Melihat kerumunan penduduk yang berisik, Wira langsung mencabut Pedang Treksha miliknya. Pedangnya yang tajam itu mengejutkan banyak orang sehingga semuanya langsung melangkah mundur. Wira menyuruh Danu untuk mengambil sepotong daging di dapur, lalu menusukkan pedangnya ke daging itu. Kemudian, Wira berbalik ke arah kerumunan dan mengayunkan pedangnya lagi. Daging bertulang itu seketika terbelah menjadi dua bagian.Setelah itu, Wira pergi ke ruang baca untuk mengambil buku catatan yang digunakan Padli sehari-hari dan menaruhnya di samping tulisan "Wira" di lantai.Para penduduk dusun kebingungan dan tidak mengerti apa yang sedang Wira lakukan."Sebelum kita bahas ucapan Kama itu benar atau palsu, coba kalian lihat ketajaman pedangku ini! Kalau yang membunuh Padli itu aku, lukanya nggak akan seperti ini. Selain itu, kalau Prama diserang dengan pedang ini, dia juga nggak akan mati seperti ini," jelas Wira.Wira lalu menatap para penduduk dan lanjut berkata, "Tulisan 'Wira' itu memang na
Di luar Dusun Pranowo.Agra datang membawa 20 petugas patroli bersama Kama.Sebelumnya, mereka berpisah di rumah Padli. Setelah Kama memanggil penduduk dan memfitnah Wira, dia pun pergi untuk melapor kepada petugas patroli. Di sisi lain, Agra dan anggotanya langsung mengganti pakaian di rumah kepala desa yang ada di sekitar setelah meninggalkan rumah Padli. Kemudian, mereka menyamar sebagai petugas patroli yang sedang bertugas dan kebetulan bertemu dengan Kama yang ingin melapor.Akhirnya, mereka berkumpul lagi dengan cara yang wajar dan kembali ke Dusun Pranowo. Namun, agar terlihat lebih nyata, mereka melakukan perjalanan bolak-balik selama dua jam lebih.Saat ini, Kama merasa campur aduk. Padli adalah orang yang begitu baik, seluruh penduduk dusun termasuk preman seperti dirinya pernah mendapat bantuan dari Padli. Dia tentu merasa sangat bersalah. Namun, demi menyelamatkan hidupnya, dia mau tak mau mendengar perintah Agra untuk ikut memerkosa Siska. Semua ini sudah menjadi beban ber
Raut wajah Agra langsung berubah drastis. Dia menghunuskan Pedang Ekor Kerbau miliknya, lalu mengarahkannya ke dalam rumah. Dia melirik ke sekitar dengan cemas. Menurut rencana, datang ke rumah Padli hanyalah sebuah formalitas. Agra akan segera menetapkan kasus ini, lalu kembali ke Kota Pusat Pemerintahan Lokana. Dalam perjalanan, dia akan kebetulan bertemu dengan kelompok Satria, lalu kembali ke dusun ini dan menangkap Wira bersama-sama. Dengan begitu, tugas yang diperintahkan Dirja akan selesai.Akan tetapi, sekarang Wira malah berada di lokasi kejadian, seolah-olah sedang menunggu kedatangan mereka. Hal ini membuat Agra merasa ada yang tidak beres."Aku tentu saja harus kembali. Kalau aku nggak balik, siapa yang akan membantu Kak Padli membalaskan dendamnya?" jawab Wira. Dia langsung bangkit sambil menggenggam Pedang Treksha, lalu berjalan ke depan selangkah demi selangkah dengan tatapan yang mengerikan."Balas dendam? Balas dendam apa?" Raut wajah Agra pun berubah. Dia terus mengu
"Ba ... bajingan kamu!" maki Kama dengan marah. Kemudian, dia menunjuk empat petugas patroli seraya berkata, "Tuan Wira, aku berkata jujur, merekalah yang menyuruhku. Petugas patroli ini membunuh Pak Padli, petugas patroli itu membunuh Pramadana. Mereka berempat melecehkan Kak Siska, lalu membunuhnya juga!"Tinju Wira terkepal dan urat nadinya menonjol karena marah. Dia memandang keempat orang itu seolah-olah melihat orang mati, lalu berkata dengan penuh penekanan, "Tangkap mereka hidup-hidup!"Empat veteran Pasukan Zirah Hitam segera maju. Keempat petugas patroli itu menghunus pedang mereka. Namun, begitu mereka mengangkat Pedang Ekor Kerbau, Pedang Treksha sudah menempel di leher mereka.Agra dan petugas patroli lainnya mengacungkan pedang mereka, tetapi begitu melihat 20-an veteran Pasukan Zirah Hitam, Danu, dan David, mereka hanya bisa membeku sambil mengernyit. Detik berikutnya, mereka berempat dikawal oleh veteran Pasukan Zirah Hitam dan dipaksa berlutut di depan Wira.Wira meman
Para penduduk dusun menundukkan kepala dan terdiam. Dengan kedatangan Satria dan pasukannya, dendam Padli tidak akan bisa terbalaskan. Pedang David terhenti di udara dan dia pun mengernyit. Makin banyak pejabat yang dibunuh, Wira akan makin sulit lolos dari masalah.Namun, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Wira menghampiri Agra dengan membawa Pedang Treksha, lalu langsung menebasnya dengan pedang itu.Duk! Kepala Agra menggelinding ke tanah dengan mata terbelalak kaget. Seolah-olah dia tengah bertanya, bagaimana mungkin Wira berani membunuhnya saat Jenderal Satria ada di sini? Tidakkah Wira takut pada mereka?"Jangankan jenderal pendamping, biarpun Raja datang ke sini, aku tetap akan membunuhmu untuk membalaskan dendam Kak Padli!" ujar Wira. Kemudian, dia membawa kepala Agra dan meletakkannya di depan aula berkabung.Duk! Mada dan semua penduduk Dusun Pranowo berlutut dengan air mata berlinang. Mereka bersyukur karena Wira sangat adil. Dia memilih membunuh para pejabat kotor itu demi
Apa Wira sedang bercanda? Dalang utama masalah ini adalah Dirja, sang Prefektur Kota Pusat Pemerintahan Lokana. Pria itulah yang membuat rencana untuk menjebak Wira. Sekarang, Dirja telah mendapatkan kelemahan Wira karena Wira membunuh para pejabat. Jika dia pergi ke balai prefektur, itu sama seperti seekor domba yang mengantar nyawa ke mulut harimau.Danu juga melarang, "Nggak boleh, Kak Wira. Kami nggak bisa membiarkanmu pergi ke balai prefektur. Itu terlalu berisiko!"Wira menjelaskan dengan sabar, "Yang diinginkan Dirja adalah uang. Selama dia belum mendapatkan uang itu, aku nggak akan dalam bahaya."Setelah memikirkannya sejenak, semuanya sependapat. Namun, mereka tetap saja khawatir.David berkata dengan suara rendah, "Dirja itu sangat serakah. Tuan, kalau dia menggenggam kelemahan sebesar ini, takutnya dia nggak akan pernah melepasmu, nggak peduli berapa banyak uang yang kamu berikan padanya.Wira menjawab dengan sorot mata kelam, "Aku nggak berniat meminta Dirja mengampuniku, a
Satria akan menangkap Wira, lalu menyiksanya habis-habisan untuk membalas dendam tempo hari. Saat memikirkan hal ini, Satria tersenyum tipis, yakin bahwa semua berada dalam kendalinya.Duar! Tiba-tiba terdengar bunyi keras dari Dusun Pranowo yang mengagetkan orang-orang."Apa yang terjadi? Bunyi petirkah itu? Nggak ada tanda apa-apa di langit!" ujar Satria. Dia menghentikan laju kudanya, lalu memandang Dusun Pranowo di kejauhan, baru mengalihkan pandangan ke langit.Duar! Duar! Terdengar dua bunyi keras lagi. Kuda-kuda sontak meringkik ketakutan. Para prajurit pasukan komando daerah juga gugup dan tidak bisa menahan diri untuk berspekulasi.Merasa ada yang tidak beres, Satria pun memberi perintah dengan ekspresi muram, "Ayo, kita pergi lihat!"Agra sudah memimpin petugas patroli ke Dusun Pranowo, tetapi mereka masih belum keluar setelah sekian lama. Hal ini membuat Satria merasa ada yang tidak beres. Lagi pula, memangnya perlu berapa lama untuk berpura-pura melakukan penyelidikan? Dia
Sorot mata Wira berubah menjadi suram, lalu dia berkata, "Satria, apa kamu sudah memikirkannya baik-baik? Begitu mereka mendekatiku dalam jarak 3 meter, kamu akan segera mati tak bersisa!"Satria melihat sekeliling dengan acuh tak acuh. Kemudian, dia berkata sambil tersenyum merendahkan, "Kamu hanya ingin menakut-nakutiku! Aku memakai zirah. Selain itu, nggak ada busur dan anak panah apa pun dalam jarak 30 meter. Bagaimana bisa kamu melukaiku?"Namun, Wira malah tersenyum dingin sambil berkata, "Dulunya, Raja Tanuwi juga berpikir seperti kamu!"Mendengar kata-kata itu, ekspresi wajah Satria berubah drastis. Dia segera turun dari kudanya, lalu berlari ke belakang pasukan dan mengancam, "Wira, aku adalah pejabat resmi. Membunuhku sama saja dengan memberontak!"Kemenangan besar melawan Raja Tanuwi telah menimbulkan kontroversi di istana. Mereka tidak sepenuhnya mengakui kemampuan komando Wira! Akan tetapi, fakta bahwa dia berhasil menembak mati Raja Tanuwi dari jarak 180 meter adalah tak
Di mata semua orang, Doly sudah menjadi pengkhianat yang tidak termaafkan. Keadaannya bisa terpuruk seperti sekarang, dia mereka benar-benar menyedihkan dan menggelikan."Tuan Wira, aku akan kembali ke kamarku untuk beristirahat dulu. Tubuhku masih terluka, jadi harap Tuan Wira bisa memakluminya," kata Doly. Melihat Wira menganggukkan kepala, dia pun pergi.Pada saat yang bersamaan, Wira juga bergegas kembali ke kamarnya. Semua urusan sudah hampir selesai, sekarang dia benar-benar perlu beristirahat. Dia sudah tidak tidur selama satu hari satu malam dan sekarang dia merasa sangat lelah.Setibanya di kamar, Wira langsung tertidur. Selain itu, dia juga sudah memerintahkan pengawal yang berjaga di luar untuk tidak membangunkannya jika tidak ada hal yang mendesak. Masalah di wilayah tandus di utara dan bencana banjir sudah selesai diatasi, dia akhirnya bisa tidur dengan nyenyak.....Di Kerajaan Agrel.Setelah perjalanan selama beberapa hari, Senia dan rombongannya akhirnya sudah kembali k
"Untuk sementara ini nggak perlu," kata Wira sambil melambaikan tangan pada Doly.Doly berkata dengan tegas, "Orang itu sangat keras kepala, mungkin hanya Dokter Arifin yang punya kemampuan untuk membuatnya berbicara. Sekarang kita harus segera mencari cara untuk menghadapi makhluk beracun itu sebelum Senia kembali ke wilayah tandus di utara dan mengembangkan lebih banyak makhluk beracun. Ini akan menjadi bencana bagi rakyat.""Aku tahu Tuan Wira selalu mengutamakan kebaikan dan kesejahteraan rakyat, kamu pasti nggak ingin melihat hal itu terjadi, 'kan? Saat itu aku juga melawan Senia karena hal ini dan akhirnya aku terancam mati. Kalau nggak ada bantuan Tuan Wira, mungkin sekarang aku sudah mati."Dia ingin segera mengetahui kebenarannya bukan karena dendam pribadi. Meskipun suatu hari nanti Senia kalah dan berdiri di hadapannya, dia juga tidak akan sanggup membunuh Senia. Bagaimanapun juga, dia tidak pernah menganggap Senia sebagai musuhnya. Mungkin semua ini hanya karena perbedaan p
Wira menunggu respons dari Nayara. Namun, Nayara menggertakkan giginya dengan erat dan tetap tidak berbicara, seolah-olah tidak mendengar apa-apa. Dari keringat dingin di keningnya, dia bisa melihat Nayara sebenarnya juga sangat bingung dan jelas ketakutan. Dia benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang dipertimbangkan Nayara."Biarkan dia memikirkannya dengan baik dulu, beri dia sedikit waktu lagi. Lagi pula, sekarang kita juga nggak terburu-buru. Meskipun dia memberi tahu kita rahasia dari makhluk beracun itu, kita juga nggak bisa langsung menemukan cara untuk menghadapinya. Harapan kita masih tergantung pada Lucy," kata Wira.Mengenal diri dan lawan adalah kunci kemenangan. Bukan hanya bisa menciptakan racun, guru agung ini juga bisa mengendalikan situasinya. Wira dan yang lainnya juga menyaksikan langsung kejadian itu dan memang sangat menakutkan.Meskipun bisa mengatasi makhluk beracun itu, mereka juga tidak bisa menekan kekuatan guru besar ini. Jika guru besar ini munc
"Kenapa?" tanya Wira.Nayara tidak berbicara lagi, hanya duduk diam di tempatnya dan ekspresi tetap terlihat memohon untuk mati.Doly berjalan ke depan Nayara dan mendengus, lalu berkata dengan tenang, "Karena tubuhmu sudah diracuni seseorang. Jadi, kalau kamu mengatakan sesuatu pada Tuan Wira, mungkin kamu akan sangat menderita. Kamu juga takut dengan rasa sakit itu, jadi kamu memilih cara ini untuk mengakhiri hidupmu. Benar, 'kan?"Nayara mendongak dan melirik Doly, tetapi tetap tidak mengatakan apa pun.Namun, Wira bisa melihat tatapan Nayara yang membuktikan perkataan Doly memang benar dan mungkin itu memang kenyataan yang sebenarnya.Wira pun melanjutkan, "Kamu sebenarnya boleh memercayaiku. Aku nggak peduli apa pun yang kamu sembunyikan di dalam hatimu. Kalau memang seperti yang dikatakan Doly, aku bisa mencari orang untuk menyembuhkan racun itu. Nggak butuh waktu lama, kamu juga akan sembuh total."Nayara menggelengkan kepala dan bergumam, "Nggak ada gunanya. Nggak ada orang yan
Nayara memang sudah bersekongkol dengan Senia dan saat itu orang yang bertugas untuk menemuinya adalah Doly, sehingga dia mungkin melupakan wajah Doly.Namun, sekarang Senia sudah meninggalkan Provinsi Yonggu dan berselisih dengan Wira. Wira bahkan sudah bersiap mengejar dan membunuh Senia. Nayara berpikir jika Doly berada di pihak yang sama dengan Senia, Doly pasti sudah pergi juga dan saat ini tidak akan muncul di kamarnya.Doly tidak menghiraukan perkataan Nayara, hanya menatap Nayara dengan dingin. Bahkan dia sendiri pun merasa jijik dengan orang licik seperti Nayara. Setidaknya, dia tidak akan pernah mengkhianati tuannya, apalagi melakukan perbuatan keji seperti ini.Nayara jelas tahu orang di depannya adalah musuh bebuyutannya. Namun, demi keuntungannya sendiri, dia tetap tega bekerja sama dengan pihak musuh. Doly bertanya-tanya mengapa ada orang yang sekeji ini di dunia. Orang seperti ini pantas dibunuh oleh siapa pun.Wira kembali menatap Nayara dan berkata dengan tenang, "Seka
"Kalau aku nggak percaya perkataan mereka, jadi aku harus percaya perkataan siapa?" kata Wira sambil tersenyum dingin.Nayara segera berkata, "Tuan Wira tentu saja harus percaya perkataanku. Aku sudah berada di pihakmu dan bahkan menceritakan segala sesuatu tentang Desa Damaro padamu, ini sudah cukup untuk membuktikan kesetiaanku.""Aku tahu, pasti ada orang yang iri melihatku makin dekat dengan Tuan Wira belakangan ini. Hubungan kita juga makin baik, jadi ada orang yang cemburu dan membisikkan hal-hal yang nggak benar agar Tuan Wira salah paham padaku."Wira menggelengkan kepala sambil tersenyum dingin merasa Nayara ini benar-benar tidak tahu diri. Dia sudah berdiri di hadapan Nayara karena ingin memberinya satu kesempatan untuk mengakui semuanya dengan patuh. Namun, sampai sekarang pun Nayara masih mencari berbagai alasan untuk membela diri, dia benar-benar merasa kecewa.Dia berdiri dan berjalan ke belakang Nayara, lalu menekan pundak Nayara dan berkata, "Kalau aku nggak punya bukti
Nayara berkata sambil menggertakkan giginya, "Dia tentu saja musuh bebuyutanku. Aku nggak akan melupakan apa yang terjadi di Desa Damaro, bahkan sampai sekarang pun aku masih sering bermimpi tentang pemandangan semuanya mati dengan mengerikan di depanku. Semua ini adalah ulah Senia. Aku tentu saja nggak akan pernah berhubungan apa pun dengannya.""Kalau benar-benar ada, itu pun hanya hubungan hidup atau mati. Entah dia yang membunuhku atau aku yang membunuhnya. Kalau bukan karena dendamku pada Senia, aku mana mungkin tega menyerang Dahlan."Nayara berbicara dengan penuh amarah dan tatapan yang penuh dengan niat membunuh, bahkan matanya pun sudah memerah. Ini cukup untuk menunjukkan betapa besar amarah yang tersimpan di hatinya.Namun, Wira tidak menghiraukan perkataan Nayara, melainkan mendengus dan berkata sambil bertepuk tangan, "Aku mengakui aktingmu benar-benar hebat, bahkan aku pun sudah tertipu. Mungkin karena aku percaya dengan apa yang terjadi di Desa Damaro dan juga padamu.""
Wira baru teringat kembali dia sudah melupakan orang yang begitu penting. Berkat peringatan dari Doly, dia sudah mengetahui Nayara bukan orang yang sejalan dengannya dan sudah berpihak pada Senia. Nayara bisa mendekatinya karena ingin menjadi mata-mata di sisinya, sehingga bisa membocorkan informasi mereka pada Senia dan sekaligus menyesatkan dirinya.Mengingat semua perbuatan Nayara, Wira benar-benar marah. Nayara berasal dari Desa Damaro, tetapi dia tega melihat para penduduk desa mati secara tragis hanya demi kepentingan pribadinya dan bahkan berpihak pada musuhnya. Syarat apa yang sebenarnya sudah ditawarkan Senia sampai membuatnya begitu setia dengan Senia? Dia bahkan sampai mengabaikan hubungan kekeluargaan.Dalam sekejap, Wira sudah sampai di depan kamar Nayara dan mendengar suara teriakan dari dalam."Cepat lepaskan aku. Aku ingin bertemu dengan Tuan Wira. Aku adalah tamu kehormatan Tuan Wira. Saat Tuan Wira datang ke Desa Damaro, aku yang mengenalkannya. Aku bahkan rela mengor
Doly segera bertanya dengan nada penasaran, "Apa kamu membiarkan mereka pergi karena masih mengenang masa lalu?"Bagi Doly, Senia seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Terlebih lagi, dia dikelilingi oleh orang seperti Panji yang licik dan berbahaya.Mereka berdua layaknya dua serigala yang saling mendukung untuk menebar kekacauan. Jika kali ini mereka gagal dibunuh dan dibiarkan lolos begitu saja, masalah di masa depan akan makin sulit untuk diatasi. Pada saat itu, dunia mungkin akan jatuh ke dalam kehancuran besar.Meskipun ada hubungan masa lalu yang harus dipertimbangkan, Doly tetap berharap bahwa Wira bisa membunuh Senia. Dengan begitu, masalah ini bisa diselesaikan untuk selamanya. Semua ini demi rakyat jelata yang tak berdosa.Meskipun kedua belah pihak berada di kubu yang berbeda dan bahkan bukan dari bangsa yang sama, peperangan yang terus-menerus sudah membawa banyak penderitaan. Mana mungkin mereka bisa terus merenggut lebih banyak nyawa lagi?Wira bertanya, "Kamu p