Rombongan itu turun dari kuda. Mereka menatap Wira dengan perasaan gembira dan juga tidak rela. Meskipun baru bekerja bersama Wira kurang dari 1 bulan, mereka pun berkesempatan melihat seperti apa orang yang brilian.Wira membantu mereka memenangkan perang, naik pangkat, bahkan mendapatkan banyak uang. Mereka memang hanya bersama sekitar 1 bulan, tetapi apa yang mereka dambakan bertahun-tahun sudah didapatkan sekarang.Wira mengernyit dan berkata, "Sudah kubilang, kalian nggak perlu antar aku. Untuk apa kalian begitu heboh?"Segerombolan orang itu menyeringai. Namun, mereka sama sekali tidak marah menghadapi teguran seperti ini."Tuan Wahyudi, aku dengar Paman Hasan bilang kamu melatih tim pengawal di dusun." Kemudian, Yudha mengeluarkan buku dan berucap, "Ini adalah buku teknik pedang, teknik tombak, Wing Chun, dan teknik tinju Keluarga Wutari. Nanti kamu suruh Danu ajarkan kepada mereka."Wira tidak mengambil buku itu, malah berujar, "Aku dengar harta Keluarga Wutari nggak boleh diaj
Junaidi memimpin para dokter di markas militer untuk berterima kasih kepada Wira. Semalam, para pasukan mendapatkan uang perak. Jumlah uang yang didapatkan para dokter ini lebih banyak dari jenderal tingkat rendah.Begitu mengetahui bahwa ini adalah pesan Wira, para dokter merasa terharu. Jadi, hari ini mereka memaksa untuk ikut datang agar bisa berterima kasih pada Wira."Sudahlah. Selagi cuaca dingin, mayat mudah disimpan. Coba dibedah lagi untuk diteliti dan jangan lupa dicatat. Kalau kalian sudah memahaminya, ingat ajarkan kepada orang yang lebih banyak," pesan Wira.Kemudian, Wira melambaikan tangan pada para prajurit, lalu naik ke kereta kuda. Dia berseru, "Aku pergi dulu!"Danu mengayunkan cambuknya, lalu rombongan kereta kuda melaju ke depan. Sementara itu, Yudha yang memimpin berlutut dengan satu kaki dan berucap, "Semoga Tuan Wahyudi selamat sampai tujuan!"Semua prajurit mengikuti Yudha berlutut dan berteriak dengan lantang, "Semoga Tuan Wahyudi selamat sampai tujuan!"Wira
Sekelompok bandit berteriak sambil mengangkat barang yang ditutupi kain merah."Balas dendam!""Beraninya dia merampok uang yang kita dapatkan dengan susah payah. Dasar berengsek!""Kita akan balas dendam untuk Bu Meri dan rebut kembali uang kita!"Meri berjalan di depan dan para bandit mengikuti di belakang dengan cepat. Mereka seperti takut Wira akan kabur kalau datang terlambat."Dasar pencuri! Kali ini, aku akan melucuti pakaianmu, lalu mencambuk bokongmu, mematahkan kakimu, menyayat wajahmu, dan meninju matamu. Aku juga akan menyuruhmu memakai baju wanita dan menggantungmu di jalanan Yispohan supaya pebisnis yang datang bisa menonton. Kamu akan menjadi terkenal di seluruh Provinsi Jawali!" ujar Meri yang geram.Meri tampak sangat senang, seperti melihat Wira jatuh ke tangannya dan memohon ampun setelah disiksa habis-habisan.Ketika bandit diculik oleh orang yang lewat, bahkan diperas sampai mengeluarkan begitu banyak uang, ini benar-benar penghinaan besar. Sejak kembali setelah di
Di sisi rombongan Wira, tentara senior Pasukan Zirah Hitam dan tentara pensiun melirik para bandit dengan ekspresi datar.Wira yang menunggangi kuda tersenyum sembari, "Ternyata, Nona Meri! Terakhir kali aku lupa memberitahumu, aku sudah punya istri. Sebaiknya, Nona jangan berpikiran macam-macam terhadapku. Kita nggak mungkin bisa bersama.""Hahaha!" Mendengar Wira yang menggoda Meri, tentara senior Pasukan Zirah Hitam dan tentara pensiun tertawa terbahak-bahak.Dian yang berada di dalam kereta tersenyum. Wira memang nakal, dia menggoda Meri lagi.Para bandit sangat murka. Di saat-saat seperti ini, Wira masih berani menggoda Meri. Benar-benar pantas dibunuh!Meri yang makin kesal berujar, "Dasar pencuri nggak tahu malu. Siapa yang berpikiran macam-macam terhadapmu? Aku hanya ingin membunuhmu!""Kalau kamu mau membunuhku, aku juga nggak perlu sungkan-sungkan lagi kepadamu!" seru Wira.Kemudian, dia mengeluarkan bukti utang, lalu berkata, "Ini bukti Yispohan berutang 200 ribu gabak padak
"Berlututlah di hadapan Ketua Meri!""Bersujudlah di hadapan Ketua Meri!""Serahkan emas yang kamu curi dari kami. Tunduklah pada Ketua Meri!" Sejumlah perampok gunung juga ikut berseru dengan angkuh."Mimpi saja. Nggak membalas orang itu nggak sopan. Aku akan membiarkan Nona Meri juga melihat senjata pemungkas kami!" ucap Wira sembari tersenyum.Di belakangnya, di dalam sebuah kereta kuda, Fandi menarik tuas, lalu membuka keempat sisi dan juga atap kereta. Sebuah misil tiga busur muncul. Tali busur tampak ditarik ke belakang, lalu Fandi pun memasang anak panah besar!"Apa ini?" tanya Meri. Meskipun dia tidak pernah melihat misil tiga busur, dia tetap bisa merasakan ancaman!Whoosh! Sebuah anak panah besar seperti tombak memelesat ke arahnya dan mendarat di misil mereka! Terdengar suara yang keras! Misil besar yang baru setengah terbuka itu langsung hancur dari bagian badan hingga ke tali busurnya. Sosok dari beberapa perampok gunung di dekat sana langsung tertembus, lalu anak panah b
"Kakakmu, Molika?" tanya Wira. Dia mengangkat alisnya, lalu berkata sambil tersenyum, "Bagus. Kalau begitu, aku akan menunggunya datang untuk menyelamatkanmu!"Meri bertanya, "Kamu, apa yang mau kamu lakukan?" Dia sontak panik mendengar perkataan Wira. Kemudian, dia bertanya lagi, "Apa kamu ingin memanfaatkanku sebagai umpan untuk menjebak kakakku?"Wira berujar, "Menggunakanmu sebagai umpan? Ide ini bagus!" Mata pria itu tampak berbinar-binar. Kemudian, dia berkata, "Nona Meri, terima kasih sudah memberitahuku cara untuk melawan kakakmu!""Ka, kamu ...." ucap Meri. Air mata wanita itu sudah hampir menetes. "Aku hanya asal bicara. Kakakku sama sekali nggak menyayangiku. Kalaupun kamu membunuhku, dia juga akan menghiraukanku! Akulah yang ingin membunuhmu, jadi kamu bunuh aku saja. Ini nggak ada hubungannya dengan kakakku!""Apa kamu menganggapku bodoh?" tanya Wira. Dia memutar matanya sembari berujar, "Karena kakakmu begitu menyayangimu dan kamu juga begitu peduli dengannya, jelas sekal
Seorang perampok gunung pergi mengirim pesan dari Molika. Semua perampok merasa heran. Mereka tidak tahu alasan Molika yang tidak langsung pergi menyelamatkan Meri, melainkan malah ingin menunggu selama dua jam dahulu."Ikut denganku!" perintah Molika seraya berbalik dengan ekspresi pucat. Sekelompok perampok gunung buru-buru mengikutinya. Mereka datang ke belakang gunung ini dengan ketakutan.Di tempat ini, peti mati terlihat di mana-mana. Banyak mumi yang tergantung di pohon, serta tengkorak yang tersebar di pinggir jalan. Bahkan pada siang hari, aura suramnya mampu membuat bulu kuduk berdiri.Para perampok gunung tampak sangat kebingungan. Mereka tidak tahu alasan Molika membawa mereka ke tempat yang menakutkan seperti ini. Ini adalah kuburan massal di atas gunung, di mana malam harinya akan penuh dengan hantu-hantu. Beberapa perampok bahkan pernah bertemu dengan hantu di sini.Molika mengajak sekelompok orang itu menuju ke kedalaman gua. Kemudian, mereka sontak terkejut. Di dalam g
Tanpa memedulikan Meri, Wira memerintahkan, "Fandi, kendalikan busur silang dan tunggu perintah dariku. Para veteran, kenakan zirah sisik dan gabungkan perisai untuk pertahanan. Gunakan Busur Silang Zeta! Rudi, kamu dan sembilan orang lainnya kenakan zirah!"Kretak, kretak, kretak ....Para veteran mengeluarkan zirah sisik dari dalam kereta kuda, lalu menggabungkan perisai, dan membentuk formasi Busur Silang Zeta!Sebagai pemimpin Pasukan Zirah Hitam, Rudi mengeluarkan zirah satu per satu dan mengenakannya. Zirah hitam yang mereka miliki sudah aus setelah melalui berbagai pertempuran besar. Zirah ini adalah perlengkapan pasukan infanteri sehingga lebih cocok untuk pertempuran jarak dekat daripada zirah hitam.Semua zirah ini dilengkapi dengan dokumen resmi. Sebab, militer telah menyediakannya kepada Wira untuk meningkatkan dan menguji efektivitas tempur mereka. Para jenderal di militer merasa bahwa pertahanan dari zirah sisik terlalu lemah. Zirah juga berbobot terlalu berat sehingga ti