Begitu memasuki kediaman jenderal, Senia langsung menanyakan keberadaan anak-anaknya. Tatapannya tertuju ke sekeliling. Namun, dia tidak melihat sosok yang familier.Wira tersenyum dan membalas, "Aku sudah menyuruh orang membawa mereka kemari. Mereka akan segera tiba. Tapi ...."Wira tampak agak serba salah. Sesaat kemudian, dia baru melanjutkan, "Pangeran Delon baik-baik saja. Tapi, kondisi Pangeran Dahlan agak buruk.""Apa yang terjadi dengan Dahlan?" tanya Senia segera. Jika dibandingkan dengan Delon, Senia tentu lebih peduli pada Dahlan. Bagaimanapun, Dahlan adalah putra kebanggaannya. Kelak, Dahlan yang akan mewarisi takhta. Tidak boleh terjadi sesuatu padanya."Ratu nggak perlu terlalu cemas. Sebenarnya bukan masalah besar. Tapi, Ratu seharusnya tahu apa yang terjadi pada Pangeran Dahlan, 'kan?""Baru-baru ini, dia membuat onar di Desa Damaro. Dia bahkan membantai para penduduk. Hubunganku dengan orang Desa Damaro termasuk baik. Kebetulan, ada yang berhasil lolos dan minta bantua
"Karena Ibu sudah datang, Ibu harus memberi keadilan untukku. Wira yang telah menjebakku! Aku nggak kalah sampai 5 miliar gabak." Begitu ucapan ini dilontarkan, ekspresi semua orang pun berubah.Wira terbatuk dua kali sebelum berkata, "Pangeran, sepertinya kurang pantas kamu bicara begitu, 'kan? Aku nggak pernah masuk ke Rumah Bordil Foniks. Aku cuma pergi setelah terjadi masalah.""Selain itu, kalau aku nggak meminta keringanan pada mereka, mereka pasti sudah menghukummu sesuai aturan yang ada. Mana mungkin kamu masih selamat sampai hari ini? Apa lagi bertemu Ratu.""Pangeran bukan hanya nggak berterima kasih padaku, tapi juga melimpahkan kesalahan kepadaku. Bukannya Pangeran sendiri yang ingin main dadu di Rumah Bordil Foniks?"Suara Wira terdengar agak dingin dan menyalahkan. Sekalipun Senia ada di sini, dia tetap tidak akan mengalah. Lagi pula, tempat ini wilayahnya dan Senia yang seharusnya memohon kepadanya.Wira tentu tidak perlu takut pada apa pun. Masa dia takut pada orang lai
"Tentu saja pergi memeriksa uangnya," timpal Danu dengan tegas.Wira melambaikan tangan. "Ratu Senia yang mengantar uang itu sendiri. Mana mungkin bermasalah.""Cuma 5 miliar gabak. Ini memang nominal besar untuk kalian, tapi nggak ada apa-apanya bagi Ratu Senia."Jelas sekali, ucapan Wira ini mengandung makna tertentu. Senia tentu memahaminya maksudnya. Namun, dia harus berpura-pura bodoh.Senia berkata dengan tenang, "Wajar kalau Jenderal Danu curiga. Namanya juga uang besar, tentu harus dihitung dengan baik. Kalau nggak, aku juga nggak berani menyerahkannya begitu saja. Tuan Wira, sebaiknya biarkan Jenderal Danu memeriksanya."Wira memasang ekspresi rumit. Setelah ragu-ragu sejenak, dia akhirnya mengangguk. "Kalau begitu, sesuai yang kamu katakan saja. Lagian, uang ini bukan jatuh ke tanganku nanti. Orang Rumah Bordil Foniks yang akan menerimanya.""Ada bagusnya juga kalau kami memeriksanya dulu untuk memastikan nggak ada masalah. Dengan begitu, waktu kita juga nggak bakal terbuang.
Senia bertanya dengan heran, "Kira-kira, apa solusi darimu?"Dahlan yang berdiri di samping menatap Wira dengan dingin. Meskipun ibunya telah datang, dia tetap tidak punya kepercayaan diri. Bagaimanapun, tempat ini adalah wilayah Wira. Jika sampai Wira terdesak, takutnya mereka semua akan berada dalam bahaya.Wira menepuk tangannya. Saat berikutnya, seseorang berjalan masuk. Orang itu tidak lain adalah Nayara.Wira menunjuk Nayara dan memperkenalkan, "Orang ini adalah satu-satunya yang selamat dari Desa Damaro. Saat dia datang menemuiku, sekujur tubuhnya berlumuran darah. Sampai sekarang, aku masih ingat betapa parahnya kondisinya.""Kalau bukan karena insiden ini berkaitan dengan Pangeran Dahlan, aku pasti sudah membalaskan dendamnya sejak awal. Bagaimanapun, aku punya hubungan dekat dengan penduduk Desa Damaro. Aku nggak bisa berpangku tangan melihat mereka menderita."Wira berbicara seolah-olah dirinya tidak punya maksud lain. Sementara itu, Senia yang duduk di samping hanya mengern
"Benar." Wira tidak menyangkal, melainkan langsung menunjukkan kartu trufnya."Tuan Wira." Suara Panji menjadi lebih rendah. "Kamu seharusnya tahu dia adalah pengkhianat kerajaan kami, 'kan?""Sekarang dia bersamamu. Bukannya menyerahkannya kepada Ratu, kamu malah ingin melindunginya. Bukankah tindakanmu ini sama saja dengan nggak menghargai kami?"Senia tidak mengatakan apa pun, maksud dia menyetujui ucapan Panji.Saat ini, Lucy maju dua langkah. Dia melirik Panji dengan dingin, lalu menyindir, "Siapa kamu? Tuanku bicara dengan ratumu. Apa kamu berhak bicara di sini?""Aku sudah bersabar sejak tadi. Sikapmu ini jelas-jelas nggak menghargai tuanku. Kamu kira Provinsi Yonggu milikmu ya?"Danu dan lainnya juga menatap Panji dengan galak. Suasana seketika menjadi menegangkan.Panji mengernyit. Dia tidak menyangka Wira akan begitu tidak menghargainya. Bahkan, Wira membiarkan bawahannya bertindak lancang kepadanya.Namun, karena situasi sudah seperti ini, Panji pun tidak berani berkutik. Ja
"Tapi, harus diakui kalau kita untung besar hari ini. Uang 5 miliar gabak ini bisa digunakan untuk memulihkan reputasimu!" ujar Lucy.Danu termangu sejenak sebelum berkata, "Sekarang bencana alam sedang melanda. Uang ini tentu harus kita simpan untuk diri sendiri. Masa harus dibagikan kepada para korban bencana?"Banjir merusak hasil panen. Takutnya, pada musim semi mendatang, mereka belum tentu bisa panen. Sudah seharusnya mereka mengutamakan kelangsungan hidup diri sendiri terlebih dahulu.Wira melambaikan tangan dan berkata, "Kamu ini nggak berpikir panjang. Aku rasa yang dibilang Lucy masuk akal. Uang ini harus digunakan untuk menolong korban bencana. Kalau kita simpan semuanya, takutnya orang lain akan iri.""Jangan lupa, yang ditimpa musibah bukan cuma kita, tapi juga dua kerajaan lainnya. Hubunganku dengan Osman memang cukup baik, tapi yang namanya manusia pasti bisa iri. Di dunia ini, nggak ada yang namanya teman sejati. Yang ada hanya keuntungan sejati.""Kita harus realistis.
Kresna berpikir kata-kata Senia ini hanya alasan indah yang penuh kepalsuan saja. Trik ini mungkin bisa menipu orang lain, tetapi tidak akan bisa menipunya. Dia sudah mengenal Senia begitu lama, tentu saja sudah tahu Senia adalah orang yang seperti apa. Saat ini, apa yang dilakukan Senia ini semua hanya untuk memengaruhi hati orang lain saja.Namun, meskipun memahami alasan di balik semua ini, Kresna juga tidak ingin mengungkapkan kebohongan Senia ini."Jadi, di mana keluargaku sekarang?" tanya Kresna."Mereka tentu saja ada di rumah. Kalau nggak, kamu pikir mereka ada di mana?" kata Senia sambil tersenyum.Dilihat dari senyumannya yang polos, orang yang tidak mengenal Senia mungkin akan mengira apa yang dikatakannya itu nyata.Kresna mengepalkan tangannya dengan erat, mencoba untuk menenangkan amarah dalam hatinya karena melihat Senia yang terus berpura-pura.Namun, dalam situasi seperti ini, Kresna tidak memiliki pilihan lain selain menundukkan kepalanya. Meskipun tahu Senia sengaja
Hanya saja ....Setelah tertawa dingin dua kali, Kresna duduk di samping dan menuangkan secangkir teh untuk dirinya sendiri."Kenapa kamu tertawa? Apa ada masalah dengan rencanaku?" tanya Panji.Kresna langsung berkata, "Tentu saja ada beberapa masalah. Ini adalah kediaman jenderal dan kamu juga tahu ini tempat seperti apa. Bukan hanya Wira saja yang tinggal di sini, tapi pasukan elitenya juga. Karena Wira tinggal di sini, tempat ini sudah dipenuhi dengan jebakan.""Menurutmu, apa kita bisa membunuh seseorang di sini? Kalau kita benar-benar melakukannya, bukankah sama saja kamu terlalu meremehkan Wira?"Melakukan sesuatu di wilayah Wira adalah hal yang mustahil, ini adalah hal yang sama sekali tidak mungkin dilakukan.Mendengar perkataan itu, ekspresi Senia menjadi lebih serius dan jarinya mengetuk pelipisnya. Apa yang dipikirkan Kresna adalah hal yang dikhawatirkannya juga dan kenyataannya memang seperti itu. Tempat ini adalah wilayah Wira dan mereka juga tidak mungkin bisa menggeser
Meskipun Dahlan sangat membenci Wira dan ingin membunuhnya, dia tetap mempertimbangkan untung rugi dengan baik.Menyatakan perang terhadap Wira memang mudah. Namun setelah itu, akan ada banyak reaksi berantai yang harus dihadapi.Jika semua reaksi berantai itu tidak dipertimbangkan dengan matang, di masa depan hal ini bisa membawa masalah yang tidak perlu bagi mereka. Inilah poin paling sulit.Sudut bibir Senia agak berkedut. Dia melangkah ke depan Dahlan, mencengkeram kerah bajunya dengan erat. Jika tatapan mata bisa membunuh, Dahlan pasti sudah mati berkali-kali.Tatapan yang begitu menakutkan, seperti dua pedang tajam yang siap menusuk. Tidak ada yang berani menatapnya langsung."Ibu, kenapa?" Dalam pandangan Dahlan, Senia selalu tampak bijaksana. Jika tidak, mustahil bagi seorang wanita bisa mencapai posisi seperti ini, bahkan menjadi sosok yang berada di atas semua orang.Pencapaiannya sudah cukup untuk membuat semua wanita di dunia ini merasa bangga. Lagi pula, wanita yang menjad
Keesokan pagi, Wira dan rombongannya berangkat. Osman memimpin para pejabat untuk mengantar kepergian mereka. Terlihat jelas bahwa Osman sangat menghormati Wira.Selain itu, seluruh rakyat turut mengantar saat tahu Wira akan pergi. Harus diakui bahwa Wira sangat dicintai oleh rakyat.Bukan hanya di Provinsi Yonggu dan Provinsi Lowala, bahkan di wilayah lain pun Wira sangat dihormati. Bagaimanapun, pengorbanan Wira memang tidak kecil. Namun, semuanya membuahkan hasil yang sepadan.Saat Wira dalam perjalanan kembali ke Provinsi Yonggu, situasi di Kerajaan Agrel kurang baik.Saat ini, Senia duduk di singgasananya dengan wajah suram. "Apa kabar ini benar?"Senia baru mendapat kabar bahwa semua orang yang diutusnya ke wilayah barat tewas. Bahkan, Panji juga tidak bisa kembali lagi. Padahal, Panji adalah kartu trufnya yang terpenting.Karena ucapan Panji, Senia baru bersedia mengeluarkan 5 miliar gabak untuk berdamai dengan Wira. Jika tidak, dia lebih memilih untuk mengorbankan putranya dari
Di wilayah dua provinsi yang damai tanpa konflik ataupun perang, tentu tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Namun anehnya, meskipun bisa tinggal di rumah besar di luar, ada yang memilih rumah sederhana di Dusun Darmadi. Hal ini memang sulit dimengerti. Mungkin, Dusun Darmadi memberikan rasa aman bagi Ramath."Hasil terbesar yang kami capai dalam perjalanan kali ini adalah membunuh Jaran. Selain itu, Caraka yang selalu mengikuti Senia, juga tewas di tangan kami. Dengan kematian mereka berdua, kekuatan Senia jelas berkurang banyak," ucap Wira dengan puas.Ini adalah pencapaian terbesar dari perjalanan kali ini, wajar jika Wira merasa senang.Para hadirin di sekitar mengangguk setuju. Mereka juga tidak menyukai orang-orang dari Kerajaan Agrel. Ketika perang besar empat kelompok terjadi, Kerajaan Agrel adalah pihak yang menekan mereka paling keras.Meskipun sekarang situasi sudah damai, orang-orang dari Kerajaan Nuala tetap menyimpan dendam dan menjaga jarak dengan Kerajaan Agrel. Konfl
"Tuan Wira, kamu sangat senang dengan kesembuhan Lucy sampai melupakan temanmu ini. Aku ini raja lho. Aku sampai datang ke gerbang kota untuk menyambutmu. Setidaknya, kamu harus menjaga harga diriku sedikit.""Kalau terus membuatku berdiri di sini, apa yang akan dikatakan para menteriku nanti? Kelak gimana aku bisa mempertahankan wibawaku di depan mereka?"Osman berkata sambil tertawa. Jelas, itu hanya candaan tanpa maksud serius. Dia tidak mungkin benar-benar menyimpan dendam terhadap Wira.Wira tersenyum sambil menggeleng. Pemuda ini memang nakal. Para menteri yang hadir pun ikut tersenyum."Sudah, sudah, sejak kapan kamu jadi orang yang suka cemburu? Sekarang kamu seorang raja. Kamu seharusnya bicara yang bijak. Kalau nggak, kelak kamu benaran sulit mempertahankan takhtamu!" Wira ikut bercanda.Di tengah tawa dan obrolan santai, Wira dan rombongan memasuki ibu kota. Karena sebelumnya sudah mengetahui kepulangan Wira, Osman telah menyiapkan perjamuan.Ketika Wira tiba bersama rombong
Bisa dikatakan, hampir tidak ada pemimpin seperti Wira di dunia ini."Semuanya sudah beres. Raja kami mengikuti saran darimu dan mengeluarkan banyak dana untuk bantuan bencana. Sekarang keadaan sudah stabil dan rakyat sudah tenang. Kami benar-benar berterima kasih kepadamu."Sambil tersenyum, Trenggi meneruskan, "Kalau bukan karena saranmu, mungkin Kerajaan Nuala sudah jatuh dalam kekacauan sekarang ...."Ketika membahas hal ini, Trenggi tidak bisa menahan diri untuk menggeleng. Seperti yang Wira perkirakan sebelumnya, karena tidak ada bantuan bencana, banyak rakyat menderita dan masalah terus bermunculan.Ketika rakyat tidak bisa makan, mereka tentu bisa melakukan apa saja. Untungnya, bantuan segera diberikan sehingga masalah teratasi dan tidak terjadi kekacauan yang lebih besar.Namun, pada awalnya Osman tidak berniat menggunakan kas kerajaan untuk menghemat uang. Meskipun ingin membantu rakyat, dia tidak berani mengambil risiko itu demi melindungi dirinya sendiri.Bagaimanapun, jika
"Sepertinya orang-orang dari wilayah barat nggak akan melepaskanmu begitu saja. Jadi, apa rencana selanjutnya?""Menurutku, kita bisa mencoba cara lain, yaitu dengan menyerang wilayah barat terlebih dahulu. Wilayah barat cuma sebuah negara kecil di perbatasan. Alasan mereka bisa bertahan sampai sekarang cuma karena punya gurun sebagai pelindung alami.""Kamu sudah menjelajahi gurun itu sekali, jadi pasti sudah tahu jalannya. Kalau kamu memimpin, ditambah pasukan dari kedua belah pihak, kita pasti bisa menghancurkan mereka. Ketika saat itu tiba, jangankan penguasa kecil di Provinsi Tengah, bahkan seluruh wilayah barat pun akan tunduk kepada kita."Trenggi menjelaskan dengan perlahan. Sejak dia menjadi Jenderal Besar Kerajaan Nuala, dia selalu memikirkan cara untuk memperluas wilayah kekuasaan kerajaan.Di masa kekacauan, yang kuat yang berkuasa. Untuk menjadi penguasa di tengah kekacauan, hal pertama yang dibutuhkan adalah tanah yang cukup luas dan rakyat yang banyak. Hanya dengan itu,
Pihak Wira hanya ada empat orang, sementara mereka memobilisasi puluhan ribu orang dan masih gagal menghentikan Wira. Jika sampai berita ini tersebar, bukankah mereka akan menjadi bahan tertawaan? Sungguh memalukan."Jenderal, kami sudah berusaha sekuat tenaga. Dalam perjalanan kembali, kami sudah menghitung jumlah korban. Ada lebih dari 800 orang yang tewas.""Bahkan, Caraka juga tewas di tangan Wira. Kami gagal menjalankan tugas. Mohon Jenderal dapat memaafkan kami ...."Seorang wakil jenderal perlahan-lahan maju, lalu segera membungkukkan tubuhnya dan berbicara. Dia merasa sangat gelisah.Saka terkenal tegas dan ketat. Kegagalan dalam menjalankan tugas tentu sulit untuk dimaafkan. Dia menatap dingin wakil jenderal itu, lalu mengerutkan alis dan berkata, "Mereka sudah pergi. Nggak ada gunanya dibahas lagi.""Segera cari orang yang lebih dapat diandalkan dan kejar rombongan Wira. Aku nggak peduli siapa mereka atau sejauh apa mereka melarikan diri. Intinya, orang yang berani menentangk
Setelah mengatakan itu, Caraka memandang orang-orang di belakangnya. Meskipun mereka berasal dari wilayah barat, mereka juga mematuhi perintahnya karena sekarang dia sudah memegang kekuasaan besar. Apalagi sekarang dia juga sudah mendapat informasi yang tepat dari Wira.Sebelum datang ke sini, Saka sudah menyerahkan tugas penting ini pada Caraka dan semua pasukan yang berada di sana harus tunduk pada perintah Caraka. Meskipun Wendi sudah menyiapkan formasi racun di sekitar, mereka tetap terus menerjang ke arah Wira dan yang lainnya dengan kekuatan yang luar biasa saat Caraka memberikan perintahnya."Agha, bunuh dia," kata Wira yang sudah mulai kesal karena Caraka terus mendesaknya sambil menatap Agha di sampingnya."Kak Wira, kamu harus hati-hati. Aku akan pergi memenggal kepala orang itu sekarang juga," kata Agha, lalu langsung melompat dan segera menerjang ke arah Caraka. Darah mengalir dengan deras di semua tempat yang dilewatinya.Melihat Agha begitu berani, para pasukan di sekitar
"Jaran sudah bertemu dengan kami. Tapi, sekarang dia bukan hanya nggak muncul di hadapanmu, dia juga nggak ada di sampingku. Jadi, kamu rasa dia pasti ada di mana sekarang?" kata Wira sambil terus memikirkan langkah selanjutnya karena dia tidak bisa terus terjebak di sana.Jumlah di pihak lawannya begitu banyak, Wira merasa dia pasti akan rugi jika bertarung dengan mereka di sana. Ditambah dengan banyaknya orang di sekitarnya, satu-satunya caranya untuk keluar dari sana adalah menggunakan taktik melarikan diri.Pada saat itu, pandangan Wira pun tertuju pada Wendi. Saat mereka dikepung Saka sebelumnya, Wendi mengeluarkan dua tabung bambu dari sakunya. Setelah menyebarkan isi tabungnya, bahkan orang-orang yang berdiri jauh dari mereka pun merasa matanya sakit. Sementara itu, orang yang berdiri lebih dekat dengan mereka, kebanyakan yang langsung kehilangan nyawanya.Jika bukan karena begitu, Wira juga tidak akan membiarkan Wendi ikut bersamanya. Wanita ini jauh lebih mengerikan dari yang