Putro menunjuk ke arah Pramana dan berkata, “Wira, bawalah Pramana bersamamu. Keluarga Sudarto itu keluarga bangsawan dari Lokana. Dia juga kenal sama koneksiku dari Provinsi Donosobo. Kalau membawanya bersamamu, kamu akan lebih gampang ketika perlu berurusan dengan pejabat.”Wira berkata dengan hormat, “Makasih banyak, Kak Putro!”“Buat apa sungkan padaku!” Putro melambaikan tangannya, lalu menarik Fabrian sambil berkata, “Bajingan ini punya tunangan di kota provinsi dan mau menjemput orang itu ke Kota Pusat Pemerintahan Jagabu untuk menikah. Setelah sampai di kota provinsi, awasi dia baik-baik. Kalau dia berani pergi ke rumah bordil, patahkan saja kakinya!”Wira tertawa dan menjawab, “Oke!”Fabrian hanya bisa meringis.Kemudian, Wira melambaikan tangannya dan kelompok kereta kuda mulai bergerak diikuti orang-orang lainnya. Namun, Wira masih belum bergerak.Di zaman ini, bepergian jauh adalah masalah besar. Semua kerabat dan teman pasti akan berkumpul untuk mengantarkan kepergian mere
Di Kota Pusat Pemerintahan Lokana.Semalam, sekelompok pasukan berkuda bergegas pergi menuju balai prefektur. Orang yang memimpin di depan adalah Satria yang mengenakan baju zirah besi.Setelah sampai di depan balai prefektur, Satria pun turun dari kuda dan berjalan masuk. Kemudian, dia memberi hormat pada seorang pejabat yang mengenakan jubah merah sambil melapor dengan buru-buru, “Pak, aku dapat berita bahwa Wira sudah datang ke Kota Pusat Pemerintahan Lokana untuk berdagang!”Sebelum tahun baru, Satria bukan hanya ditegur karena tidak kompeten, tetapi pangkatnya juga diturunkan menjadi panglima pendamping. Dia sudah berusaha agar bisa naik jabatan dari jenderal pendamping ke letnan jenderal selama lima tahun dan menghabiskan uang lima juta gabak.Sebelumnya, pemberontakan terjadi di mana-mana dan letnan jenderal yang tidak mampu mengalahkan para pemberontak juga banyak. Jika bukan karena Wira yang membawa prajurit untuk mengalahkan Wolfie, Satria tidak mungkin terlihat tidak kompete
Setelah melihat nama di undangan, Wira pun bertanya dengan heran, "Siapa orang ini?"Semalam, kelompok Wira tiba sangat larut di penginapan. Namun, pagi ini, sudah ada orang yang datang berkunjung dan orang itu juga orang yang tidak dikenalnya.Pemilik penginapan buru-buru menjawab, "Pak Lasmana itu dermawan di Kabupaten Pirola. Dia sudah memperbaiki jalan, membagikan makanan untuk orang yang tertimpa bencana, merawat anak yatim dan wanita janda, membangun kuil, dan melakukan perbuatan baik lainnya. Bahkan patih kami juga sangat menghormatinya."Wira berkata dengan kening berkerut, "Aku mau dengar ucapan yang jujur."Danu yang berdiri di samping mengeluarkan uang sebanyak 5.000 gabak dan memberikannya kepada pemilik penginapan. Pemilik penginapan menerimanya dengan senang, tetapi tetap berkata dengan sopan, "Tuan Wira, Pak Lasmana itu orang dari keluarga kaya kabupaten kami. Hampir setengah rumah yang ada di kota ini adalah miliknya. Bahkan Pak Patih juga agak mewaspadainya. Dengar-de
Wira mencibir, “Kalau begitu, coba katakan memangnya bagaimana situasi saat ini?”Lasmana menjawab, “Istana sudah melarangmu untuk ikut ujian kerajaan. Itu adalah cara mereka merobohkan Keluarga Gumilar. Sekarang, nggak ada pejabat di Jagabu yang berani mendukungmu lagi. Saat perang besar berlangsung, kamu sudah meraup kekayaan keluarga bangsawan di Jagabu. Mereka pasti akan balas dendam. Jadi, kamu nggak mungkin bisa mempertahankan Tambak Garam Fica.”“Hehe!” Wira tersenyum sinis.Setelah Yudha pergi dan istana menurunkan dekrit itu, keluarga bangsawan di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu pasti akan menyerang balik. Namun, Wira percaya bahwa Farhan yang mengendalikan balai prefektur, ditambah dengan Chandra, Basuki, Herdian, dan pasukan perbatasan lain yang sudah diangkat menjadi komandan pasti mampu melawan para keluarga bangsawan itu.“Selain itu, kamu juga sudah menghabisi Wolfie yang memberontak di Kabupaten Hiloka. Tindakan itu memang terlihat sangat berwibawa, tapi kamu sebenarnya
“Aku hanyalah seorang pesuruh yang mengantarkan pesan, yang kumau nggak banyak kok.” Lasmana tersenyum, lalu melanjutkan, “Berhubung Tambak Garam Fica sudah jatuh ke tanganmu, bagaimana kalau tahun ini, kamu turunkan harga garamnya 5 gabak per setengah kilo?”Setiap tahun, kuota garam untuk Kabupaten Pirola adalah 500 ton. Asalkan Wira menurunkan 5 gabak per setengah kilogram garam, Lasmana bisa mendapat tambahan keuntungan sebesar 5 juta gabak. Meskipun yang didapatkannya jauh lebih sedikit daripada Satria dan Dirja, dia pada dasarnya hanyalah pesuruh yang diperintahkan untuk mengantarkan pesan. Dia sudah puas bisa mendapatkan 5 juta gabak, apalagi 5 juta gabak juga bukanlah jumlah yang kecil.Wira tersenyum sinis dan bertanya, “Bagaimana kalau aku menolaknya?”“Tuan Wira, aku sarankan sebaiknya kamu sadari statusmu dengan jelas, lalu pertimbangkanlah pro dan kontranya!” Lasmana berkata dengan yakin, “Meraup uang sebanyak itu dan menyimpannya untuk diri sendiri nggak ada bedanya denga
Istana yang seperti ini ....“Tu ... Tuan Wira, jangan bertindak gegabah. A ... aku hanyalah orang yang datang untuk menyampaikan pesan!” Saat merasakan ketajaman Pedang Treksha dan tatapan membunuh para prajurit tua dari Pasukan Zirah Hitam, Lasmana langsung ketakutan. Wajahnya juga menjadi pucat dan dia mulai berkeringat dingin.Tidak peduli apakah Wira benar-benar berjasa dalam mengalahkan bangsa Agrel atau tidak, dia sudah berhasil memusnahkan Desa Tiga Harimau di Kabupaten Uswal dan Wolfie di Kabupaten Hiloka, serta menjatuhkan Keluarga Silali dan Keluarga Sutedja yang merupakan dua keluarga kaya Kabupaten Uswal. Dia adalah tipe orang yang tidak ragu untuk mengambil tindakan ekstrem. Awalnya, Lasmana masih bersikap sopan. Namun, setelah membicarakan tentang Dirja, dia malah jadi lupa diri.“Kalau begitu, sampaikan pesanku pada orang itu. Aku orang yang nggak akan cari masalah duluan. Tapi, kalau ada yang cari masalah denganku, aku akan menghadapinya tanpa peduli apa statusnya. Se
Dirja sudah mengetahui garis besar latar belakang Wira dan tahu bahwa Wira memiliki andil dalam mengalahkan bangsa Agrel. Namun, dia tidak peduli. Berhubung tidak diberi penghargaan dari istana, itu berarti Raja tidak mengakuinya. Jika begitu, berjasa atau tidak sama sekali tidak penting.Awalnya, Dirja tidak ingin langsung menyerang Wira karena mendengar bahwa faksi Kemal lumayan menyukai Wira. Namun, dia tidak peduli lagi. Penurunan pangkatnya kali ini adalah usul Kemal. Jadi, dia akan menjatuhkan Wira, lalu meraup sejumlah kekayaan Wira dan menggunakannya untuk mendukung Ardi. Pada saat itu, dia pasti bisa naik pangkat dengan lebih mudah.“Ternyata anak itu memang sangat keras kepala!” Satria mendengus, “Pak, bagaimana kalau kita langsung menjebaknya? Kita suruh saja prajurit untuk menyelipkan baju zirah dan panah busur ke kereta kudanya, lalu menuduhnya dengan alasan memberontak. Dengan begitu, kita sudah bisa mengendalikan hidup dan matinya!”Satria sudah pernah menghancurkan bany
Wira mengambil teropong itu dan melihat situasinya. Di persimpangan jalan di depan, sekelompok prajurit yang mengenakan baju zirah dan memegang busur panah sedang memeriksa kereta barang yang keluar masuk kota.Biasanya, orang yang mendirikan barikade untuk inspeksi barang hanyalah 10-20 orang. Namun, jumlah orangnya saat ini malah ada lebih dari 200 orang dan semuanya juga bersenjata lengkap.Wira langsung berkata dengan ekspresi suram, “Putar balik. Coba kita lihat jalur satunya lagi!”Meskipun sudah melakukan persiapan untuk melawan, Wira tetap merasa lebih baik menghindar jika memungkinkan. Kelompok kereta kuda mereka pun berbalik dan berjalan selama dua jam sebelum sampai ke jalur satunya lagi.Danu melihat melalui teropong, lalu berkata dengan kening berkerut, “Kak Wira, jalan di sini juga dibarikade. Orang di sini malah lebih banyak dari yang sebelumnya, mungkin ada sekitar 300 orang dan semuanya juga bersenjata lengkap.”Wira menjawab, “Kalau begitu, ayo kita lihat apa mau mere
Sekarang Leli tiba-tiba mengirim surat, Wira merasa agak terkejut. Apakah terjadi sesuatu di Kerajaan Nuala? Jika benar begitu, dia tidak mungkin mengirim surat.Wira menggelengkan kepala dan membuka surat itu, mungkin dia sudah berpikir terlalu berlebihan. Namun, begitu membaca isi surat itu, wajahnya langsung menjadi pucat dan tangannya mulai bergetar."Tuan, ada apa?" tanya kedua pengawal yang segera maju untuk memapah Wira.Wira langsung menyimpan surat itu di sakunya, lalu menggertakkan giginya dan berkata dengan suara yang agak bergetar, "Kalian berdua pergi ke dua arah. Yang satu pergi ke Gedung Nomor Satu dan harus segera membawa Dokter Arifin ke sini.""Satunya lagi pergi hubungi Danu, Agha, dan yang lainnya untuk segera berkumpul di aula utama. Meskipun mereka sedang sibuk, suruh mereka tinggalkan urusan penting itu dulu. Bilang ini perintahku."Isi surat itu membuat Wira sangat terkejut. Meskipun hanya beberapa kata singkat, hatinya langsung tergerak. "Nyawa Nona Lucy teranc
"Sepertinya suamiku ini memang sangat disukai. Selama kamu sudah membuat keputusan dan nggak gegabah saja. Apa pun yang kamu ingin lakukan, aku pasti akan tetap menemanimu," kata Karina yang segera mendukung. Menurutnya, ini juga termasuk sebuah jalan keluar, setidaknya bisa memecahkan situasi mereka saat ini.Senia sudah bukan dirinya yang dahulu lagi. Dia yang sekarang penuh dengan ambisi, bahkan menjadikan guru agung sebagai orang kepercayaannya. Semua keputusannya harus didiskusikan dengan guru agung dan inilah yang paling menakutkan.Sejak awal, guru agung ini memang memiliki niat buruk dan sudah menciptakan begitu banyak hak yang jahat. Orang seperti ini tidak seharusnya berada di wilayah tandus di utara, jelas akan membawa bencana besar bagi wilayah ini.Namun, Karina hanya seorang wanita, tidak memiliki kekuatan untuk mengubah situasi saat ini. Lebih baik dia mengubah keadaan di wilayah tandus di utara, mungkin dengan begini dunia ini juga bisa kembali stabil. Tidak ada yang in
Kresna menyadari bukan hanya ingin memanfaatkannya untuk membunuh orang dan membuatnya bertentangan dengan Wira, Senia juga berencana untuk menyingkirkannya dan merebut kekuasaannya. Benar-benar satu langkah yang membawa banyak keuntungan. Mengapa dia tidak menyadari kecerdikan Senia sebelumnya? Kelihatannya, dia benar-benar sudah meremehkan Senia.Karina berkata, "Aku tahu Raja nggak bisa menahan amarah ini dan juga membenci kejahatan. Tapi, Raja juga harus memikirkan keluarga kita. Lebih baik hidup menderita daripada mati sia-sia. Kita nggak membunuh seluruh keluarga kita hanya demi kepentingan pribadi.""Kamu sudah memimpin pasukan selama bertahun-tahun, aku rasa kamu lebih tahu ini dari siapa pun bahwa seratus ribu pasukan ini nggak akan bisa mengancam Senia ataupun membuat Senia takut padamu.""Ini mungkin adalah hasil yang diinginkan Senia. Begitu kamu benar-benar memberontak, semua hasil jerih payahmu termasuk tanah, para rakyat, dan pasukan kita semuanya akan jatuh ke tangan Se
"Raja, kamu mungkin masih nggak tahu situasi sekarang. Sebagian besar pasukanmu sudah ditarik, yang berarti sekarang pasukanmu nggak sampai tiga ratus ribu lagi. Hanya tersisa sekitar seratus ribuan saja ...," lanjut Karina.Kata-kata Karina langsung membuat Kresna terkejut, lalu matanya membelalak dan berkata, "Mana mungkin! Semua token militernya masih ada di tanganku dan para bawahanku itu juga hanya patuh pada perintahku. Meskipun Senia sangat hebat, para jenderal di bawah komandoku juga nggak akan terpengaruh. Jadi, jumlah pasukanku harusnya nggak berkurang. Kamu sedang menipuku ya?"Sebenarnya, Kresna juga tahu Karina tidak mungkin menipunya. Hubungan mereka sangat dekat dan saling memercayai. Meskipun sebelumnya situasinya sangat berbahaya, Karina juga rela tetap berada di sisinya dan menghadapi hidup atau mati bersamanya. Bahkan sampai sekarang pun demikian.Kresna percaya Karina tidak akan sengaja menjauh darinya dalam situasi berbahaya seperti ini, apalagi mengatakan kata-kat
Di mata semua orang, Doly sudah menjadi pengkhianat yang tidak termaafkan. Keadaannya bisa terpuruk seperti sekarang, dia mereka benar-benar menyedihkan dan menggelikan."Tuan Wira, aku akan kembali ke kamarku untuk beristirahat dulu. Tubuhku masih terluka, jadi harap Tuan Wira bisa memakluminya," kata Doly. Melihat Wira menganggukkan kepala, dia pun pergi.Pada saat yang bersamaan, Wira juga bergegas kembali ke kamarnya. Semua urusan sudah hampir selesai, sekarang dia benar-benar perlu beristirahat. Dia sudah tidak tidur selama satu hari satu malam dan sekarang dia merasa sangat lelah.Setibanya di kamar, Wira langsung tertidur. Selain itu, dia juga sudah memerintahkan pengawal yang berjaga di luar untuk tidak membangunkannya jika tidak ada hal yang mendesak. Masalah di wilayah tandus di utara dan bencana banjir sudah selesai diatasi, dia akhirnya bisa tidur dengan nyenyak.....Di Kerajaan Agrel.Setelah perjalanan selama beberapa hari, Senia dan rombongannya akhirnya sudah kembali k
"Untuk sementara ini nggak perlu," kata Wira sambil melambaikan tangan pada Doly.Doly berkata dengan tegas, "Orang itu sangat keras kepala, mungkin hanya Dokter Arifin yang punya kemampuan untuk membuatnya berbicara. Sekarang kita harus segera mencari cara untuk menghadapi makhluk beracun itu sebelum Senia kembali ke wilayah tandus di utara dan mengembangkan lebih banyak makhluk beracun. Ini akan menjadi bencana bagi rakyat.""Aku tahu Tuan Wira selalu mengutamakan kebaikan dan kesejahteraan rakyat, kamu pasti nggak ingin melihat hal itu terjadi, 'kan? Saat itu aku juga melawan Senia karena hal ini dan akhirnya aku terancam mati. Kalau nggak ada bantuan Tuan Wira, mungkin sekarang aku sudah mati."Dia ingin segera mengetahui kebenarannya bukan karena dendam pribadi. Meskipun suatu hari nanti Senia kalah dan berdiri di hadapannya, dia juga tidak akan sanggup membunuh Senia. Bagaimanapun juga, dia tidak pernah menganggap Senia sebagai musuhnya. Mungkin semua ini hanya karena perbedaan p
Wira menunggu respons dari Nayara. Namun, Nayara menggertakkan giginya dengan erat dan tetap tidak berbicara, seolah-olah tidak mendengar apa-apa. Dari keringat dingin di keningnya, dia bisa melihat Nayara sebenarnya juga sangat bingung dan jelas ketakutan. Dia benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang dipertimbangkan Nayara."Biarkan dia memikirkannya dengan baik dulu, beri dia sedikit waktu lagi. Lagi pula, sekarang kita juga nggak terburu-buru. Meskipun dia memberi tahu kita rahasia dari makhluk beracun itu, kita juga nggak bisa langsung menemukan cara untuk menghadapinya. Harapan kita masih tergantung pada Lucy," kata Wira.Mengenal diri dan lawan adalah kunci kemenangan. Bukan hanya bisa menciptakan racun, guru agung ini juga bisa mengendalikan situasinya. Wira dan yang lainnya juga menyaksikan langsung kejadian itu dan memang sangat menakutkan.Meskipun bisa mengatasi makhluk beracun itu, mereka juga tidak bisa menekan kekuatan guru besar ini. Jika guru besar ini munc
"Kenapa?" tanya Wira.Nayara tidak berbicara lagi, hanya duduk diam di tempatnya dan ekspresi tetap terlihat memohon untuk mati.Doly berjalan ke depan Nayara dan mendengus, lalu berkata dengan tenang, "Karena tubuhmu sudah diracuni seseorang. Jadi, kalau kamu mengatakan sesuatu pada Tuan Wira, mungkin kamu akan sangat menderita. Kamu juga takut dengan rasa sakit itu, jadi kamu memilih cara ini untuk mengakhiri hidupmu. Benar, 'kan?"Nayara mendongak dan melirik Doly, tetapi tetap tidak mengatakan apa pun.Namun, Wira bisa melihat tatapan Nayara yang membuktikan perkataan Doly memang benar dan mungkin itu memang kenyataan yang sebenarnya.Wira pun melanjutkan, "Kamu sebenarnya boleh memercayaiku. Aku nggak peduli apa pun yang kamu sembunyikan di dalam hatimu. Kalau memang seperti yang dikatakan Doly, aku bisa mencari orang untuk menyembuhkan racun itu. Nggak butuh waktu lama, kamu juga akan sembuh total."Nayara menggelengkan kepala dan bergumam, "Nggak ada gunanya. Nggak ada orang yan
Nayara memang sudah bersekongkol dengan Senia dan saat itu orang yang bertugas untuk menemuinya adalah Doly, sehingga dia mungkin melupakan wajah Doly.Namun, sekarang Senia sudah meninggalkan Provinsi Yonggu dan berselisih dengan Wira. Wira bahkan sudah bersiap mengejar dan membunuh Senia. Nayara berpikir jika Doly berada di pihak yang sama dengan Senia, Doly pasti sudah pergi juga dan saat ini tidak akan muncul di kamarnya.Doly tidak menghiraukan perkataan Nayara, hanya menatap Nayara dengan dingin. Bahkan dia sendiri pun merasa jijik dengan orang licik seperti Nayara. Setidaknya, dia tidak akan pernah mengkhianati tuannya, apalagi melakukan perbuatan keji seperti ini.Nayara jelas tahu orang di depannya adalah musuh bebuyutannya. Namun, demi keuntungannya sendiri, dia tetap tega bekerja sama dengan pihak musuh. Doly bertanya-tanya mengapa ada orang yang sekeji ini di dunia. Orang seperti ini pantas dibunuh oleh siapa pun.Wira kembali menatap Nayara dan berkata dengan tenang, "Seka