Share

Bab 2879

Author: Arif
last update Last Updated: 2025-01-03 19:24:04
"Dengan uang, kita bisa melakukan apa saja. Kita sudah mengeluarkan empat batang emas. Mungkin dia belum pernah melihat emas sebanyak itu seumur hidupnya."

"Kita bertindak begitu cepat. Mana mungkin dia menunda-nunda. Kalau sampai melewatkan peluang untuk menghasilkan uang, dia yang bakal nyesal sendiri," ujar Wendi yang berdiri di belakang.

Wira tidak mengatakan apa-apa. Sebenarnya dia juga merasa ada yang aneh, tetapi dia tidak tahu apa yang salah. Apa karena semuanya berjalan terlalu lancar? Mungkin itu alasannya.

Wira tidak terlalu memikirkannya. Dia hanya menunggu dengan sabar di luar bersama yang lainnya.

Sesaat kemudian, pria itu berjalan keluar dengan membawa sebuah tas besar di punggungnya. Dilihat dari beratnya, sepertinya tas itu penuh dengan air.

"Siapa namamu?" tanya Wira memandang pria itu. Karena mereka akan menghabiskan beberapa hari bersama, mereka perlu saling mengenal. Jika namanya saja tidak tahu, bagaimana mereka bisa bepergian bersama?

Pria itu menjawab dengan nad
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2880

    Kalau bukan karena Wira tidak bersuara, Agha pasti sudah memberi pelajaran kepada Dzul sejak tadi.Dzul membalas dengan suara dingin, "Kalau kalian nggak percaya, aku akan kembalikan emas kalian. Tapi, kalian harus bayar biaya perjalanan. Aku nggak bisa ikut kalian secara cuma-cuma, 'kan?""Soal gimana kalian akan masuk ke gurun, itu bukan urusanku lagi. Mau kalian hidup atau mati, itu juga urusan kalian."Ketika melihat Dzul masih bersikap angkuh, Agha pun semakin marah.Saat berikutnya, Wira berdiri di antara mereka dan berkata, "Dzul, jangan terlalu diambil hati dengan sikap adikku ini. Dia memang begini.""Kamu cuma perlu tunjukkan jalan kasih kami. Kalau kami nggak percaya padamu, mana mungkin kami kasih kamu uang sebanyak itu cuma untuk menyuruhmu membawa kami menyeberangi gurun."Dzul menatap Wira beberapa saat, lalu melanjutkan perjalanan tanpa menanggapi apa-apa."Apa-apaan? Setelah balik dari wilayah barat, aku pasti akan memberinya pelajaran! Berani sekali dia bicara begitu

    Last Updated : 2025-01-03
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2881

    Karena telah berjalan selama beberapa jam, semua orang pun sangat lelah. Setelah bisa beristirahat, mereka melepaskan semua beban dan tidur lebih awal.Di siang hari, gurun terasa sangat panas, membuat mereka seperti berada di dalam oven raksasa. Namun, di malam hari, suhu turun drastis sehingga mereka bisa tidur dengan nyenyak.Hanya saja, sebelum sempat tidur sejam, mereka sudah mendengar suara langkah kaki yang ringan. Agha dan Dwija berasal dari Gedung Nomor Satu dan memiliki keahlian khusus. Sementara itu, Wendi sudah lama tinggal di pegunungan dan memiliki pendengaran yang sangat tajam.Adapun Wira, meskipun tidak sehebat mereka, dia tetap bukan orang biasa. Keempat orang itu langsung mendengar suara itu dan membuka mata mereka.Setelah melihat sekeliling, mereka mendapati ada banyak pria memegang tongkat yang mengepung mereka. Di antaranya adalah Dzul."Kak Kalid, Kak Kavin, mereka yang membawa emas batangan. Mereka pasti orang kaya! Kamu lihat pakaian mereka? Itu kain sutra hal

    Last Updated : 2025-01-04
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2882

    Sementara itu, Wira dan lainnya justru terlihat sangat tenang dan sama sekali tidak takut."Sudah kubilang sejak awal, kalau kamu punya niat buruk, aku pasti nggak akan mengampunimu. Siapa sangka, kamu benaran berani bermain belakang dengan kami, bahkan kerja sama dengan sekelompok penjahat di gurun ini.""Kalian ingin merebut harta kami? Sepertinya, langit memberiku kesempatan untuk memberimu pelajaran!"Mata Agha berbinar-binar. Sejak awal memasuki gurun, dia sudah merasa ada yang aneh pada Dzul. Hanya saja, karena Wira ada di sini, ditambah lagi mereka memang membutuhkan pemandu, Agha terus menahan amarahnya.Begitu memasuki gurun, Dzul langsung menunjukkan wajah aslinya. Kali ini, Agha tentu tidak akan mengampuninya!Dzul memandang Agha dengan tatapan penuh penghinaan. Dia tidak peduli pada ucapan Agha dan mengalihkan pandangannya kepada kedua bersaudara itu.Dzul menunjuk Agha dan berkata, "Kak Kalid, Kak Kavin, setelah semuanya beres, kuharap kalian bisa membiarkan bocah ini hidu

    Last Updated : 2025-01-04
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2883

    "Kamu tidur saja, Kak. Serahkan para pecundang ini kepadaku." Kemudian, Agha menyeringai dan menatap Dwija. "Kamu juga nggak usah turun tangan melawan orang-orang lemah ini. Nanti yang ada pedangmu kotor. Biarkan aku berolahraga sedikit."Dwija mengangguk. Agha adalah orang terkuat di dunia. Ketika berada di Gedung Nomor Satu, Dwija dan Agha tidak akrab, tetapi Dwija pernah melihat kekuatan Agha.Jadi, beberapa perampok ini tidak ada apa-apanya di hadapan Agha. Dwija yakin Agha bisa menghabisi mereka semua dalam sekejap.Kedua bersaudara itu sama sekali tidak merasakan bahaya yang mengintai. Mereka terus memandang Agha dengan tatapan penuh ejekan. Bagaimana bisa ada orang sebodoh ini di dunia?Kalid melambaikan tangan kepada orang-orang di belakang, lalu tersenyum dan berujar, "Kalian serang dia bersama! Lumpuhkan dia! Aku rasa dia cukup kuat. Tapi, jumlah kita sangat banyak. Dia nggak mungkin bisa menang!"Orang-orang segera mengiakan dan menerjang ke arah Agha. Agha pun tersenyum sin

    Last Updated : 2025-01-04
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2884

    Ini adalah satu-satunya cara bagi mereka untuk menyelamatkan diri!Kalid ragu-ragu sejenak, lalu menatap para bawahannya yang tergeletak di tanah. Pada akhirnya, dia segera memerintahkan, "Mundur!"Lebih baik mundur daripada mati. Mereka masih punya banyak bawahan. Setelah membangun pasukan kembali, mereka masih bisa menguasai gurun pasir.Namun, jika bersikeras bertarung dengan Agha, kemungkinan besar mereka semua akan mati di sini. Pada akhirnya, semuanya akan menjadi sia-sia.Dzul dan Kavin bergegas mengikuti Kalid. Mereka berbondong-bondong menuju ke tempat tinggal mereka.Karena Agha masih terjebak dengan beberapa perampok, dia tidak akan punya kesempatan untuk menghentikan ketiga orang itu.Dwija yang hanya menonton dan terus menggenggam dengan erat pedangnya, sontak berkelebat dan tiba di depan ketiga orang itu.Dzul tidak punya senjata untuk pertahanan diri. Wajahnya memang menyeramkan, tetapi hanya bisa digunakan untuk menakuti orang. Dia tidak punya kemampuan apa pun.Ketika

    Last Updated : 2025-01-04
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2885

    "Sekarang sudah tahu takut?" Ketika Dwija hendak mengambil tindakan, tiba-tiba terdengar suara familier dari belakang.Dwija perlahan-lahan menoleh. Tatapannya tertuju pada Wira. Wira telah berdiri di belakangnya.Wira awalnya ingin tidur, tetapi tidak bisa karena tempat ini terlalu ribut. Dia merasa agak terganggu. Makanya, dia memilih untuk menonton saja.Kavin bukan orang bodoh. Hanya dengan melihat sekilas, dia tahu bahwa Wira adalah pemimpin pasukan ini. Asalkan mendapat pengampunan dari Wira, nyawanya akan selamat.Kavin memegang lukanya, lalu berjalan ke hadapan Wira dengan pincang. Saat berikutnya, dia berlutut dan berderai air mata."Tuan, aku tahu kamu orang baik. Tolong beri aku kesempatan untuk hidup ya? Aku benaran sudah menyadari kesalahanku. Asalkan kamu memberiku kesempatan, aku pasti akan berubah menjadi orang yang lebih baik.""Sekarang aku sudah cacat. Satu lenganku sudah putus. Kalaupun aku ingin buat jahat, aku nggak mungkin punya kesempatan lagi. Tolong ampuni aku

    Last Updated : 2025-01-05
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2886

    Kavin berbicara panjang lebar dan akhirnya melihat secercah harapan.Wira mendengus dingin dan tidak menghiraukan Kavin lagi. Saat ini, tatapannya tertuju pada Dzul."Aku sudah memberimu empat batang emas untuk menyuruhmu menjadi pemandu kami ke wilayah barat. Seharusnya aku nggak berutang padamu, 'kan?""Tapi, apa yang kamu lakukan? Kamu bersekongkol dengan orang luar untuk menjebak kami. Kamu mencoba untuk merampas harta kami, bahkan ingin membunuh kami?"Dzul tidak berani berbicara saat menghadapi pertanyaan Wira. Fakta jelas di depan mata. Sekalipun dia ingin membela diri, dia tidak tahu harus bagaimana ...."Sekarang aku sudah paham, kenapa orang-orang yang sebelumnya pergi ke wilayah barat nggak pernah kembali. Sepertinya mereka dibunuh di tengah jalan, 'kan?" tanya Wira.Dzul menelan ludahnya. Setelah ragu-ragu sejenak, dia memberanikan diri untuk menyahut, "Tuan, aku melakukan semua ini karena dihasut mereka. Kalau mereka nggak memaksaku, aku juga nggak bakal berani!""Kalau ny

    Last Updated : 2025-01-05
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2887

    Semua orang yang ada di sini sudah mati dan Dzul kemungkinan besar tidak akan bertahan sampai malam ini.Setelah Agha memberinya pelajaran, sekalipun Dzul bisa bertahan hidup, dia pasti akan menjadi orang cacat.Makanya, mereka membutuhkan Kavin untuk memandu perjalanan. Jika cederanya tidak segera diobati, dia pasti akan mati karena kehilangan banyak darah atau karena kesakitan. Ketika saat itu tiba, siapa yang harus mereka andalkan?Wendi mengangguk dan menghampiri Kavin. Kemudian, dia mengeluarkan beberapa botol dan jarum. Setelah melakukan akupunktur, Kavin pun tidak merasakan sakit lagi.Kavin menatap Wendi yang berada di hadapannya dengan tercengang. Dia masih merasa takut. Siapa sebenarnya orang-orang ini?Agha dan Dwija sangat kuat. Dwija bahkan tidak mengeluarkan pedang dari sarungnya, tetapi berhasil memenangkan pertarungan.Agha bahkan lebih mengerikan. Tinjunya sekeras besi. Satu pukulan sudah cukup untuk remukkan tulang rusuk orang.Anak buah mereka jelas begitu banyak, te

    Last Updated : 2025-01-05

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2888

    "Aku tahu batasan. Kamu tenang saja." Usai melontarkan itu, Wendi kembali ke tempatnya dan berbaring untuk tidur.Besok mereka masih harus melanjutkan perjalanan. Ada begitu banyak kejadian yang terjadi malam ini. Wendi tentu harus beristirahat untuk memulihkan energinya.Karena Kavin sudah takut pada Wira dan lainnya, dia pun tidak berani macam-macam meskipun mereka sedang tidur. Itu sebabnya, tidur mereka sangat nyenyak.Setelah langit terang, Agha kembali. Setelah membereskan noda darah di tubuhnya, dia mengeluarkan makanan dan air untuk dinikmati.Kavin yang duduk di samping hanya bisa menelan ludahnya. Meskipun merasa lapar, dia tidak berani bersuara ...."Kamu juga ingin makan?" Agha meliriknya sekilas, lalu melemparkan roti kepadanya. "Makan saja, kamu masih harus memandu jalan untuk kami. Kami nggak mungkin membiarkanmu mati kelaparan di sini."Kavin buru-buru mengambilnya. Tanpa peduli pada debu di atasnya, dia langsung makan dengan lahap. Dia juga minum beberapa teguk air."K

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2887

    Semua orang yang ada di sini sudah mati dan Dzul kemungkinan besar tidak akan bertahan sampai malam ini.Setelah Agha memberinya pelajaran, sekalipun Dzul bisa bertahan hidup, dia pasti akan menjadi orang cacat.Makanya, mereka membutuhkan Kavin untuk memandu perjalanan. Jika cederanya tidak segera diobati, dia pasti akan mati karena kehilangan banyak darah atau karena kesakitan. Ketika saat itu tiba, siapa yang harus mereka andalkan?Wendi mengangguk dan menghampiri Kavin. Kemudian, dia mengeluarkan beberapa botol dan jarum. Setelah melakukan akupunktur, Kavin pun tidak merasakan sakit lagi.Kavin menatap Wendi yang berada di hadapannya dengan tercengang. Dia masih merasa takut. Siapa sebenarnya orang-orang ini?Agha dan Dwija sangat kuat. Dwija bahkan tidak mengeluarkan pedang dari sarungnya, tetapi berhasil memenangkan pertarungan.Agha bahkan lebih mengerikan. Tinjunya sekeras besi. Satu pukulan sudah cukup untuk remukkan tulang rusuk orang.Anak buah mereka jelas begitu banyak, te

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2886

    Kavin berbicara panjang lebar dan akhirnya melihat secercah harapan.Wira mendengus dingin dan tidak menghiraukan Kavin lagi. Saat ini, tatapannya tertuju pada Dzul."Aku sudah memberimu empat batang emas untuk menyuruhmu menjadi pemandu kami ke wilayah barat. Seharusnya aku nggak berutang padamu, 'kan?""Tapi, apa yang kamu lakukan? Kamu bersekongkol dengan orang luar untuk menjebak kami. Kamu mencoba untuk merampas harta kami, bahkan ingin membunuh kami?"Dzul tidak berani berbicara saat menghadapi pertanyaan Wira. Fakta jelas di depan mata. Sekalipun dia ingin membela diri, dia tidak tahu harus bagaimana ...."Sekarang aku sudah paham, kenapa orang-orang yang sebelumnya pergi ke wilayah barat nggak pernah kembali. Sepertinya mereka dibunuh di tengah jalan, 'kan?" tanya Wira.Dzul menelan ludahnya. Setelah ragu-ragu sejenak, dia memberanikan diri untuk menyahut, "Tuan, aku melakukan semua ini karena dihasut mereka. Kalau mereka nggak memaksaku, aku juga nggak bakal berani!""Kalau ny

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2885

    "Sekarang sudah tahu takut?" Ketika Dwija hendak mengambil tindakan, tiba-tiba terdengar suara familier dari belakang.Dwija perlahan-lahan menoleh. Tatapannya tertuju pada Wira. Wira telah berdiri di belakangnya.Wira awalnya ingin tidur, tetapi tidak bisa karena tempat ini terlalu ribut. Dia merasa agak terganggu. Makanya, dia memilih untuk menonton saja.Kavin bukan orang bodoh. Hanya dengan melihat sekilas, dia tahu bahwa Wira adalah pemimpin pasukan ini. Asalkan mendapat pengampunan dari Wira, nyawanya akan selamat.Kavin memegang lukanya, lalu berjalan ke hadapan Wira dengan pincang. Saat berikutnya, dia berlutut dan berderai air mata."Tuan, aku tahu kamu orang baik. Tolong beri aku kesempatan untuk hidup ya? Aku benaran sudah menyadari kesalahanku. Asalkan kamu memberiku kesempatan, aku pasti akan berubah menjadi orang yang lebih baik.""Sekarang aku sudah cacat. Satu lenganku sudah putus. Kalaupun aku ingin buat jahat, aku nggak mungkin punya kesempatan lagi. Tolong ampuni aku

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2884

    Ini adalah satu-satunya cara bagi mereka untuk menyelamatkan diri!Kalid ragu-ragu sejenak, lalu menatap para bawahannya yang tergeletak di tanah. Pada akhirnya, dia segera memerintahkan, "Mundur!"Lebih baik mundur daripada mati. Mereka masih punya banyak bawahan. Setelah membangun pasukan kembali, mereka masih bisa menguasai gurun pasir.Namun, jika bersikeras bertarung dengan Agha, kemungkinan besar mereka semua akan mati di sini. Pada akhirnya, semuanya akan menjadi sia-sia.Dzul dan Kavin bergegas mengikuti Kalid. Mereka berbondong-bondong menuju ke tempat tinggal mereka.Karena Agha masih terjebak dengan beberapa perampok, dia tidak akan punya kesempatan untuk menghentikan ketiga orang itu.Dwija yang hanya menonton dan terus menggenggam dengan erat pedangnya, sontak berkelebat dan tiba di depan ketiga orang itu.Dzul tidak punya senjata untuk pertahanan diri. Wajahnya memang menyeramkan, tetapi hanya bisa digunakan untuk menakuti orang. Dia tidak punya kemampuan apa pun.Ketika

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2883

    "Kamu tidur saja, Kak. Serahkan para pecundang ini kepadaku." Kemudian, Agha menyeringai dan menatap Dwija. "Kamu juga nggak usah turun tangan melawan orang-orang lemah ini. Nanti yang ada pedangmu kotor. Biarkan aku berolahraga sedikit."Dwija mengangguk. Agha adalah orang terkuat di dunia. Ketika berada di Gedung Nomor Satu, Dwija dan Agha tidak akrab, tetapi Dwija pernah melihat kekuatan Agha.Jadi, beberapa perampok ini tidak ada apa-apanya di hadapan Agha. Dwija yakin Agha bisa menghabisi mereka semua dalam sekejap.Kedua bersaudara itu sama sekali tidak merasakan bahaya yang mengintai. Mereka terus memandang Agha dengan tatapan penuh ejekan. Bagaimana bisa ada orang sebodoh ini di dunia?Kalid melambaikan tangan kepada orang-orang di belakang, lalu tersenyum dan berujar, "Kalian serang dia bersama! Lumpuhkan dia! Aku rasa dia cukup kuat. Tapi, jumlah kita sangat banyak. Dia nggak mungkin bisa menang!"Orang-orang segera mengiakan dan menerjang ke arah Agha. Agha pun tersenyum sin

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2882

    Sementara itu, Wira dan lainnya justru terlihat sangat tenang dan sama sekali tidak takut."Sudah kubilang sejak awal, kalau kamu punya niat buruk, aku pasti nggak akan mengampunimu. Siapa sangka, kamu benaran berani bermain belakang dengan kami, bahkan kerja sama dengan sekelompok penjahat di gurun ini.""Kalian ingin merebut harta kami? Sepertinya, langit memberiku kesempatan untuk memberimu pelajaran!"Mata Agha berbinar-binar. Sejak awal memasuki gurun, dia sudah merasa ada yang aneh pada Dzul. Hanya saja, karena Wira ada di sini, ditambah lagi mereka memang membutuhkan pemandu, Agha terus menahan amarahnya.Begitu memasuki gurun, Dzul langsung menunjukkan wajah aslinya. Kali ini, Agha tentu tidak akan mengampuninya!Dzul memandang Agha dengan tatapan penuh penghinaan. Dia tidak peduli pada ucapan Agha dan mengalihkan pandangannya kepada kedua bersaudara itu.Dzul menunjuk Agha dan berkata, "Kak Kalid, Kak Kavin, setelah semuanya beres, kuharap kalian bisa membiarkan bocah ini hidu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2881

    Karena telah berjalan selama beberapa jam, semua orang pun sangat lelah. Setelah bisa beristirahat, mereka melepaskan semua beban dan tidur lebih awal.Di siang hari, gurun terasa sangat panas, membuat mereka seperti berada di dalam oven raksasa. Namun, di malam hari, suhu turun drastis sehingga mereka bisa tidur dengan nyenyak.Hanya saja, sebelum sempat tidur sejam, mereka sudah mendengar suara langkah kaki yang ringan. Agha dan Dwija berasal dari Gedung Nomor Satu dan memiliki keahlian khusus. Sementara itu, Wendi sudah lama tinggal di pegunungan dan memiliki pendengaran yang sangat tajam.Adapun Wira, meskipun tidak sehebat mereka, dia tetap bukan orang biasa. Keempat orang itu langsung mendengar suara itu dan membuka mata mereka.Setelah melihat sekeliling, mereka mendapati ada banyak pria memegang tongkat yang mengepung mereka. Di antaranya adalah Dzul."Kak Kalid, Kak Kavin, mereka yang membawa emas batangan. Mereka pasti orang kaya! Kamu lihat pakaian mereka? Itu kain sutra hal

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2880

    Kalau bukan karena Wira tidak bersuara, Agha pasti sudah memberi pelajaran kepada Dzul sejak tadi.Dzul membalas dengan suara dingin, "Kalau kalian nggak percaya, aku akan kembalikan emas kalian. Tapi, kalian harus bayar biaya perjalanan. Aku nggak bisa ikut kalian secara cuma-cuma, 'kan?""Soal gimana kalian akan masuk ke gurun, itu bukan urusanku lagi. Mau kalian hidup atau mati, itu juga urusan kalian."Ketika melihat Dzul masih bersikap angkuh, Agha pun semakin marah.Saat berikutnya, Wira berdiri di antara mereka dan berkata, "Dzul, jangan terlalu diambil hati dengan sikap adikku ini. Dia memang begini.""Kamu cuma perlu tunjukkan jalan kasih kami. Kalau kami nggak percaya padamu, mana mungkin kami kasih kamu uang sebanyak itu cuma untuk menyuruhmu membawa kami menyeberangi gurun."Dzul menatap Wira beberapa saat, lalu melanjutkan perjalanan tanpa menanggapi apa-apa."Apa-apaan? Setelah balik dari wilayah barat, aku pasti akan memberinya pelajaran! Berani sekali dia bicara begitu

DMCA.com Protection Status