Wira sambil mengibaskan tangan dan memalingkan pandangan dari Dewina.Melihat ini, Farrel dan Dewina sama-sama tercengang, bahkan gadis berpakaian ungu pun ikut tertegun.
Farrel menarik napas dalam-dalam. Meskipun terkejut, dia segera mengendalikan ekspresinya. Begitu merasa bahwa dirinya sudah salah paham pada Wira, dia segera berdiri dan berkata, "Tuan Wahyudi, aku nggak bermaksud begitu, tapi aku masih ragu."Wira tertegun sejenak mendengar ucapan Farrel, lalu dia berkata, "Ragu dalam hal apa?"Farrel sontak mengibaskan tangannya. Kemudian, semua orang di sekitar undur diri, bahkan Dewina pun pergi. Di dalam ruangan itu, kini hanya tersisa tiga orang, yakni Farrel, gadis berpakaian ungu, dan Wira.Farrel memandang Wira dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Tuan Wahyudi seharusnya tahu kalau aku menyukai orang-orang berbakat. Tempo hari, aku juga bermaksud merekrutmu untuk menjadi penasihat Keluarga Barus. Jadi, aku tentu ingin menyenangkan Tuan Wahyudi. Dari informasi yang kudapatkan, kamu ... tertarik pada wanita cantik ...."Farrel ingin mengatakan bahwa berdasarkan laporan yang didapatnya, Wira adalah pria mesum yang bernafsu besar. Hanya saja, kat
Wira menjawab sambil tersenyum, "Kita bisa meminta bantuan Nona Dewina dalam urusan bisnis ini."Farrel mengejap, lalu tersenyum. Tanpa basa-basi, dia menangkupkan tangannya seraya berkata, "Kalau begitu aku pamit dulu."Begitu Farrel pergi, Dewina langsung masuk lagi. Wajah cantiknya merona, menunjukkan dirinya yang sedikit malu."Tuan Wira memanggilku?" ujar Dewina sambil duduk di samping Wira. Aroma samar yang memabukkan seketika merasuki indra penciuman Wira.Namun, Wira hanya tersenyum dan berkata, "Nona Dewina, aku ingin meminta bantuan darimu."Dewina tertegun sejenak, lalu menjawab tanpa ragu, "Silakan berikan perintah, Tuan. Aku akan mengusahakan yang terbaik untuk membantumu." Dewina tidak punya alasan untuk menolak. Dia tidak hanya ingin memenuhi tugas Farrel, tetapi juga menyukseskan misinya sendiri.Wira mengeluarkan sebotol parfum dan memberikannya pada Dewina seraya berkata, "Nona Dewina, ini adalah parfum. Kalau disemprot ke pergelangan tangan dan belakang telinga, arom
Air mata bercucuran di wajah Wulan saat dia menatap perahu indah di danau dengan putus asa. "Nggak mungkin, nggak mungkin ...," gumam Wulan dengan getir.Di sampingnya, Opal menggertakkan giginya kuat-kuat. Dia tidak nyaman melihat adiknya sendiri patah hati, tetapi dia juga merasa sangat senang saat membayangkan Wulan akan bercerai dengan Wira. Suasana hati yang rumit ini membuat raut wajahnya tak menentu."Kamu lihat sendiri, 'kan? Wulan, bukannya aku nggak ingin kamu menjumpai Wira. Suamimu itu berengsek, dulu dia sering memukul dan memarahimu. Sekarang, dia jadi arogan begitu punya uang. Dia begitu berani bersenang-senang dengan wanita dari Rumah Bordil Fion di depan Keluarga Linardi. Pria seperti ini nggak layak untukmu!" hasut Melati tanpa belas kasihan.Bisa dibilang, mereka sudah merencanakan dan memperhitungkan waktunya baik-baik. Begitu Wira naik perahu, keduanya langsung membawa Wulan kemari."Sudahlah. Wulan, ayo kita pulang," ajak Opal sambil menarik napas dalam-dalam dan
Tak disangka, Keluarga Linardi akan menggunakan strategi Wira sendiri untuk menyerangnya. Namun, ini hanya masalah sepele. Wira sama sekali tidak peduli pada rumor itu.Keesokan harinya, Dewina yang menyanggupi permintaan Wira untuk memasarkan parfum mulai membuat persiapan di Rumah Bordil Fion. Dewina memegang botol parfum Wira dan berkata sambil tersenyum tipis, "Bu Anggie, aku ingin mengadakan pesta dansa di Rumah Bordil Fion."Anggie adalah penanggung jawab Rumah Bordil Fion, identitasnya juga diketahui oleh Dewina. "Nona Dewina, kamu serius?" tanya Anggie.Dewina mengangguk dan berujar, "Apa kamu sudah lupa dengan isi surat dari orang itu? Biar apa pun yang terjadi, kita harus memenangkan hati Wira. Bahkan kalau aku harus mengorbankan diriku sendiri ...."Anggie menarik napas dalam-dalam, lalu akhirnya mengiakan.Tak lama, berita bahwa Dewina dari Rumah Bordil Fion sekaligus penyanyi nomor satu di Provinsi Jawali akan mengadakan pesta dansa malam ini menyebar ke seluruh penjuru P
Aroma ini sangat memabukkan. Seiring dengan kedatangan Dewina, wanginya perlahan memenuhi seluruh Rumah Bordil Fion. Saat Dewina menari dengan anggun, aroma memabukkan itu menjadi lebih kuat. Semua orang terkejut saat menciumnya."Wangi banget! Kenapa Dewina bisa sewangi ini hari ini?""Ya! Kantong wewangian apa ini? Kenapa aromanya begitu enak?" Semua orang di sana merasa kaget.Usai tarian indahnya selesai, Dewina berkata sambil tersenyum, "Semuanya, apa kalian penasaran dengan aroma tubuhku?" Sambil bicara, Dewina mengibaskan lengan panjangnya. Aromanya yang menyenangkan kembali tercium."Iya! Nona Dewina, kantong wewangian apa ini? Toko mana yang membuatnya? Wanginya unik sekali!""Aromanya harum, tapi nggak menyengat. Tahan lama, tapi nggak memuakkan. Rasanya seperti wangi yang tercium di taman bunga!"Semua orang menyampaikan pendapat mereka dengan takjub dan bertanya penuh rasa penasaran.Dewina berujar, "Benda ini namanya parfum, produk yang dibuat oleh Tuan Wira dan Nona Wulan
Opal tidak menyangka bahwa Wira berani melakukan hal seperti ini. Bawahannya menjelaskan, "Tuan Muda Opal, sekarang semua orang di Provinsi Jawali sudah tahu bahwa Nona Wulan dan Wira sebenarnya nggak benar-benar bercerai. Jadi, rumor yang kita sebarkan sebelumnya ... mungkin …."Raut wajah Opal terlihat sangat suram. Sementara itu, ketika Melati mendengar tentang kabar ini, dia sangat marah hingga membanting mangkuk. Opal yang sangat emosi pun memaki, "Bisa-bisanya Wira si bajingan itu membuat Dewina membelanya? Bagaimana dia bisa melakukannya! Aku nggak akan pernah mengizinkan dia untuk menjemput Wulan!"Usai mengatakan itu, Opal mengibaskan lengan bajunya dan berjalan keluar dari Kediaman Linardi. Sementara itu, Wulan tentunya juga telah mendengar kabar tersebut. Tidak ada rahasia yang bisa tersimpan selamanya, apalagi di Kediaman Linardi. Dengan adanya Farrel yang membantu secara diam-diam, bukanlah hal sulit bagi Wulan untuk menerima kabar ini."Toko Cinta Selamanya .... Suamiku t
Seolah-olah terpikir akan sesuatu, Nafis yang berdiri di samping sedikit mengerutkan kening. Beberapa saat kemudian, dia akhirnya berkata dengan pelan, "Tuan, sekarang apa yang harus kita lakukan? Kita nggak mungkin hanya diam dan membiarkan musuh mengatur segalanya, 'kan?"Wira tersenyum getir. Dia tahu bahwa pasukan musuh sedang memasang jebakan, tetapi bagaimana cara mengatasinya masih belum jelas. Namun, satu hal yang pasti adalah mereka tidak bisa mengambil inisiatif untuk menyerang terlebih dahulu.Hayam tampaknya terpikir akan sesuatu. Dia menatap Wira dan yang lainnya, lalu tertawa sebelum berkata, "Hehe. Tuan, mereka sedang memasang jebakan kawat kuda. Sepertinya taktik kita sebelumnya benar-benar memberi mereka pelajaran."Jebakan kawat kuda? Mendengar hal ini, Nafis dan yang lainnya tidak bisa menahan tawa mereka. Melihat reaksi mereka, Wira juga tersenyum. Setelah berpikir sesaat, dia berujar, "Aku punya cara untuk menghancurkan jebakan mereka."Semua orang terdiam setelah
Nafis terdiam sejenak, lalu menatap mata-mata di samping dengan dahi berkerut dan berkata, "Langsung saja ke intinya. Apa yang sebenarnya terjadi? Karena dari sudut pandang kami, situasinya sepertinya nggak sesederhana itu."Semua orang di dalam tenda tampak kebingungan. Menurut mereka, pasukan musuh baru saja mengalami kekalahan. Jika mereka tiba-tiba mengirim pasukan kavaleri untuk berkeliaran tanpa tujuan, itu terdengar seperti sebuah lelucon.Beberapa saat kemudian, Wira yang merenung tiba-tiba tampak menyadari sesuatu. Pada saat yang sama, orang-orang berkata, "Sebelumnya, kita memang nggak terlalu memikirkan hal ini. Tapi, sekarang ada sesuatu yang terasa nggak beres. Yang jelas, musuh pasti sedang merencanakan sesuatu."Semua orang mengangguk setuju. Mereka juga merasa ada konspirasi di balik ini, tetapi tidak ada yang tahu pasti apa yang sedang direncanakan oleh pasukan musuh kali ini.Pada saat ini, Wira menoleh ke arah Adjie dan berucap, "Aku rasa mereka sudah bisa menebak ka
Wira menatap mereka sambil tersenyum dan berkata, "Hehe, jangan terlalu terburu-buru. Aku menduga ini adalah bagian dari siasat musuh. Hayam, bawa beberapa orang untuk mengawasi pergerakan mereka. Kalau ada kabar, segera laporkan padaku."Mendengar perintah itu, Hayam sempat tertegun sejenak, lalu mengangguk dan segera melangkah keluar.Setelah Hayam pergi, beberapa orang di sekitar yang menyaksikan hal itu pun ikut terdiam sejenak. Dari sudut pandang mereka, sulit untuk memahami maksud Wira.Melihat ekspresi penuh kebingungan di wajah mereka, Wira tersenyum tipis sebelum perlahan berujar, "Hehe, kalau dilihat sekilas, situasi ini tampaknya menguntungkan bagi kita. Tapi, aku ingin memastikan sesuatu dulu. Aku curiga ini adalah bagian dari strategi musuh."Mendengar kata-kata itu, semua orang tetap tidak bisa memahami apa sebenarnya rencana pasukan musuh. Melihat mereka yang masih tampak ragu, Wira kembali tersenyum dan meneruskan, "Ya sudah, akan aku beri tahu sedikit. Sebenarnya, pasu
Jelas semua orang sudah mengetahui rencana Wira sejak awal, tetapi mereka semua juga merasa tidak mudah untuk menyelesaikan masalah kali ini. Selain itu, mereka juga menganggap situasi kali ini cukup rumit untuk ditangani.Adjie yang berdiri di samping berkata, "Kalau Tuan ingin merebut Gunung Linang, kita harus menguasai Pulau Hulu dulu. Setelah berhasil, semuanya akan menjadi lebih mudah."Semua orang menganggukkan kepala karena setuju dengan perkataan itu.Saat semua orang sedang ragu, Arhan tersenyum dan berkata, "Tapi, pasukan musuh nggak akan membiarkan kita merebut Pulau Hulu dengan begitu mudah. Kalau tebakanku nggak salah, mungkin mereka sudah menyiapkan penyergapan di luar sana."Mendengar perkataan Arhan, Wira tersenyum karena dia juga berpikir begitu. Jika memang begitu, mereka harus menyusun rencana mereka dengan lebih matang.Saat semua sedang berdiskusi, Adjie tiba-tiba berkata, "Tapi, saat ini kita masih belum tahu harus bagaimana menyelesaikan masalah ini, benar-benar
Saat ini, semua orang sudah tahu Adjie yang sebelumnya memimpin para perampok dari Desa Riwut untuk mengepung kemah pasukan utara, sehingga mereka mengakui kemampuannya. Justru karena alasan inilah, mereka ingin melihat bagaimana pendapat Adjie tentang masalah ini.Melihat banyak orang yang menatapnya, Adjie tersenyum dan berkata, "Hehe. Sebenarnya pemikiranku tentang masalah ini juga sama, nggak terlalu sulit. Kalau diperhatikan dengan saksama, pasukan utara sangat bergantung pada kavaleri. Jadi, kalau kita berhasil menghancurkan kavaleri ini, hal pertama yang akan dipikirkan mereka adalah bagaimana mencegah kehancurannya lebih lanjut."Semua orang langsung tertegun karena mereka benar-benar tidak terpikirkan hal ini.Beberapa saat kemudian, seseorang berkata dengan terkejut, "Yang kamu katakan sepertinya memang benar. Tapi, kelihatannya strategi ini juga tidak begitu menguntungkan bagi kita."Semua orang menganggukkan kepala karena mereka juga setuju dengan perkataan orang itu.Saat
Di dalam lereng bukit yang jaraknya tidak jauh dari kemah pasukan utara di Pulau Hulu, Wira dan yang lainnya sudah menyiapkan penyergapan dan kini sedang menunggu pasukan musuh mendekat.Saat semua orang sedang menunggu dengan cemas, beberapa orang di barisan depan mengernyitkan alis. Beberapa saat kemudian, salah seorang dari mereka berlari ke arah Wira dan berkata, "Tuan, mereka sepertinya sudah mundur, kini kita sudah bisa bergerak. Tapi, dilihat dari situasinya, mereka memang cukup kuat."Mendengar kabar musuh sudah mundur, Wira pun mengernyitkan alis. Menurutnya, musuhnya ini terlalu lemah, malah tidak berniat untuk menyerang.Beberapa saat kemudian, Adjie yang berdiri di samping tersenyum dan berkata, "Tuan, sepertinya Zaki ini mulai cerdik, nggak langsung menyerang kita. Menurutku, sekarang mereka mulai membuat strategi."Wira tersenyum saat mendengar perkataan itu dan berkata, "Hehe. Ternyata begitu, tapi yang paling penting sekarang adalah kita bisa menangkap mereka. Kalau mer
Melihat Zaki dan Joko begitu tidak sabar, Darsa tersenyum dan berkata, "Hehe. Cara ini memang bisa berjalan, kita hanya perlu memindahkan medan perang ke arah selatan. Dengan begitu, kita bisa langsung menahan pasukan musuh di sana."Mendengar perkataan itu, kedua orang itu tertegun sejenak. Mereka merasa rencana ini mungkin bisa berjalan dengan baik, tetapi mereka harus memastikan rencana ini tidak bermasalah terlebih dahulu.Semua orang menganggukkan kepala.Setelah berpikir sejenak, Darsa yang sepertinya teringat sesuatu pun menoleh dan berkata pada Zaki dan Joko, "Kalian pergi siapkan tali perangkap kuda sebanyak mungkin, kita akan membalas musuh dengan cara yang sama."Zaki dan Joko langsung merasa sangat bersemangat saat mendengar perintah itu. Mereka segera merespons perintah itu dan segera pergi menyiapkan tali perangkap kuda.Saat ini, hanya tersisa Darsa dan para wakil jenderal yang berada di dalam tenda. Setelah mengumpulkan mereka, Darsa berkata, "Sekarang hanya sisa kalian
Mengingat tali jebakan kuda, Zaki langsung mengumpat, "Tuan, aku menderita kerugian besar di tangan Wira sebelumnya juga karena tali perangkap kuda ini. Kali ini aku harus membuat mereka membayar perbuatan mereka."Darsa tersenyum karena dia juga tahu kerugian yang sudah dialami Zaki, lalu berkata, "Hehe. Aku sudah mendengar tentang hal itu. Musuh memang terlalu licik. Bukan hanya memasang tali perangkap kuda, mereka juga menebar paku kuda di jalur mundur. Benar-benar licik dan kejam."Zaki menganggukkan kepala karena situasi kali ini memang cukup sulit untuk dihadapi. Jika bukan karena tali perangkap kuda, dia tidak akan kehilangan ratusan kuda perang begitu saja. Oleh karena itu, saat mendengar Darsa akan menggunakan tali perangkap kuda, dia langsung menganggukkan kepala dengan sangat bersemangat.Joko yang berada di samping berkata, "Kalau hanya mengandalkan tali perangkap kuda, dampaknya nggak terlalu besar. Musuh akan menyerang dari atas bukit dan melewati pintu masuk lembah. Kala
Mendengar kata dari selatan ke utara, Zaki dan Joko langsung tertegun dan kembali melihat peta di depan mereka.Setelah mengamati petanya dari sudut pandang berbeda, Zaki langsung terkejut sampai keringat dinginnya mengalir dan berkata dengan pelan, "Aku mengerti sekarang. Kalau tebakanku benar, mereka akan memblokir kita sepenuhnya di wilayah utara kalau mereka berhasil merebut Gunung Linang ini. Dengan begitu, seluruh wilayah dari Gunung Linang ke selatan akan dikuasai Wira."Mendengar perkataan itu, Darsa tersenyum.Setelah mendengar analisis Zaki, Joko yang berdiri di samping juga akhirnya mengerti situasinya dan berkata, "Ternyata begitu. Kalau begitu, selama pasukan Wira belum berhasil merebut Pulau Hulu dan bergerak ke Gunung Linang, mereka akan terus menyerang kita, 'kan?"Mendengar perkataan itu, semua orang tersenyum.Sementara itu, Darsa menganggukkan kepala dan berkata, "Benar. Sekarang mereka sudah menggunakan rencana saluran air dan kavaleri untuk menyerang kita pun masih