Wendi menoleh dan melihat Wira sejenak, lalu kembali bertanya, "Tuan Wira nggak percaya padaku?""Mana mungkin aku nggak percaya pada Nona Wendi. Aku hanya ingin memohon satu hal lagi ...," kata Wira perlahan-lahan setelah ragu cukup lama.Wendi berkata dengan penuh percaya diri, "Apa ada hal lain yang Tuan Wira inginkan dariku? Kalau Tuan Wira ingin mengundangku ke Gedung Nomor Satu lagi, aku harap Tuan Wira berhenti saja. Aku nggak tertarik dengan tempat itu.""Selain itu, aku memang orang yang menggunakan racun dan ini bukan cara yang membanggakan, jadi kenapa aku harus bersaing menjadi yang terbaik di dunia? Apalagi mungkin sangat sedikit orang di dunia ini yang bisa melampauiku."Wendi sangat percaya diri dengan kemampuannya dalam menggunakan racun. Bukan hanya dirinya yang mengakui kemampuannya ini, begitu juga dengan orang di Keluarga Beluana. Bahkan Osman pun pernah mendengar namanya, ini membuktikan betapa terkenalnya dia.Wira melambaikan tangannya dan berkata sambil tersenyu
"Aku bersikeras ingin pergi ke wilayah barat karena ada orang aneh di Kerajaan Agrel yang bisa memanggil angin dan hujan. Konon, orang ini bukan berasal dari wilayah tandus di utara, melainkan dari wilayah barat. Untuk menemukan cara menghadapinya, aku harus pergi ke wilayah barat untuk menyelidikinya," kata Wira dengan tegas, tanpa menyembunyikan apa pun.Wira terlihat sangat tulus. Seperti yang dikatakannya, dia sebenarnya memang tidak memiliki ambisi sebesar itu. Jika benar-benar ingin menguasai dunia, dia juga tidak akan turun tangan pada wilayah barat. Dia juga sangat menyadari semua yang dikatakan Wendi.Lagi pula, demi menjaga kestabilan dunia, Wira sudah mengorbankan banyak hal. Ini adalah fakta yang diketahui semua orang. Saat itu, dia yang inisiatif mengadakan pertemuan empat pihak di Paviliun Kristal dan berhasil membawakan kedamaian bagi rakyat di dunia untuk sementara. Para rakyat pun tidak perlu menderita karena perang lagi dan semua itu adalah jasanya.Setelah menatap Wi
Osman berpikir meskipun Wendi adalah seorang wanita, Wendi adalah ahli dalam menggunakan racun. Di medan perang, kemampuan Wendi pasti akan berguna. Sayangnya, Wendi tidak menghiraukannya.Namun, Osman tidak menyangka Wira yang baru saja tiba di Kerajaan Beluana pun sudah begitu dekat dengan Wendi, bahkan berhasil membuat Wendi ikut pergi ke wilayah barat. Wira benar-benar sangat beruntung. Bagaimana mungkin dia tidak merasa iri?"Tentu saja. Orangku terluka di wilayah barat dan sekarang kondisinya juga seperti ini. Selain itu, masih banyak saudara-saudaraku yang belum kembali, aku harus pergi melihat kondisi mereka. Meskipun mereka sudah meninggal, aku tetap harus melihat jasad mereka. Aku nggak boleh membiarkan saudara-saudaraku mati di tempat asing," kata Wira dengan dingin sambil meligat ke arah barat.Apa pun yang sebenarnya telah terjadi di sana, Wira merasa dia harus menemukan kebenarannya. Dia tidak akan membiarkan orang-orangnya menderita tanpa alasan, apalagi kali ini orang y
"Nggak perlu, orang-orang yang bersamaku ini sudah cukup. Lagi pula, kalau membawa terlalu banyak orang, malah hanya akan makin merepotkan," kata Wira sambil tersenyum. Dia juga memahami niat baik Trenggi, tetapi mungkin hanya akan makin merepotkan jika dia menggunakan orang-orang dari mereka.Dalam perjalanan ke wilayah barat kali ini, Wira berencana hanya membawa Agha dan Wendi bersamanya. Dia tentu saja sudah diam-diam menghubungi seseorang dan kini orang itu sedang dalam perjalanan untuk bergabung dengan mereka. Dengan orang-orang ini di sisinya, mereka bisa memperkecil kemungkinan menjadi target dan juga menjamin keselamatan mereka.Perlu diketahui, semua orang yang dibawa Wira memiliki kemampuan andalan mereka masing-masing. Bahkan dia sendiri yang merupakan terlemah di antara mereka pun memiliki pistol, senjata rahasia yang tak tertandingi di dunia. Orang biasa tidak akan bisa mendekatinya. Meskipun berada di wilayah barat, dia juga yakin dia bisa melindungi dirinya sendiri.Nam
Racun-racun ini bisa membunuh seseorang dengan tanpa jejak. Bahkan saudara-saudara dari jaringan mata-mata pun tidak mampu bertahan, Lucy juga terluka parah seperti ini. Jika tidak mempersiapkan dengan matang, kecerdasan dan strategi Wira yang hebat pun tidak berguna. Pada akhirnya, dia tetap akan mati.Namun, sekarang Wendi juga ikut bersama mereka, Arifin tentu saja merasa lebih tenang dan tidak perlu mengkhawatirkan apa pun lagi.Wira menganggukkan kepala dan tersenyum, lalu berkata, "Aku hanya tahu wanita ini nggak akan membohongiku. Sekarang sudah ada bantuan dari Wendi, nanti aku akan segera berangkat ke wilayah barat.""Setelah Lucy sadar, kamu harus menyuruhnya fokus untuk memulihkan diri di sini. Jangan biarkan dia melakukan apa pun. Kalau dia nggak mendengar perintahmu, kamu bilang ini perintahku. Begitu aku kembali dari wilayah barat, aku juga akan langsung menyuruhnya keluar dari jaringan mata-mata."Wira melakukan ini juga demi kebaikan Lucy. Setelah sembuh dari penyakit p
"Semuanya sudah siap, hanya tinggal berangkat saja. Kalau semua orang sudah tiba, kita bersiap-siap dan segera berangkat ke wilayah barat. Perjalanan ke wilayah barat ini sangat berbahaya karena kita harus melewati gurun yang luas, jadi kita harus mempersiapkan banyak makanan dan air. Kamu sudah mempersiapkan semuanya, 'kan?" kata Wira sambil menatap Agha.Saat tadi semua orang sedang merawat Lucy, Wira sudah menyerahkan hal ini pada Agha.Agha menepuk tas di punggungnya dan berkata, "Aku tentu saja sudah mempersiapkannya. Kak Wira, jangan khawatir, aku bukan orang yang nggak bisa diandalkan."Wira menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya dan tersenyum. Jika Agha bisa diandalkan, dia tidak akan terus mengingatkan Agha berkali-kali. Tidak ada orang di dunia ini yang lebih mengenal adiknya ini, selain dirinya sendiri. Namun, dia mengakui apa yang dilakukan Agha selama beberapa saat ini memang membuatnya merasa sangat puas.Setelah semua persiapan selesai, Wira dan yang lainnya berangka
Ada begitu banyak orang luar biasa yang datang ke Gedung Nomor Satu karena Wira juga. Nama dan uang bukan hal yang paling penting bagi mereka karena mereka tidak akan kesulitan mendapatkan makanan di dunia yang begitu luas ini.Namun, bisa mengikuti seorang tuan yang baik adalah hal yang diimpikan semua orang. Melakukan hal yang bermanfaat bagi negara dan rakyat, kelak mereka juga bisa meninggalkan reputasi yang baik.Dalam sekejap, ketiganya sudah tiba di kaki gunung tempat Wendi berada.Wendi yang sudah menerima surat dari Wira sudah mempersiapkan semuanya begitu terbangun pagi ini. Melihat Wira datang, dia juga perlahan-lahan turun dari gunung dan segera mendekati Wira. "Tuan Wira."Wira menepuk bahu Wendi, lalu menunjuk pada Dwija di sampingnya dan berkata, "Kamu sudah pernah bertemu dengan adikku ini. Yang ini adalah ahli yang baru saja aku panggil dari Gedung Nomor Satu, ahli pedang terbaik di dunia. Keterampilan pedangnya sangat luar biasa. Kalau ada dia ikut di sisi kita, perja
Sayangnya, Wira langsung menolak, sehingga Trenggi pun kehilangan kesempatan baik itu."Ayo kita kembali ke istana. Ingat baik-baik apa perintah Kak Wira sebelum berangkat. Apa pun yang terjadi, jaga baik-baik Nona Lucy. Dia adalah orang kepercayaan Wira, sudah menggantikan posisi Biantara. Kalau terjadi apa-apa pada Nona Lucy di sini, bahkan aku pun nggak tahu harus bagaimana menjelaskannya pada Kak Wira," kata Osman perlahan-lahan sambil berjalan turun dari menara kota.Kelihatan jelas, Osman sangat menghargai Lucy."Raja, tenang saja. Aku sudah mengatur pertahanan di sekitar Nona Lucy, sekarang kamarnya adalah tempat yang paling aman di istana. Meskipun ada orang yang berniat jahat, mereka juga nggak akan berani mendekat. Kalau nggak, mereka hanya akan kehilangan nyawa mereka. Kita pun bisa menjelaskannya [ada Tuan Wira," kata Trenggi.Osman pun tersenyum dengan puas. Setelah turun dari menara, keduanya langsung naik kereta kuda menuju istana.....Tiga hari kemudian, Wira dan timny
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi
Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu
Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me
Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah
Bukan hanya Adjie dan yang lainnya, bahkan Wira yang berdiri di depan Kunaf pun tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka Bimala malah mengerahkan pasukan besar hanya untuk menangkapnya, benar-benar menghargainya.Agha yang mudah emosi pun langsung menendang Kunaf dan memarahi, "Katakan dengan jelas, kali ini ada berapa banyak pasukan utara yang dikirim?"Kunaf meludah ke tanah, lalu tertawa dingin dan berkata, "Hehe. Semuanya ada 100 ribu pasukan untuk menjaga perbatasan. Begitu pasukan besar itu tiba, kalian semua nggak akan bisa kabur lagi. Kalau kalian melepasku sekarang ...."Namun, sebelum Kunaf selesai berbicara, Nafis langsung menendang tubuh Kunaf untuk memaksanya menahan kata-kata berikutnya. "Melepaskanmu? Kamu bermimpi. Sayangnya, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup lagi."Tak disangka, ekspresi Kunaf malah tetap datar saat mendengar perkataan Nafis. Sebaliknya, dia malah tertawa dan berkata, "Hehe. Nggak masalah. Lagi pula, kal
Adjie menganggukkan kepalanya karena sangat setuju dengan pengaturan Agha. Jika terjadi sesuatu yang tak terduga pada saat seperti ini, semua usaha mereka sebelumnya akan sia-sia.Saat ini, di gerbang kota. Wira yang sedang memimpin sekelompok orang pun memandang ke langit di kejauhan, lalu memanggil Nafis dan bertanya dengan nada pelan, "Ada kabar dari para mata-mata?"Begitu menguasai kota, Wira langsung mengirim banyak mata-mata untuk menyambut 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala.Nafis memberi hormat dan menjawab, "Belum ada kabar. Tapi, berdasarkan informasi sebelumnya dari para mata-mata, mereka harusnya sudah dekat."Wira menganggukkan kepala. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun pada saat seperti ini.Tepat pada saat itu, ada seorang prajurit yang berlari mendekat. Setelah melihat keduanya, dia langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, Kak Nafis, Kak Adjie dan yang lainnya sudah kembali. Mereka bahkan berhasil menangkap Kunaf."Mendengar laporan itu, Nafis merasa sangat sen
Mendengar Latif berkata demikian, Adjie merasa agak ragu karena saat ini situasinya sangat mendesak. Jika dia melepaskan mereka begitu saja, dia akan kesulitan.Menyadari Adjie sepertinya merasa agak kesulitan, Latif yang berdiri di depan pintu tersenyum dan berkata sambil memberi hormat, "Kalau Kak Adjie merasa agak kesulitan, kamu bisa menahan kami di halaman ini dulu. Selama nyawa kami nggak terancam, kami bisa menerima cara lainnya."Melihat Latif yang begitu pengertian, Adjie membalas hormat itu dengan tersenyum. Setelah ragu sejenak, dia berkata perlahan-lahan, "Melihat Jenderal Latif begitu sungkan, aku akan terus terang saja. Saat fajar nanti, 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala akan langsung masuk ke kota.""Sekarang kami sudah menguasai gerbang kota dan kediaman wali kota juga. Begitu pasukan tiba mereka bisa langsung menerobos masuk tanpa hambatan."Kata-kata Adjie ini membuat Latif sangat bersemangat karena tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menjadi seorang penjaga
Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala