"Bagus. Aku suka cara kerjamu yang seperti ini," kata Senia sambil bertepuk tangan dengan puas dan tetap tersenyum.Setelah keduanya berbincang sebentar, Panji pergi lebih awal karena masih ada urusan lain.Seiring dengan suasana ruangan yang perlahan-lahan hening, seseorang muncul dari kegelapan. Orang ini mengenakan pakaian hitam dengan sebuah pedang di tangannya dan kini berdiri di belakang Senia dengan hormat.Orang ini adalah pengawal pribadi Senia yang baru direkrut dan juga ahli yang sangat langka, Caraka. Namun, dia biasanya tidak pernah menunjukkan dirinya dan selalu bersembunyi di kegelapan untuk melindungi keselamatan Senia.Caraka perlahan-lahan berkata, "Ratu, Tuan Panji sepertinya makin arogan. Sekarang dia bahkan berani berbicara seperti itu di hadapanmu, sama sekali nggak menghormatimu. Apa perlu aku memberinya sedikit pelajaran?"Senia berkata dengan santai, "Tuan Panji memang punya kemampuannya. Belakangan ini, aku juga menyaksikan keahliannya. Mungkin karena itu dia
Sejak sempat sadar sekali kemarin, Lucy selalu dalam kondisi koma dan belum membuka matanya lagi. Hal ini yang membuat Wira merasa gelisah.Arifin menganggukkan kepala. Namun, sebelum dia sempat berbicara, pandangannya sudah tertuju pada Wendi.Sementara itu, Wendi juga sedang mengamati Arifin. Saat pandangan keduanya bertemu, dia berkata dengan tenang, "Ahli dalam ilmu medis? Ternyata ada seorang ahli seperti ini di sisi Tuan Wira, kenapa masih membutuhkan bantuanku?"Wira segera berdiri di tengah keduanya dan berkata sambil melambaikan tangannya, "Ini karena aku ingin semuanya saling membantu agar temanku bisa segera sembuh. Lagi pula, Paman Arifin ahli dalam menangani penyakit langka, tapi nggak ahli menetralkan racun ...."Hubungan Arifin dengan Wira sangat dekat, sehingga dia tidak terlalu memedulikan bagaimana Wira menilainya. Lagi pula, dia memang tidak mampu menetralkan racun di tubuh Lucy. Jika tidak, Lucy tentu tidak akan tetap terbaring di sana. Jika ada orang yang benar-ben
Di tengah percakapan, Wendi sudah melangkah ke sisi tempat tidur. Dia perlahan-lahan mengangkat tangannya dan memeriksa pergelangan tangan Lucy dengan teliti.Semua orang berdiri di samping dengan serius dan tidak ada yang berani mendekat untuk mengganggu Wendi.Setelah mengetahui Wira dan yang lainnya sudah menemukan ahli racun nomor satu di dunia, Osman, Trenggi, dan yang lainnya juga segera datang untuk melihat situasinya. Namun, mereka hanya berdiri di luar kamar dan mengamati semuanya dengan tenang. Ada beberapa pengawal juga yang sedang berjaga di sisi Osman dengan sangat hati-hati.Sementara itu, para kasim dan pelayan istana yang berada di sekitar juga tidak berani mendekat. Mereka juga tahu orang yang sedang mengobati di dalam kamar itu adalah ahli racun terhebat di dunia. Jika terjadi sedikit kesalahan saja, mereka mungkin akan kehilangan nyawa dan mungkin nyawa mereka juga tidak utuh. Bagaimanapun juga, racun adalah sesuatu yang selalu membuat orang ketakutan.Sekitar 30 men
Wendi menoleh dan melihat Wira sejenak, lalu kembali bertanya, "Tuan Wira nggak percaya padaku?""Mana mungkin aku nggak percaya pada Nona Wendi. Aku hanya ingin memohon satu hal lagi ...," kata Wira perlahan-lahan setelah ragu cukup lama.Wendi berkata dengan penuh percaya diri, "Apa ada hal lain yang Tuan Wira inginkan dariku? Kalau Tuan Wira ingin mengundangku ke Gedung Nomor Satu lagi, aku harap Tuan Wira berhenti saja. Aku nggak tertarik dengan tempat itu.""Selain itu, aku memang orang yang menggunakan racun dan ini bukan cara yang membanggakan, jadi kenapa aku harus bersaing menjadi yang terbaik di dunia? Apalagi mungkin sangat sedikit orang di dunia ini yang bisa melampauiku."Wendi sangat percaya diri dengan kemampuannya dalam menggunakan racun. Bukan hanya dirinya yang mengakui kemampuannya ini, begitu juga dengan orang di Keluarga Beluana. Bahkan Osman pun pernah mendengar namanya, ini membuktikan betapa terkenalnya dia.Wira melambaikan tangannya dan berkata sambil tersenyu
"Aku bersikeras ingin pergi ke wilayah barat karena ada orang aneh di Kerajaan Agrel yang bisa memanggil angin dan hujan. Konon, orang ini bukan berasal dari wilayah tandus di utara, melainkan dari wilayah barat. Untuk menemukan cara menghadapinya, aku harus pergi ke wilayah barat untuk menyelidikinya," kata Wira dengan tegas, tanpa menyembunyikan apa pun.Wira terlihat sangat tulus. Seperti yang dikatakannya, dia sebenarnya memang tidak memiliki ambisi sebesar itu. Jika benar-benar ingin menguasai dunia, dia juga tidak akan turun tangan pada wilayah barat. Dia juga sangat menyadari semua yang dikatakan Wendi.Lagi pula, demi menjaga kestabilan dunia, Wira sudah mengorbankan banyak hal. Ini adalah fakta yang diketahui semua orang. Saat itu, dia yang inisiatif mengadakan pertemuan empat pihak di Paviliun Kristal dan berhasil membawakan kedamaian bagi rakyat di dunia untuk sementara. Para rakyat pun tidak perlu menderita karena perang lagi dan semua itu adalah jasanya.Setelah menatap Wi
Osman berpikir meskipun Wendi adalah seorang wanita, Wendi adalah ahli dalam menggunakan racun. Di medan perang, kemampuan Wendi pasti akan berguna. Sayangnya, Wendi tidak menghiraukannya.Namun, Osman tidak menyangka Wira yang baru saja tiba di Kerajaan Beluana pun sudah begitu dekat dengan Wendi, bahkan berhasil membuat Wendi ikut pergi ke wilayah barat. Wira benar-benar sangat beruntung. Bagaimana mungkin dia tidak merasa iri?"Tentu saja. Orangku terluka di wilayah barat dan sekarang kondisinya juga seperti ini. Selain itu, masih banyak saudara-saudaraku yang belum kembali, aku harus pergi melihat kondisi mereka. Meskipun mereka sudah meninggal, aku tetap harus melihat jasad mereka. Aku nggak boleh membiarkan saudara-saudaraku mati di tempat asing," kata Wira dengan dingin sambil meligat ke arah barat.Apa pun yang sebenarnya telah terjadi di sana, Wira merasa dia harus menemukan kebenarannya. Dia tidak akan membiarkan orang-orangnya menderita tanpa alasan, apalagi kali ini orang y
"Nggak perlu, orang-orang yang bersamaku ini sudah cukup. Lagi pula, kalau membawa terlalu banyak orang, malah hanya akan makin merepotkan," kata Wira sambil tersenyum. Dia juga memahami niat baik Trenggi, tetapi mungkin hanya akan makin merepotkan jika dia menggunakan orang-orang dari mereka.Dalam perjalanan ke wilayah barat kali ini, Wira berencana hanya membawa Agha dan Wendi bersamanya. Dia tentu saja sudah diam-diam menghubungi seseorang dan kini orang itu sedang dalam perjalanan untuk bergabung dengan mereka. Dengan orang-orang ini di sisinya, mereka bisa memperkecil kemungkinan menjadi target dan juga menjamin keselamatan mereka.Perlu diketahui, semua orang yang dibawa Wira memiliki kemampuan andalan mereka masing-masing. Bahkan dia sendiri yang merupakan terlemah di antara mereka pun memiliki pistol, senjata rahasia yang tak tertandingi di dunia. Orang biasa tidak akan bisa mendekatinya. Meskipun berada di wilayah barat, dia juga yakin dia bisa melindungi dirinya sendiri.Nam
Racun-racun ini bisa membunuh seseorang dengan tanpa jejak. Bahkan saudara-saudara dari jaringan mata-mata pun tidak mampu bertahan, Lucy juga terluka parah seperti ini. Jika tidak mempersiapkan dengan matang, kecerdasan dan strategi Wira yang hebat pun tidak berguna. Pada akhirnya, dia tetap akan mati.Namun, sekarang Wendi juga ikut bersama mereka, Arifin tentu saja merasa lebih tenang dan tidak perlu mengkhawatirkan apa pun lagi.Wira menganggukkan kepala dan tersenyum, lalu berkata, "Aku hanya tahu wanita ini nggak akan membohongiku. Sekarang sudah ada bantuan dari Wendi, nanti aku akan segera berangkat ke wilayah barat.""Setelah Lucy sadar, kamu harus menyuruhnya fokus untuk memulihkan diri di sini. Jangan biarkan dia melakukan apa pun. Kalau dia nggak mendengar perintahmu, kamu bilang ini perintahku. Begitu aku kembali dari wilayah barat, aku juga akan langsung menyuruhnya keluar dari jaringan mata-mata."Wira melakukan ini juga demi kebaikan Lucy. Setelah sembuh dari penyakit p
Kalau bukan karena Wira tidak bersuara, Agha pasti sudah memberi pelajaran kepada Dzul sejak tadi.Dzul membalas dengan suara dingin, "Kalau kalian nggak percaya, aku akan kembalikan emas kalian. Tapi, kalian harus bayar biaya perjalanan. Aku nggak bisa ikut kalian secara cuma-cuma, 'kan?""Soal gimana kalian akan masuk ke gurun, itu bukan urusanku lagi. Mau kalian hidup atau mati, itu juga urusan kalian."Ketika melihat Dzul masih bersikap angkuh, Agha pun semakin marah.Saat berikutnya, Wira berdiri di antara mereka dan berkata, "Dzul, jangan terlalu diambil hati dengan sikap adikku ini. Dia memang begini.""Kamu cuma perlu tunjukkan jalan kasih kami. Kalau kami nggak percaya padamu, mana mungkin kami kasih kamu uang sebanyak itu cuma untuk menyuruhmu membawa kami menyeberangi gurun."Dzul menatap Wira beberapa saat, lalu melanjutkan perjalanan tanpa menanggapi apa-apa."Apa-apaan? Setelah balik dari wilayah barat, aku pasti akan memberinya pelajaran! Berani sekali dia bicara begitu
"Dengan uang, kita bisa melakukan apa saja. Kita sudah mengeluarkan empat batang emas. Mungkin dia belum pernah melihat emas sebanyak itu seumur hidupnya.""Kita bertindak begitu cepat. Mana mungkin dia menunda-nunda. Kalau sampai melewatkan peluang untuk menghasilkan uang, dia yang bakal nyesal sendiri," ujar Wendi yang berdiri di belakang.Wira tidak mengatakan apa-apa. Sebenarnya dia juga merasa ada yang aneh, tetapi dia tidak tahu apa yang salah. Apa karena semuanya berjalan terlalu lancar? Mungkin itu alasannya.Wira tidak terlalu memikirkannya. Dia hanya menunggu dengan sabar di luar bersama yang lainnya.Sesaat kemudian, pria itu berjalan keluar dengan membawa sebuah tas besar di punggungnya. Dilihat dari beratnya, sepertinya tas itu penuh dengan air."Siapa namamu?" tanya Wira memandang pria itu. Karena mereka akan menghabiskan beberapa hari bersama, mereka perlu saling mengenal. Jika namanya saja tidak tahu, bagaimana mereka bisa bepergian bersama?Pria itu menjawab dengan nad
Agha siap untuk mengambil tindakan, tetapi Wira buru-buru menahan bahunya sambil terbatuk dua kali.Pandangan Wira tertuju pada pria yang berada di dalam rumah. Meskipun pria itu duduk membelakangi mereka, tubuhnya kekar dan suaranya seperti gong yang bergema. Jelas, dia bukan orang yang mudah diusik.Agha memiliki sifat yang impulsif. Kalau sampai terjadi perkelahian, itu akan sangat buruk. Kini, mereka membutuhkan bantuan sehingga sudah sewajarnya bersikap lebih sopan."Tuan, kami dengar kamu bisa membawa kami ke wilayah barat. Kami datang untuk berdiskusi denganmu. Apa kamu bisa membantu kami masuk ke wilayah barat?""Katanya kalau kami menawarkan harga yang wajar, kamu nggak akan menolak. Apa itu benar?" tanya Wira sambil berjalan mendekat.Pria yang duduk membelakangi mereka perlahan-lahan menoleh. Wira akhirnya bisa melihat wajahnya dengan jelas.Harus diakui, pria ini bukan hanya memiliki suara yang berat, tetapi juga tampang yang sangat menakutkan. Wajahnya dipenuhi dengan beka
"Kenapa kamu nggak ikut kami?" tanya Agha yang berdiri di samping.Sekarang mereka sudah berada di sini dan mereka hampir tiba di rumah itu, tetapi Sastro malah ingin pergi?Kalau tidak ada yang membantu memperkenalkan mereka, siapa yang tahu apakah orang aneh itu akan ikut ke gurun bersama mereka atau tidak?Memang benar uang penting, tetapi yang lebih penting adalah nyawa sendiri! Jika kehilangan nyawa, apa gunanya punya banyak uang?Wira juga menatap Sastro. Dia merasa ada yang aneh. Semuanya berjalan terlalu mulus.Sastro melambaikan tangan dan berkata, "Tolong jangan persulit aku. Aku cuma bisa bawa kalian sampai sini. Kalau aku bawa kalian masuk, itu sama saja dengan bunuh diri!""Sifat orang aneh sekali. Dia nggak peduli pada siapa pun. Kalian masih mending karena berasal dari luar. Tapi kalau orang desa yang datang, dia nggak akan bersikap ramah sedikit pun.""Dia bahkan nggak punya istri. Kami semua nggak berani ribut sama dia. Kalau nggak, mana mungkin dia tinggal di tempat s
Karena tidak punya kemampuan, para penduduk desa hanya bisa hidup turun-temurun di sini. Tidak ada yang pergi merantau.Mereka pun tidak pernah melihat uang sebanyak ini. Ini adalah emas yang berkilauan!Pria paruh baya itu buru-buru memungut emas itu, lalu menggigitnya untuk memastikan tidak ada masalah. Kemudian, dia berkata, "Tuan, ikuti aku. Aku akan pimpin jalan dan bawa kalian ke desa kami!"Wira tersenyum dan mengangguk ringan. Uang memang bisa membuka jalan. Sekalipun berada di daerah terpencil seperti ini, uang tetap bisa membantu mereka. Memang benda yang sangat berguna!"Tuan, kulihat kalian bawa banyak barang. Apa perlu bantuanku?" tanya pria paruh baya itu dengan sikap menyanjung.Wira tersenyum sambil berkata, "Kamu cukup bawa jalan di depan saja, nggak perlu bantu kami. Kami bisa bawa sendiri. Kami sudah menyeberangi gurun lho."Ketika melihat sikap Wira yang tegas, pria itu tidak mengatakan apa-apa lagi dan tetap memimpin jalan di depan.Sejam kemudian, mereka akhirnya
Pria paruh baya menganggukkan kepala, lalu berkata, "Ternyata begitu. Kalau begitu, kalian jangan masuk ke dalam gurun lagi. Tadi aku nggak bermaksud sengaja menakut-nakuti kalian, apa yang kukatakan memang kenyataannya. Lingkungan di gurun lebih rumit dari yang kalian pikirkan. Aku rasa kalian juga sudah mendengar reputasi gurun ini, jadi kalian membawa begitu banyak air, 'kan?"Wira hanya tersenyum dan tidak meresponsnya.Pria paruh baya itu melanjutkan, "Tentu saja. Kalau kalian benar-benar ingin masuk ke gurun, aku sebenarnya punya sebuah solusi untuk kalian. Tapi, entah kalian butuh atau nggak?"Wira segera menjawab, "Tentu saja butuh. Coba ceritakan, solusi apa yang kamu punya untuk membantu kami menyeberangi gurun ini?"Sebelum berangkat, Wira sempat berbincang dengan Lucy karena ingin memahami situasi di gurun ini dengan lebih baik.Wira berpikir jika mereka memiliki peta, itu akan sangat membantu mereka. Orang lain mungkin kesulitan membedakan arah karena pemandangannya terlih
Agha dan yang lainnya tentu saja agak terkejut melihat gurun itu. Ternyata memang ada tempat yang benar-benar tandus tanpa tumbuhan sedikit pun di dunia ini.Wendi melambaikan tangannya dan berkata, "Selama kita punya persediaan air yang cukup, menyeberangi gurun ini bukan masalah. Tuan Wira nggak perlu mengkhawatirkanku, aku juga bisa melindungi diriku sendiri. Kalau aku menjadi beban bagi Tuan Wira, aku tentu saja nggak akan ikut ke sini."Wira menganggukkan kepala karena apa yang dikatakan Wendi memang benar. Dia tersenyum dan kembali berkata, "Kalau kamu sudah berkata begitu, aku nggak perlu mengkhawatirkanmu lagi. Ayo kita langsung masuk ke dalam gurun.Yang lainnya pun menganggukkan kepala. Wira pun memimpin jalan di depan, sedangkan yang lainnya mengikutinya.Tepat saat Wira dan timnya bersiap untuk memasuki gurun, terdengar seseorang berteriak dengan panik dari belakang, "Kalian mau ke mana? Apa kalian mau masuk ke gurun? Aku sarankan kalian untuk menghargai nyawa kalian dan ja
Sayangnya, Wira langsung menolak, sehingga Trenggi pun kehilangan kesempatan baik itu."Ayo kita kembali ke istana. Ingat baik-baik apa perintah Kak Wira sebelum berangkat. Apa pun yang terjadi, jaga baik-baik Nona Lucy. Dia adalah orang kepercayaan Wira, sudah menggantikan posisi Biantara. Kalau terjadi apa-apa pada Nona Lucy di sini, bahkan aku pun nggak tahu harus bagaimana menjelaskannya pada Kak Wira," kata Osman perlahan-lahan sambil berjalan turun dari menara kota.Kelihatan jelas, Osman sangat menghargai Lucy."Raja, tenang saja. Aku sudah mengatur pertahanan di sekitar Nona Lucy, sekarang kamarnya adalah tempat yang paling aman di istana. Meskipun ada orang yang berniat jahat, mereka juga nggak akan berani mendekat. Kalau nggak, mereka hanya akan kehilangan nyawa mereka. Kita pun bisa menjelaskannya [ada Tuan Wira," kata Trenggi.Osman pun tersenyum dengan puas. Setelah turun dari menara, keduanya langsung naik kereta kuda menuju istana.....Tiga hari kemudian, Wira dan timny
Ada begitu banyak orang luar biasa yang datang ke Gedung Nomor Satu karena Wira juga. Nama dan uang bukan hal yang paling penting bagi mereka karena mereka tidak akan kesulitan mendapatkan makanan di dunia yang begitu luas ini.Namun, bisa mengikuti seorang tuan yang baik adalah hal yang diimpikan semua orang. Melakukan hal yang bermanfaat bagi negara dan rakyat, kelak mereka juga bisa meninggalkan reputasi yang baik.Dalam sekejap, ketiganya sudah tiba di kaki gunung tempat Wendi berada.Wendi yang sudah menerima surat dari Wira sudah mempersiapkan semuanya begitu terbangun pagi ini. Melihat Wira datang, dia juga perlahan-lahan turun dari gunung dan segera mendekati Wira. "Tuan Wira."Wira menepuk bahu Wendi, lalu menunjuk pada Dwija di sampingnya dan berkata, "Kamu sudah pernah bertemu dengan adikku ini. Yang ini adalah ahli yang baru saja aku panggil dari Gedung Nomor Satu, ahli pedang terbaik di dunia. Keterampilan pedangnya sangat luar biasa. Kalau ada dia ikut di sisi kita, perja