Share

Bab 2859

Penulis: Arif
"Baiklah," sahut Agha dengan kesal.

Wira hanya belasan tahun lebih tua darinya. Kenapa cerewet sekali? Menyebalkan!

Namun, Agha hanya punya satu kakak di dunia ini. Dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Jika tidak, dia pasti malas mendengarkan omelan Wira.

Dalam waktu kurang dari sejam, keduanya tiba di kaki gunung. Tempat ini adalah gunung yang terbengkalai. Gunungnya tidak terlalu tinggi karena puncaknya bisa terlihat jelas. Di lereng gunung memang terdapat sebuah rumah jemari.

"Orang yang mau kita cari seharusnya di sana," ujar Wira sambil menunjuk ke arah rumah jerami itu. Untungnya, informasi dari Osman tidak salah.

Agha mengangguk, lalu tersenyum dan berkata, "Ya sudah, ayo kita ke sana. Omong-omong, kita perlu buat persiapan nggak? Orang itu pintar menggunakan racun. Dia bisa membunuh tanpa jejak!"

Jika Agha sendirian, dia tidak akan takut. Namun, karena Osmaro dan lainnya yang terus mengomel di sampingnya, dia menjadi takut Wira kenapa-napa. Bagaimanapun, status Wira sangat ting
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2860

    Dengan usia dan penampilan seperti ini, Wira merasa agak bingung. Bagaimana bisa wanita seperti ini suka meneliti racun? Hobi setiap orang memang berbeda-beda.Wanita itu berujar dengan dingin, "Kalau begitu, kamu boleh masuk."Ketika Agha hendak mengikuti Wira, wanita itu langsung menghentikannya. "Aku cuma mengizinkan dia masuk. Kamu nggak boleh! Keluar dari halamanku sekarang juga!"Sungguh kepribadian yang aneh. Agha hanya bisa menggertakkan giginya. Wajahnya merah karena marah. Namun, setelah melihat pandangan Wira, dia hanya bisa mundur dengan pasrah.Sambil berdiri di depan, Agha mulai menggerutu, "Kalau bukan karena kakakku, aku nggak mungkin membiarkannya begitu saja. Beraninya dia membentakku! Kalau orang-orang tahu, reputasiku sebagai jenderal akan tercoreng. Tunggu saja kamu. Aku pasti akan mencari kesempatan untuk membalasmu!"....Saat ini, di dalam rumah jerami.Setelah masuk, Wira mengamati sekeliling. Dekorasi tempat ini sangat elegan. Meskipun dipenuhi bahan obat, rum

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2861

    "Jadi, bisakah Nona ikut bersamaku sekarang untuk menyelamatkan orang? Nyawa temanku sedang terancam, mungkin di seluruh dunia ini hanya Nona yang bisa mengatasi racun ini," kata Wira perlahan-lahan sambil menyimpan pistolnya.Wanita itu pun menjawab, "Tentu saja bisa. Meskipun aku bukan orang yang berada di jalan benar, aku juga pernah mendengar reputasi Tuan Wira. Kamu sudah melakukan banyak hal yang bermanfaat bagi negara dan rakyat dan sosok yang dihormati oleh seluruh rakyat di sembilan provinsi, aku tentu saja bersedia membantumu.""Aku yakin orang-orang di sekitar Tuan Wira juga adalah orang-orang yang berbudi luhur. Kalau begitu, silakan Tuan Wira memimpin jalan."Setelah wanita itu setuju, mata Wira langsung bersinar karena kini ada harapan. Arifin tidak bisa mengatasi racun mematikan yang diderita Lucy. Sekarang sudah ada wanita ini yang turun tangan, masalah ini pasti akan segera selesai. Semoga saja tidak ada masalah lain lagi yang muncul.Wanita itu berbalik dan mengemasi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2862

    "Kalau begitu, Tuan Panji pasti sudah menangani semua masalah ini, 'kan?" tanya Senia lagi.Meskipun Senia dan Panji baru berinteraksi sekitar dua tahun, dia sudah sangat memahami sifat Panji. Panji selalu bertindak dengan sangat hati-hati, tidak pernah meninggalkan jejak sedikit pun. Intrik dan rencana Panji juga sangat mendalam, hal kecil seperti ini tidak mungkin bisa menghalangi Panji. Jika dirinya saja tidak bisa tertipu, apalagi Panji dan hal ini juga terjadi di markas besar Panji."Apa yang Ratu katakan benar, aku memang sudah mengetahui hal ini. Tapi, ada hal yang Ratu nggak tahu, masalah di wilayah barat sudah ditangani. Lucy juga nggak berhasil mengetahui rahasia apa pun. Kalau nggak ada kejadian mendadak, sebentar lagi wanita itu akan meninggalkan dunia ini selamanya," kata Panji.Setelah mendengar perkataan itu, ekspresi Senia berubah dan matanya juga bersinar. Lucy adalah tangan kanan Wira dan juga mengendalikan organisasi intelijen milik Wira. Dia juga memiliki banyak pas

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2863

    "Bagus. Aku suka cara kerjamu yang seperti ini," kata Senia sambil bertepuk tangan dengan puas dan tetap tersenyum.Setelah keduanya berbincang sebentar, Panji pergi lebih awal karena masih ada urusan lain.Seiring dengan suasana ruangan yang perlahan-lahan hening, seseorang muncul dari kegelapan. Orang ini mengenakan pakaian hitam dengan sebuah pedang di tangannya dan kini berdiri di belakang Senia dengan hormat.Orang ini adalah pengawal pribadi Senia yang baru direkrut dan juga ahli yang sangat langka, Caraka. Namun, dia biasanya tidak pernah menunjukkan dirinya dan selalu bersembunyi di kegelapan untuk melindungi keselamatan Senia.Caraka perlahan-lahan berkata, "Ratu, Tuan Panji sepertinya makin arogan. Sekarang dia bahkan berani berbicara seperti itu di hadapanmu, sama sekali nggak menghormatimu. Apa perlu aku memberinya sedikit pelajaran?"Senia berkata dengan santai, "Tuan Panji memang punya kemampuannya. Belakangan ini, aku juga menyaksikan keahliannya. Mungkin karena itu dia

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2864

    Sejak sempat sadar sekali kemarin, Lucy selalu dalam kondisi koma dan belum membuka matanya lagi. Hal ini yang membuat Wira merasa gelisah.Arifin menganggukkan kepala. Namun, sebelum dia sempat berbicara, pandangannya sudah tertuju pada Wendi.Sementara itu, Wendi juga sedang mengamati Arifin. Saat pandangan keduanya bertemu, dia berkata dengan tenang, "Ahli dalam ilmu medis? Ternyata ada seorang ahli seperti ini di sisi Tuan Wira, kenapa masih membutuhkan bantuanku?"Wira segera berdiri di tengah keduanya dan berkata sambil melambaikan tangannya, "Ini karena aku ingin semuanya saling membantu agar temanku bisa segera sembuh. Lagi pula, Paman Arifin ahli dalam menangani penyakit langka, tapi nggak ahli menetralkan racun ...."Hubungan Arifin dengan Wira sangat dekat, sehingga dia tidak terlalu memedulikan bagaimana Wira menilainya. Lagi pula, dia memang tidak mampu menetralkan racun di tubuh Lucy. Jika tidak, Lucy tentu tidak akan tetap terbaring di sana. Jika ada orang yang benar-ben

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2865

    Di tengah percakapan, Wendi sudah melangkah ke sisi tempat tidur. Dia perlahan-lahan mengangkat tangannya dan memeriksa pergelangan tangan Lucy dengan teliti.Semua orang berdiri di samping dengan serius dan tidak ada yang berani mendekat untuk mengganggu Wendi.Setelah mengetahui Wira dan yang lainnya sudah menemukan ahli racun nomor satu di dunia, Osman, Trenggi, dan yang lainnya juga segera datang untuk melihat situasinya. Namun, mereka hanya berdiri di luar kamar dan mengamati semuanya dengan tenang. Ada beberapa pengawal juga yang sedang berjaga di sisi Osman dengan sangat hati-hati.Sementara itu, para kasim dan pelayan istana yang berada di sekitar juga tidak berani mendekat. Mereka juga tahu orang yang sedang mengobati di dalam kamar itu adalah ahli racun terhebat di dunia. Jika terjadi sedikit kesalahan saja, mereka mungkin akan kehilangan nyawa dan mungkin nyawa mereka juga tidak utuh. Bagaimanapun juga, racun adalah sesuatu yang selalu membuat orang ketakutan.Sekitar 30 men

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2866

    Wendi menoleh dan melihat Wira sejenak, lalu kembali bertanya, "Tuan Wira nggak percaya padaku?""Mana mungkin aku nggak percaya pada Nona Wendi. Aku hanya ingin memohon satu hal lagi ...," kata Wira perlahan-lahan setelah ragu cukup lama.Wendi berkata dengan penuh percaya diri, "Apa ada hal lain yang Tuan Wira inginkan dariku? Kalau Tuan Wira ingin mengundangku ke Gedung Nomor Satu lagi, aku harap Tuan Wira berhenti saja. Aku nggak tertarik dengan tempat itu.""Selain itu, aku memang orang yang menggunakan racun dan ini bukan cara yang membanggakan, jadi kenapa aku harus bersaing menjadi yang terbaik di dunia? Apalagi mungkin sangat sedikit orang di dunia ini yang bisa melampauiku."Wendi sangat percaya diri dengan kemampuannya dalam menggunakan racun. Bukan hanya dirinya yang mengakui kemampuannya ini, begitu juga dengan orang di Keluarga Beluana. Bahkan Osman pun pernah mendengar namanya, ini membuktikan betapa terkenalnya dia.Wira melambaikan tangannya dan berkata sambil tersenyu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2867

    "Aku bersikeras ingin pergi ke wilayah barat karena ada orang aneh di Kerajaan Agrel yang bisa memanggil angin dan hujan. Konon, orang ini bukan berasal dari wilayah tandus di utara, melainkan dari wilayah barat. Untuk menemukan cara menghadapinya, aku harus pergi ke wilayah barat untuk menyelidikinya," kata Wira dengan tegas, tanpa menyembunyikan apa pun.Wira terlihat sangat tulus. Seperti yang dikatakannya, dia sebenarnya memang tidak memiliki ambisi sebesar itu. Jika benar-benar ingin menguasai dunia, dia juga tidak akan turun tangan pada wilayah barat. Dia juga sangat menyadari semua yang dikatakan Wendi.Lagi pula, demi menjaga kestabilan dunia, Wira sudah mengorbankan banyak hal. Ini adalah fakta yang diketahui semua orang. Saat itu, dia yang inisiatif mengadakan pertemuan empat pihak di Paviliun Kristal dan berhasil membawakan kedamaian bagi rakyat di dunia untuk sementara. Para rakyat pun tidak perlu menderita karena perang lagi dan semua itu adalah jasanya.Setelah menatap Wi

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3152

    Mendengar itu, Enji mengangguk pelan. Setelah beberapa saat, dia menatap mereka dan tertawa. "Sebelumnya aku memang nggak terpikirkan. Kalau berita ini benar, ini adalah kabar baik."Desa Riwut terletak cukup dekat dengan Pulau Hulu. Jadi, bagi Enji, jika Wira benar-benar membawa orang untuk merebut Pulau Hulu, segalanya akan jauh lebih mudah.Memikirkan hal ini, dia mengernyit dan bertanya, "Baiklah. Kalau begitu, jangan terburu-buru. Ini adalah urusan besar. Setidaknya biarkan kami menyelidikinya terlebih dahulu, 'kan?"Mendengar itu, Adjie tersenyum tipis. Setelah beberapa saat, dia mengangguk dan berujar, "Tentu saja bisa, tapi kita harus bergerak cepat. Kalau sampai melewatkan kesempatan ini, semua akan sia-sia.""Paham! Paham!" Adjie memberi hormat dengan mengepalkan tangan, lalu berbalik dan pergi.Setelah Adjie pergi, Enji dan Guntur berpandangan. Enji berkata, "Sebelumnya aku nggak terlalu memikirkan ini, tapi sekarang aku merasa ini memang peluang yang nyata. Yang paling pent

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3151

    Mendengar ucapan itu, keduanya sontak termangu. Adjie ini benar-benar berani, sampai berniat merebut Pulau Hulu pada saat seperti ini!Setelah beberapa saat, Enji dan Guntur berpandangan. Meskipun mereka ingin bergabung dengan Wira, kesetiaan mereka masih dipertanyakan.Alasan utama mereka ingin bergabung adalah karena melihat kemungkinan besar pasukan utara akan dihancurkan oleh Wira. Makanya, mereka ingin mengambil kesempatan untuk membelot.Namun, jika harus benar-benar berperang dan merebut Pulau Hulu sebagai hadiah untuk Wira, mereka masih ragu.Setelah berpikir beberapa saat, Enji mengernyit dan berkata, "Adjie, kami harus mempertimbangkan ini dengan matang. Ini bukan perkara kecil. Memang kami merasa ini kesempatan bagus, tapi kita nggak boleh gegabah."Mendengar itu, Adjie terdiam sejenak. Sesaat kemudian, dia tersenyum sambil mengejek, "Jangan-jangan kamu takut?"Mendengar dirinya diragukan, ekspresi Enji langsung berubah. Memang ada sedikit ketakutan dalam hatinya, tetapi dia

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3150

    Setelah berpikir sejenak, mereka yakin Adjie memang berasal dari selatan. Sebagian besar pengungsi saat ini juga berasal dari selatan, jadi masuk akal jika dia mengetahui banyak hal.Menyadari hal ini, Enji melambaikan tangan dan bertanya, "Adjie, apa yang sebenarnya terjadi di selatan? Apa kamu tahu?"Adjie maju, memberi hormat dengan tangan terkatup, lalu menyahut, "Sebenarnya aku nggak tahu terlalu banyak. Aku cuma dengar Tuan Wira tampaknya muncul di selatan dan berencana untuk melakukan serangan balasan. Tapi, itu cuma desas-desus.""Apa? Tuan Wira benar-benar sudah datang?" Guntur terkejut, menoleh ke arah Enji. Jelas, mereka mengetahui sesuatu.Melihat reaksi mereka, Adjie sedikit terkejut. Perkembangan situasi ini tampaknya di luar dugaannya. Jangan-jangan ada sesuatu yang bahkan dia sendiri enggan untuk membicarakannya?Sesaat kemudian, Enji berkata dengan penuh semangat, "Bagus kalau itu benar! Semua orang tahu Tuan Wira adalah orang yang sangat setia dan berprinsip. Kalau ki

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3149

    Mendengar ini, Adjie berpura-pura bodoh dan bertanya dengan ekspresi terkejut, "Apa maksudmu? Sekarat gimana? Jangan bilang dia sudah mati?"Guntur menghela napas. Sepertinya menjelaskan semuanya sekarang akan terlalu panjang, jadi dia hanya menyahut dengan suara rendah, "Sepertinya kamu belum tahu, Zaki mengalami kekalahan besar beberapa waktu lalu dan sekarang mundur ke Pulau Hulu dalam kondisi sekarat. Kalau kita menyerangnya sekarang, bukankah ini akan menjadi kemenangan yang mudah?"Adjie berpura-pura terkejut, menatap Guntur dengan ekspresi penuh kebingungan. Setelah beberapa saat, seolah-olah menyadari sesuatu, dia berujar, "Kalau memang begitu, bisa jadi ini kesempatan bagus. Tapi, aku pernah dengar kalau Zaki sangat kuat."Tak disangka, Guntur malah tertawa dan menimpali, "Kenapa kalau kuat? Kak, kamu mungkin belum tahu, wilayah utara ini dulunya adalah daerah kekuasaan Bobby."Mendengar nama Bobby disebut, Adjie sebenarnya ingin mencari tahu lebih banyak tentang keadaannya sa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3148

    Melihat situasi ini, Adjie langsung berseru. Guntur pun termangu, tetapi dia langsung memahami maksud Adjie. Jelas, ini adalah cara untuk menunjukkan statusnya.Mau tak mau, Guntur memaksakan senyuman dan menyapa, "Hehe, Kak Adjie? Mau ke mana?"Adjie melambaikan tangan dan menoleh menatap Tora dan Bajra. Dengan nada tenang, dia berkata, "Kalian berdua pergi dulu, ini bukan urusan kalian. Guntur, temani aku jalan-jalan."Guntur tertegun sesaat. Sebenarnya, dia tidak terlalu ingin mengikuti Adjie. Kemarin, cara Adjie bersikap benar-benar membuatnya merasa tertekan. Namun, melihat wajah Adjie yang tegas, Guntur hanya bisa menghela napas dan mengikutinya keluar.Begitu mereka tiba di tempat yang lebih sepi, Adjie bertanya dengan pelan, "Jadi, aku dengar kamu punya hubungan yang cukup baik dengan Kunaf? Apa itu benar?"Guntur tertegun lagi. Reaksi pertamanya adalah mengira Adjie mendengar percakapan mereka kemarin.Namun, setelah beberapa saat, Adjie melanjutkan dengan suara ringan, "Saat

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3147

    Mendengar kata-kata Enji, Guntur tersenyum tipis. Setelah beberapa saat, dia berkata, "Boleh dicoba. Tapi, saat ini yang paling penting adalah memastikan agar dia nggak tahu rencana ini. Selebihnya, kita bisa merencanakan dengan matang."Enji mengangguk serius. Setelah memastikan semuanya, dia berujar, "Baiklah. Kalau begitu, besok aku akan mengurus hal ini. Kamu rahasiakan dulu, besok kita buat keputusan akhir.""Baik!" Guntur tersenyum mendengarnya. Menurutnya, jika semua berjalan sesuai rencana, ini adalah kesempatan bagus. Yang harus dipastikan pertama adalah kekuatan mereka saat ini. Begitu waktunya tiba besok, dia bisa langsung menyingkirkan Adjie.Di luar, Adjie yang mendengar percakapan itu ikut tersenyum. Setelah beberapa saat, melihat Guntur hendak keluar, dia segera berdiri dan pergi lebih dulu.....Keesokan harinya, Adjie sudah lebih dulu tiba di aula utama Desa Riwut. Dalam perjalanannya, banyak orang menyapanya dengan ramah. Jelas, mereka benar-benar menganggap Adjie seb

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3146

    Mendengar hal itu, Guntur tertegun sejenak, agak bingung dengan perkataan Enji. Beberapa saat kemudian, Enji berkata, "Hehe, tak disangka kita mendapatkan harta kali ini. Bukankah saudara yang kamu sebut sebelumnya juga bekerja di pasukan utara?"Guntur tersenyum tipis mendengar itu. Setelah beberapa saat, dia perlahan menyahut, "Jangan dibahas lagi. Aku sudah lama nggak bisa menghubunginya. Entah apa yang terjadi. Terakhir kali pasukan utara berencana menuju perbatasan kota, tapi mereka dijebak. Sekarang mereka semua mundur ke daerah Pulau Hulu."Enji mengangguk. Dalam hatinya, dia mulai menebak identitas Adjie. Setelah beberapa saat, seolah-olah terpikirkan sesuatu, dia berkata pelan, "Apa kamu memperhatikannya? Kemampuan Adjie cukup luar biasa. Aku sampai merasa dia mungkin pernah menjadi tentara."Enji mengangguk lagi, merasa semakin yakin. Tidak berselang lama, Guntur yang berdiri di samping tiba-tiba juga mengangguk seperti teringat sesuatu.Dia mendongak menatap Enji dan berkata

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3145

    Melihat pemandangan itu, Enji tersenyum dan berkata, "Sebelumnya aku masih nggak yakin. Tapi, dilihat dari situasi sekarang, kamu memang bisa diandalkan. Semuanya, cepat beri hormat pada Kak Adjie kalian ini"Adjie juga terkejut saat mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka orang-orang ini begitu sopan sampai memberi hormat padanya.Melihat ekspresi Adjie yang terlihat canggung, Enji tertawa dan berkata, "Hehe. Kamu nggak perlu gugup, ini memang tradisi di tempat kita. Lagi pula, ini juga penting untukmu."Mendengar perkataan itu, semua orang menganggukkan kepala. Bagi mereka, ini memang hal yang wajar dan harus dilakukan.Guntur juga segera bangkit dan berkata, "Semuanya, jangan basa-basi lagi. Cepat maju dan bersujud pada Kak Adjie."Mengingat adegan sebelumnya di mana Adjie membunuh orang dengan begitu tegas, Guntur benar-benar merasa trauma. Dia merasa dirinya sudah cukup kejam, ternyata Adjie malah lebih kejam lagi.Beberapa saat kemudian, Adjie akhirnya berkata, "

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3144

    Mendengar perkataan itu, semua orang tertegun sejenak. Mereka benar-benar tidak tahu masalah apa yang dimaksud Enji.Pada saat itu, Guntur yang duduk di bawah berkata, "Bos, langsung katakan saja."Melihat Guntur berkata seperti itu, Enji tersenyum. Dia menunjuk ke arah Adjie dan berkata sambil tersenyum, "Semuanya, mulai sekarang Adjie ini akan menjadi wakil pertama kita. Jadi, kalau kelak kalian bertemu dengannya, jangan lupa memberi hormat."Begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang duduk di bawah langsung mulai berdiskusi. Mereka benar-benar tidak menyangka Adjie akan menjadi wakil pertama.Namun, dua anak buah yang sebelumnya membawa Adjie ke sini, saling memandang dengan ekspresi gembira. Menurut mereka, kesempatan mereka akhirnya datang juga. Saat ini, mereka berada di posisi terbawah di Desa Riwut ini. Oleh karena itu, mereka merasa sangat senang karena merasa mulai sekarang kehidupan mereka akan menjadi lebih baik.Pada saat itu, salah seorang di antara kerumunan tiba-t

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status