"Ba ... bajingan kamu!" maki Kama dengan marah. Kemudian, dia menunjuk empat petugas patroli seraya berkata, "Tuan Wira, aku berkata jujur, merekalah yang menyuruhku. Petugas patroli ini membunuh Pak Padli, petugas patroli itu membunuh Pramadana. Mereka berempat melecehkan Kak Siska, lalu membunuhnya juga!"Tinju Wira terkepal dan urat nadinya menonjol karena marah. Dia memandang keempat orang itu seolah-olah melihat orang mati, lalu berkata dengan penuh penekanan, "Tangkap mereka hidup-hidup!"Empat veteran Pasukan Zirah Hitam segera maju. Keempat petugas patroli itu menghunus pedang mereka. Namun, begitu mereka mengangkat Pedang Ekor Kerbau, Pedang Treksha sudah menempel di leher mereka.Agra dan petugas patroli lainnya mengacungkan pedang mereka, tetapi begitu melihat 20-an veteran Pasukan Zirah Hitam, Danu, dan David, mereka hanya bisa membeku sambil mengernyit. Detik berikutnya, mereka berempat dikawal oleh veteran Pasukan Zirah Hitam dan dipaksa berlutut di depan Wira.Wira meman
Para penduduk dusun menundukkan kepala dan terdiam. Dengan kedatangan Satria dan pasukannya, dendam Padli tidak akan bisa terbalaskan. Pedang David terhenti di udara dan dia pun mengernyit. Makin banyak pejabat yang dibunuh, Wira akan makin sulit lolos dari masalah.Namun, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Wira menghampiri Agra dengan membawa Pedang Treksha, lalu langsung menebasnya dengan pedang itu.Duk! Kepala Agra menggelinding ke tanah dengan mata terbelalak kaget. Seolah-olah dia tengah bertanya, bagaimana mungkin Wira berani membunuhnya saat Jenderal Satria ada di sini? Tidakkah Wira takut pada mereka?"Jangankan jenderal pendamping, biarpun Raja datang ke sini, aku tetap akan membunuhmu untuk membalaskan dendam Kak Padli!" ujar Wira. Kemudian, dia membawa kepala Agra dan meletakkannya di depan aula berkabung.Duk! Mada dan semua penduduk Dusun Pranowo berlutut dengan air mata berlinang. Mereka bersyukur karena Wira sangat adil. Dia memilih membunuh para pejabat kotor itu demi
Apa Wira sedang bercanda? Dalang utama masalah ini adalah Dirja, sang Prefektur Kota Pusat Pemerintahan Lokana. Pria itulah yang membuat rencana untuk menjebak Wira. Sekarang, Dirja telah mendapatkan kelemahan Wira karena Wira membunuh para pejabat. Jika dia pergi ke balai prefektur, itu sama seperti seekor domba yang mengantar nyawa ke mulut harimau.Danu juga melarang, "Nggak boleh, Kak Wira. Kami nggak bisa membiarkanmu pergi ke balai prefektur. Itu terlalu berisiko!"Wira menjelaskan dengan sabar, "Yang diinginkan Dirja adalah uang. Selama dia belum mendapatkan uang itu, aku nggak akan dalam bahaya."Setelah memikirkannya sejenak, semuanya sependapat. Namun, mereka tetap saja khawatir.David berkata dengan suara rendah, "Dirja itu sangat serakah. Tuan, kalau dia menggenggam kelemahan sebesar ini, takutnya dia nggak akan pernah melepasmu, nggak peduli berapa banyak uang yang kamu berikan padanya.Wira menjawab dengan sorot mata kelam, "Aku nggak berniat meminta Dirja mengampuniku, a
Satria akan menangkap Wira, lalu menyiksanya habis-habisan untuk membalas dendam tempo hari. Saat memikirkan hal ini, Satria tersenyum tipis, yakin bahwa semua berada dalam kendalinya.Duar! Tiba-tiba terdengar bunyi keras dari Dusun Pranowo yang mengagetkan orang-orang."Apa yang terjadi? Bunyi petirkah itu? Nggak ada tanda apa-apa di langit!" ujar Satria. Dia menghentikan laju kudanya, lalu memandang Dusun Pranowo di kejauhan, baru mengalihkan pandangan ke langit.Duar! Duar! Terdengar dua bunyi keras lagi. Kuda-kuda sontak meringkik ketakutan. Para prajurit pasukan komando daerah juga gugup dan tidak bisa menahan diri untuk berspekulasi.Merasa ada yang tidak beres, Satria pun memberi perintah dengan ekspresi muram, "Ayo, kita pergi lihat!"Agra sudah memimpin petugas patroli ke Dusun Pranowo, tetapi mereka masih belum keluar setelah sekian lama. Hal ini membuat Satria merasa ada yang tidak beres. Lagi pula, memangnya perlu berapa lama untuk berpura-pura melakukan penyelidikan? Dia
Sorot mata Wira berubah menjadi suram, lalu dia berkata, "Satria, apa kamu sudah memikirkannya baik-baik? Begitu mereka mendekatiku dalam jarak 3 meter, kamu akan segera mati tak bersisa!"Satria melihat sekeliling dengan acuh tak acuh. Kemudian, dia berkata sambil tersenyum merendahkan, "Kamu hanya ingin menakut-nakutiku! Aku memakai zirah. Selain itu, nggak ada busur dan anak panah apa pun dalam jarak 30 meter. Bagaimana bisa kamu melukaiku?"Namun, Wira malah tersenyum dingin sambil berkata, "Dulunya, Raja Tanuwi juga berpikir seperti kamu!"Mendengar kata-kata itu, ekspresi wajah Satria berubah drastis. Dia segera turun dari kudanya, lalu berlari ke belakang pasukan dan mengancam, "Wira, aku adalah pejabat resmi. Membunuhku sama saja dengan memberontak!"Kemenangan besar melawan Raja Tanuwi telah menimbulkan kontroversi di istana. Mereka tidak sepenuhnya mengakui kemampuan komando Wira! Akan tetapi, fakta bahwa dia berhasil menembak mati Raja Tanuwi dari jarak 180 meter adalah tak
Wira mengernyit selama beberapa saat, lalu berkata, "Jadi maksudmu, selama aku memberikan uang, masalah ini bisa diselesaikan?"Satria mengangguk berulang kali seraya menjelaskan, "Iya, uang bisa menyelesaikan semua masalah. Jangankan membunuh beberapa pejabat biasa, kalaupun membunuh pejabat resmi, selama kamu membayar cukup banyak uang, semua masalah bisa ditutupi."Wira mendengus sembari berkata, "Jadi, berapa banyak uang yang harus kubayar untuk menyelesaikan masalah ini?"Satria langsung mengulurkan dua jari. Melihat reaksi Wira yang terkejut, dia segera menjelaskan, "Tuan Wira, untuk memulihkan tingkatan pangkat, aku dan Tuan Dirja memerlukan 500 juta gabak. Kalau ingin naik lebih tinggi lagi, kami memerlukan setidaknya 100 juta gabak lagi.""Selain itu, untuk membungkam mulut para keluarga petugas patroli, kami juga harus membayar lebih banyak uang, mungkin dibutuhkan beberapa puluh juta lagi. Jadi, totalnya mungkin 2 miliar gabak. Itu benar-benar nggak banyak!" jelas Satria.Wi
Saat berada di luar Dusun Pranowo, Satria hanya khawatir tentang kemungkinan diserang oleh misil tiga busur. Sekarang, ketika sudah kembali ke Kota Pusat Pemerintahan Lokana, dia tentu bisa bertindak semena-mena. Dia bisa memeras Wira sepuasnya.Dirja mendongak seraya berkata, "Benar! Aku nggak membutuhkan 2 miliar gabak ini, tapi aku akan bertindak sesuai hukum. Aku akan menjatuhimu dengan hukuman mati dan memusnahkan keluargamu."Mendengar kata-kata itu, Wira tak kuasa tertawa dan berkata, "Hehe, kalau kamu benar-benar seorang pejabat yang jujur, bagaimana mungkin kamu akan mengutus Lasmana untuk menyampaikan pesan padaku? Kita semua sama-sama licik. Nggak usah berpura-pura lagi."Wira melanjutkan, "Berapa banyak yang kamu inginkan? Uang bukan masalah bagiku. Aku akan menganggapnya sebagai sumbangan untuk pengemis!""Pengemis?" tanya Dirja yang emosi. Pada akhirnya, dia tetap menggertakkan gigi dan berkata, "Harga pastinya 5 miliar gabak!"Wira merenung sejenak sebelum menjawab denga
Di Dusun Pranowo, berita penangkapan Wira telah membuat semua orang merasa kebingungan dan takut! Saat Wira berada di sana, mereka merasa aman, bahkan di tengah kesulitan terbesar sekalipun.Sekarang, begitu Wira pergi, mereka merasa kehilangan pemimpin sehingga hidup dalam kegelisahan. Untungnya, Pasukan Zirah Hitam yang mengikuti Wira telah mengalami banyak pertempuran dan memiliki kekuatan mental yang luar biasa. Selain itu, Wira telah memberikan instruksi sebelumnya sehingga mereka tidak begitu panik!"Kenapa semua orang terlihat begitu murung? Karena Paman Wira memiliki rencana, dia pasti akan baik-baik saja!" ucap Fabrian untuk menenangkan semua orang. Setelah itu, dia yang kembali dengan mengikuti rombongan pun bertanya kepada Danu, "Danu, apa yang Paman Wira minta kamu lakukan di sini?"Danu menjawab dengan serius, "Aku diminta untuk mengurus pemakaman keluarga Kak Padli dan menjaga barang-barang ini.""Oke, kalau begitu pastikan semuanya dilakukan dengan baik!" ucap Fabrian. S
Saat itu, Senia bahkan bersiap untuk menyerang Dataran Tengah, sehingga semua orang tidak memiliki kesan baik terhadapnya. Namun, dia adalah tamu dan Wira sendiri yang menyambut, mereka juga tidak berkata apa-apa dan hanya bisa melihat situasinya.Di bawah tatapan semua orang, Wira dan yang lainnya segera memasuki kediaman jenderal.Begitu masuk, Delon baru keluar dari kereta. Setelah melirik Wira, dia bertanya dengan ekspresi yang tetap angkuh, "Di mana adikku?"Meskipun mendengar perkataan Delon, Wira tidak menghiraukannya seolah-olah perkataan Delon hanya angin saja. Dia memang tidak menyandang gelar raja, tetapi dia adalah penguasa dua provinsi juga dan seseorang yang berpengaruh. Bahkan raja dari Kerajaan Nuala, Kerajaan Beluana, dan bahkan Senia sendiri pun tidak berani berbicara dengan sikap seperti ini di hadapannya.Namun, Delon yang hanya seorang pangeran saja pun berani meremehkan dan bahkan berani memerintah Wira. Benar-benar tidak tahu diri.Lucy yang berdiri di samping Wi
Wira membalas, "Nggak perlu. Bagaimanapun juga, ini adalah Provinsi Yonggu. Kamu sendiri juga sudah bilang Raja Kresna ini selalu berhati-hati. Meskipun benar-benar ada orang-orang itu di sekitarnya, dia juga nggak berani macam-macam. Kalau kita terlalu menyelidiki mereka, malah akan membuat kita yang terlihat kurang baik.""Karena mereka sudah datang sebagai tamu, siapkan semuanya sekarang. Kita akan pergi menyambut mereka."Setelah memberikan beberapa instruksi dan berganti pakaian, Wira mengikuti Lucy keluar.Satu jam kemudian, rombongan perlahan-lahan mendekat di luar gerbang kota. Ada seseorang yang menunggang kuda di depan rombongan itu. Meskipun usia orang itu sudah lima puluhan tahun, dia tetap terlihat gagah perkasa. Dia adalah Raja Kresna yang terkenal."Sudah lama nggak jumpa, Raja Kresna masih berwibawa seperti dulu. Ratu Senia bisa punya jenderal sepertimu di sisinya, pantas saja dia bisa begitu tenang," puji Wira yang maju sambil tersenyum.Raja Kresna yang cerdik segera
Jika bukan karena bantuan Wira, Senia juga tidak akan berhasil mendapatkan tanda tangan untuk perjanjian empat wilayah itu. Dilihat dari sudut pandang tertentu, semua wilayah kekuasaannya terletak di wilayah tandas di utara meskipun dia menguasai satu wilayah. Istana utama Kerajaan Agrel juga berada di utara, sehingga tidak terancam ataupun terpengaruh oleh sembilan provinsi.Ada perbedaan besar antara suku-suku di utara dan wilayah tandus di utara. Wilayah suku di utara sangat kecil, sehingga mereka langsung tunduk dengan patuh begitu ditekan Wira. Namun, wilayah tandus di utara sangat luas dan Wira sangat memahami hal itu.Inilah alasan utama mengapa selama ini dia lebih memilih untuk berdamai daripada berperang dengan Kerajaan Agrel. Jika benar-benar terjadi pertempuran, dia tidak akan mendapatkan keuntungan apa pun juga. Tidak peduli siapa pun yang menjadi penguasa Kerajaan Agrel, hasilnya tetap sama."Tuan, kali ini yang datang bukan Senia, tapi putra sulungnya, Delon," kata Lucy
Di dalam kediaman jenderal. Melihat tumpukan laporan di atas meja, Wira merasa kepalanya agak sakit.Saat berada di Provinsi Lowala, Wira tidak perlu mengkhawatirkan dan ikut campur pada hal-hal ini dan bahkan tidak perlu ikut campur. Dengan adanya Osmaro dan yang lainnya, dia bisa menjadi pemimpin yang lepas tangan. Selama ini, dia tetap tinggal di Provinsi Yonggu hanya untuk membantu Danu menstabilkan situasinya.Danu adalah seorang prajurit, tentu saja ahli dalam memimpin pasukan dan bertarung di medan perang. Dia bahkan bisa memimpin dengan bijaksana dan memiliki keberanian yang luar biasa. Namun, untuk urusan administrasi, dia tidak begitu ahli. Oleh karena itu, Wira tetap tinggal di sana untuk memberikannya sedikit bantuan.Namun, Wira tidak menyangka akan terjadi bencana banjir tepat pada saat seperti ini. Mungkin saja, ini memang sudah takdirnya. Jika dia tidak berada di Provinsi Yonggu, saat ini Danu pasti sudah tak berdaya dan memimpin pasukannya untuk menekan pemberontakan p
Senia segera menyahut, "Coba beri tahu aku apa keuntungannya kalau Raja Kresna menemui Wira?"Senia seketika menjadi berminat."Sebenarnya sederhana saja. Aku tahu Ratu mencemaskan Raja Kresna, Raja Ararya, dan Raja Tanuwi. Raja Byakta sudah disingkirkan, tapi ketiga orang ini masih memiliki kekuasaan besar.""Selama masih ada Ratu, mereka tentu nggak berani bertindak sembarangan. Tapi, kalau Ratu menyerahkan takhta kepada salah satu pangeran, pangeran mungkin akan kesulitan menahan mereka.""Jadi, kita bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menyingkirkan Raja Kresna. Gimana menurutmu?"Harus diakui bahwa ini adalah ide yang sangat kejam. Guru Agung ingin memanfaatkan Wira untuk menyingkirkan Raja Kresna."Kalau Raja Kresna benar-benar mengalami masalah di Provinsi Yonggu dan kabar ini tersebar, sepertinya seluruh rakyat Kerajaan Agrel akan menganggap Wira sebagai musuh. Benar, 'kan? Lagi pula, semua orang di Kerajaan Agrel adalah pejuang sejati," jelas Guru Agung.Seketika, Senia mema
"Siapa?" Tatapan Senia tertuju pada Guru Agung.Kerajaan Agrel memang memiliki banyak genius, tetapi semuanya tidak punya hubungan darah dengan Senia. Masalah kali ini berkaitan dengan Dahlan. Mereka tentu harus mengutus lebih banyak orang yang berkemampuan untuk memberi Wira penjelasan.Bagaimanapun, Wira telah menulis dengan jelas di surat bahwa dirinya ingin bertemu Senia. Jika Senia tidak menampakkan diri, setidaknya dia harus mengutus orang-orang berkemampuan sebagai tanda hormatnya kepada Wira.Guru Agung memicingkan mata dan berkata, "Aku rasa Pangeran Pertama adalah pilihan tepat.""Maksudmu Delon? Dia memang pangeran pertama, tapi aku yakin kamu juga tahu dia nggak bisa diandalkan. Kalau nggak, mana mungkin aku menaruh harapan pada Dahlan?""Di antara putra-putraku, Dahlan memang yang paling nakal, tapi juga yang paling cerdas. Kelak, dia bisa menjadi pemimpin. Jika menyerahkan Kerajaan Agrel kepada Delon, aku khawatir dia akan dilengserkan, bahkan keselamatan rakyat nggak ter
"Guru Agung, akhirnya kamu datang. Coba lihat ini dulu." Senia menyerahkan surat itu kepada pria di depannya. Kemudian, dia menyesap tehnya sambil mengernyit, seperti sedang memikirkan sesuatu.Setelah membaca sesaat, ekspresi Guru Agung itu menjadi sangat suram. "Pangeran Dahlan ditangkap oleh Wira? Hubungan kita dengan Wira baik-baik saja. Dia seharusnya nggak berani menyakiti Pangeran Dahlan, 'kan?""Tapi, kalaupun terjadi sesuatu pada Pangeran Dahlan, kita bisa menjadikannya alasan untuk bernegosiasi dengan Wira. Orang lain mungkin takut pada Wira, tapi kita nggak perlu takut padanya."Senia tak kuasa termangu. "Kenapa kamu bisa bicara begitu?"Guru Agung itu menjelaskan, "Sepertinya Ratu sudah lupa. Kita berbeda dengan kesembilan provinsi itu. Kerajaan lainnya tentu takut pada Wira karena wilayah mereka tergolong dalam sembilan provinsi. Para rakyat menyukai Wira, ditambah lagi Wira punya banyak pasukan. Wira juga cerdas, terutama di bidang militer.""Osman sekalipun menganggap Wi
"Tuan Wira, kenapa kamu harus mencari ibuku?" Ekspresi Dahlan tampak suram. Tangannya terkepal erat. Dia tidak menyangka Wira akan mencari ibunya secepat ini. Ini sama saja dengan membahayakan posisi Dahlan.Kali ini, Dahlan benar-benar frustrasi. Dia gagal menyelesaikan masalah di Desa Damaro. Untuk kembali ke Kerajaan Agrel, dia bahkan membutuhkan ibunya turun tangan. Semua hal ini tentu membuat Dahlan kecewa."Nggak ada gunanya membahas ini denganku. Sepertinya ibumu bakal segera kemari. Nanti kalian bicara saja setelah berkumpul kembali."Usai berbicara, Wira melambaikan tangannya kepada dua orang di sampingnya. Prajurit segera membawa Dahlan ke kamar.Wira tidak lupa memperingatkan, "Dahlan adalah Pangeran Kerajaan Agrel. Kalian harus memperlakukannya dengan baik. Kalau sampai dia kenapa-kenapa, ibunya bisa meminta pertanggungjawaban dari kalian lho!"Jelas sekali, ucapan ini mengandung ejekan. Dahlan bukan orang bodoh. Dia tentu memahami maksud ucapan Wira."Tuan Wira, metodemu i
Dahlan menggertakkan giginya dan tidak bisa berkata-kata."Sepertinya kamu nggak tahu harus bilang apa ya? Kalau begitu, biar aku yang menjelaskan." Wira berkata, "Sebenarnya aku sudah menyuruh Lucy menyelidiki tentang Desa Damaro sejak awal. Sekarang akhirnya ada petunjuk.""Kudengar Kerajaan Agrel membentuk sebuah organisasi untuk bersaing dengan jaringan mata-mata. Aku nggak tahu apa yang kalian rencanakan, tapi kalian seharusnya membantai Desa Damaro untuk mendapatkan sesuatu, 'kan? Hanya saja, aku nggak tahu kalian sudah mendapatkannya atau belum.""Aku sudah berjanji kepada seseorang akan memberinya penjelasan yang memuaskan. Aku pasti akan menyelidiki pembantaian di Desa Damaro hingga kebenarannya terungkap. Karena kamu sudah ketahuan, seharusnya kamu memberiku penjelasan sekarang, 'kan?"Seketika, napas Dahlan memburu. Dia tidak menyangka Wira akan mengetahui semua ini. Sungguh menyebalkan! Namun, bukan berarti Dahlan harus mengakui semuanya. Dia harus membuat Wira percaya bahw