Di Kerajaan Agrel.Larut malam, informasi itu akhirnya tersebar sampai istana. Saat ini, Senia sedang tidur. Di luar sana, terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa."Yang Mulia! Cepat bangun! Ada masalah!"Begitu mendengar suara ini, Senia langsung terbangun dari tidurnya. Sejak menjadi ratu, dia belum pernah tidur nyenyak. Setiap malam, selalu ada yang mengganggunya.Untungnya, Senia sudah lama terbiasa. Tabib istana meracik banyak obat untuknya, tetapi tidak ada yang berkhasiat. Sebaliknya, insomnianya menjadi makin parah.Kini, Senia baru saja tertidur. Namun, tiba-tiba ada yang mengganggunya. Suasana hatinya pun menjadi sangat buruk."Kalau yang ingin kamu sampaikan ini bukan masalah besar, aku akan memenggal kepalamu!" ancam Senia sambil merapikan bajunya. Kemudian, dia berjalan keluar dengan kesal.Segera, pintu terbuka. Senia melihat pelayan yang berteriak itu telah bergeser ke samping. Di belakangnya adalah Panji."Kenapa datang malam-malam begini? Ada masalah apa?" tanya
Panji selalu melihat masalah dari sudut pandang yang rumit. Jika tidak, dia tidak mungkin menjadi orang kepercayaan Senia!"Kalau begitu, menurutmu kita harus gimana?" tanya Senia dengan tenang. Bagaimanapun, masalah harus diselesaikan. Ada pun solusinya, mereka harus mendiskusikannya.Panji menyahut, "Aku rasa mudah saja. Gimana kalau Ratu ke sana dan menyerahkan uangnya kepada Wira? Dengan begini, kita bisa membebaskan Pangeran.""Kalau nggak, siapa yang harus kita utus untuk mengirim uang sebanyak ini? Takutnya, Wira bakal mencari masalah dengan kita lagi dan menyulitkan kedua pangeran."Senia tak kuasa mengernyit. Dia bertanya, "Aku yang harus ke sana? Kalau Wira ingin membunuhku di Provinsi Yonggu, aku harus gimana?"Senia adalah Ratu Kerajaan Agrel. Jika mati begitu saja, bukankah itu sama saja dengan menyia-nyiakan kekuasaannya? Selain itu, jika bisa menghindar, kenapa harus mengambil risiko?Panji terkekeh-kekeh. "Ratu kenal Wira lebih lama daripada aku. Masa Ratu nggak tahu se
Keesokan pagi, di kediaman jenderal.Kresna telah mendapat informasi dari Senia. Setelah mengetahui Senia akan datang, Kresna pun merasa jauh lebih lega.Pagi-pagi, Kresna memberi tahu Wira tentang kabar ini. Dia merasa sangat senang.Asalkan Senia datang, semua masalah akan dilimpahkan kepadanya. Kresna pun tidak perlu repot-repot mengurusnya lagi.Bahkan, Kresna bisa mencari kesempatan untuk mengajak Senia berdiskusi tentang keselamatan keluarganya. Bukankah ini sama dengan sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui."Aku nggak nyangka dia akan datang secepat ini. Sepertinya, dia sangat menyayangi kedua putranya." Wira terkekeh-kekeh di mejanya. Dia dan Kresna sedang duduk di meja makan.Lagi pula, Wira tidak akan menderita kerugian apa pun. Karena Senia akan datang, itu berarti dia akan mendapat uang 5 miliar gabak sebentar lagi. Dia bisa menggunakan uang ini untuk membantu korban bencana. "Tentu saja. Yang satu adalah putra sulungnya, yang satu lagi adalah putra kesayangannya. Lim
"Kalau jawabanku nggak bisa memuaskanmu, kamu boleh membunuhku. Lagi pula, keluargaku di wilayah utara. Aku yakin Ratu bakal membuat pengaturan untuk mereka. Ratu nggak mungkin menyulitkan mereka."Kresna mengambil gelasnya dan meneguk anggurnya hingga habis. Orang yang menduduki posisi tinggi seperti mereka memang memiliki banyak tekanan, termasuk Kresna.Kalau bukan karena situasi sekarang sudah berada di luar kendali, Kresna tidak akan memutar otaknya sampai seperti ini dan bersikap sangat berwaspada. Semua ini demi melindungi keluarganya!"Raja Kresna, kamu mau pura-pura bodoh sampai kapan? Aku sudah mendapat informasi tentang keluargamu. Mereka disandera oleh Senia. Senia memanfaatkan mereka untuk mengancammu! Kamu masih mau bekerja untuknya? Kamu nggak merasa bersalah pada putramu yang telah tiada?"Wira telah memiliki bukti yang cukup. Semua bukti itu menunjukkan bahwa kematian putra Kresna berkaitan erat dengan Senia. Ayah mana yang tidak ingin membalaskan dendam putranya?Kres
Bagaimanapun, Senia adalah penguasa Kerajaan Agrel. Setelah mendapat kabar kedatangannya, Wira langsung menyambutnya.Di belakangnya, ada Danu dan para prajurit yang mengikuti. Agha dan Lucy juga termasuk dalam kerumunan. Bisa dilihat bahwa Wira sangat menghargai kedatangan Senia.Tidak peduli bagaimana hubungannya dengan Senia, setidaknya Wira tetap menunjukkan rasa hormatnya.Di kejauhan, tampak ratusan prajurit mengikuti Senia. Di sebelah kirinya adalah Panji yang berjubah hitam. Saking percayanya Senia pada Panji, kini posisi Panji berada di atas ketiga raja.Empat mata bertemu pandang. Wira mengambil inisiatif untuk maju dan menyambut. Kemudian, dia tersenyum dan menyapa, "Ratu, kita sudah lama nggak berjumpa ya. Sudah beberapa tahun berlalu sejak terakhir kali kita berjumpa. Aku sampai merindukan hari-hari itu."Panji yang berdiri di samping Senia tampak mengernyit. Senia yang sekarang jelas berbeda dengan Senia yang dulu. Kini, kekuasaannya makin besar.Ekspresi Senia terlihat t
"Karena Pangeran Delon berutang, kami pasti akan melunasinya. Tuan Wira nggak perlu cemas. Hanya saja, apa kita bisa bicara di tempat lain? Sepertinya kurang cocok kalau terus berdiri di sini." Wira tidak menanggapi ucapan Panji. Sebaliknya, dia menatap Senia dan bertanya, "Siapa orang yang berbicara ini?""Ini Panji, guru agung Kerajaan Nuala sekaligus orang kepercayaanku," sahut Senia memperkenalkan Panji.Panji pun mengangguk dengan sopan. Namun, tatapannya dipenuhi penghinaan. Jelas sekali, dia tidak menganggap penting Wira.Ternyata orang ini adalah guru agung. Wira sudah lama mendengar tentang Panji. Dengar-dengar, setiap tindakan Senia berkaitan erat dengan Panji.Selain itu, latar belakang Panji tidak biasa. Tidak ada orang yang bisa menyelidiki jejak masa lalunya. Harus diakui bahwa Panji ini bukan tokoh biasa."Kamu benar. Kalau begitu, kita bicara di kediaman jenderal. Tapi, orang-orang di belakang kalian ini ...." Wira mengelus dagunya sambil menatap Senia dengan serbasala
Begitu memasuki kediaman jenderal, Senia langsung menanyakan keberadaan anak-anaknya. Tatapannya tertuju ke sekeliling. Namun, dia tidak melihat sosok yang familier.Wira tersenyum dan membalas, "Aku sudah menyuruh orang membawa mereka kemari. Mereka akan segera tiba. Tapi ...."Wira tampak agak serba salah. Sesaat kemudian, dia baru melanjutkan, "Pangeran Delon baik-baik saja. Tapi, kondisi Pangeran Dahlan agak buruk.""Apa yang terjadi dengan Dahlan?" tanya Senia segera. Jika dibandingkan dengan Delon, Senia tentu lebih peduli pada Dahlan. Bagaimanapun, Dahlan adalah putra kebanggaannya. Kelak, Dahlan yang akan mewarisi takhta. Tidak boleh terjadi sesuatu padanya."Ratu nggak perlu terlalu cemas. Sebenarnya bukan masalah besar. Tapi, Ratu seharusnya tahu apa yang terjadi pada Pangeran Dahlan, 'kan?""Baru-baru ini, dia membuat onar di Desa Damaro. Dia bahkan membantai para penduduk. Hubunganku dengan orang Desa Damaro termasuk baik. Kebetulan, ada yang berhasil lolos dan minta bantua
"Karena Ibu sudah datang, Ibu harus memberi keadilan untukku. Wira yang telah menjebakku! Aku nggak kalah sampai 5 miliar gabak." Begitu ucapan ini dilontarkan, ekspresi semua orang pun berubah.Wira terbatuk dua kali sebelum berkata, "Pangeran, sepertinya kurang pantas kamu bicara begitu, 'kan? Aku nggak pernah masuk ke Rumah Bordil Foniks. Aku cuma pergi setelah terjadi masalah.""Selain itu, kalau aku nggak meminta keringanan pada mereka, mereka pasti sudah menghukummu sesuai aturan yang ada. Mana mungkin kamu masih selamat sampai hari ini? Apa lagi bertemu Ratu.""Pangeran bukan hanya nggak berterima kasih padaku, tapi juga melimpahkan kesalahan kepadaku. Bukannya Pangeran sendiri yang ingin main dadu di Rumah Bordil Foniks?"Suara Wira terdengar agak dingin dan menyalahkan. Sekalipun Senia ada di sini, dia tetap tidak akan mengalah. Lagi pula, tempat ini wilayahnya dan Senia yang seharusnya memohon kepadanya.Wira tentu tidak perlu takut pada apa pun. Masa dia takut pada orang lai
Doly segera bertanya dengan nada penasaran, "Apa kamu membiarkan mereka pergi karena masih mengenang masa lalu?"Bagi Doly, Senia seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Terlebih lagi, dia dikelilingi oleh orang seperti Panji yang licik dan berbahaya.Mereka berdua layaknya dua serigala yang saling mendukung untuk menebar kekacauan. Jika kali ini mereka gagal dibunuh dan dibiarkan lolos begitu saja, masalah di masa depan akan makin sulit untuk diatasi. Pada saat itu, dunia mungkin akan jatuh ke dalam kehancuran besar.Meskipun ada hubungan masa lalu yang harus dipertimbangkan, Doly tetap berharap bahwa Wira bisa membunuh Senia. Dengan begitu, masalah ini bisa diselesaikan untuk selamanya. Semua ini demi rakyat jelata yang tak berdosa.Meskipun kedua belah pihak berada di kubu yang berbeda dan bahkan bukan dari bangsa yang sama, peperangan yang terus-menerus sudah membawa banyak penderitaan. Mana mungkin mereka bisa terus merenggut lebih banyak nyawa lagi?Wira bertanya, "Kamu p
Setelah kembali ke kediaman jenderal, Danu dan Agha segera masuk ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat.Berbeda dengan mereka berdua, Wira terlihat jauh lebih santai. Meski semalam dia juga ikut dalam perjalanan yang melelahkan, Wira tidak benar-benar bertarung melawan musuh.Sementara itu, Danu dan Agha harus terus bertarung melawan makhluk-makhluk beracun sehingga tenaga mereka terkuras habis. Wira memahami betul kelelahan yang mereka rasakan.Setelah akhirnya bisa pulang, Wira hanya bisa membiarkan keduanya beristirahat dengan tenang. Bagaimanapun juga, mereka adalah saudara yang sangat dia percayai.Berhubung Wira sendiri tidak terlalu lelah dan tidak merasa mengantuk, dia langsung menuju ke kamar Doly.Doly adalah orang yang berbakat. Setelah dia sepenuhnya berpihak kepada Wira, tentu Wira merasa perlu menjenguknya untuk melihat kondisi lukanya.Ketika Wira memasuki kamar, dia melihat Doly sedang berjalan mondar-mandir dengan ekspresi penuh pikiran. Menyadari Wira telah
Bagi mereka, semua itu seperti mimpi buruk yang tidak akan terlupakan.Wira berucap, "Semua, tolong bangkit dulu. Kalian terus berlutut di depanku, bahkan ada yang usianya lebih tua dariku. Ini sama saja dengan memperpendek umurku. Sejujurnya, sejak dulu aku selalu menentang kebiasaan berlutut seperti ini. Sebenarnya kebiasaan ini bisa diubah.""Saat bertemu, cukup berjabat tangan saja. Nggak perlu sampai berlutut segala, 'kan? Kita semua sama, sama-sama punya satu kepala di atas satu pundak. Nggak ada yang punya kepala dan lengan berlebih. Jadi, nggak ada perbedaan besar di antara kita," tambah Wira."Kalau kita terus membagi manusia ke dalam kelas-kelas yang berbeda, bukannya itu sangat nggak adil bagi banyak orang? Apalagi di kampung halamanku, kebiasaan berlutut ini dipercaya bisa memperpendek umur!" jelas Wira.Mendengar ucapan Wira, barulah semua orang mulai bangkit. Banyak dari mereka sempat berpikir bahwa setelah kekuasaan Wira makin besar, dia pasti bukan lagi Wira yang dulu.
Kalau tidak di masa depan saat mereka perlu memimpin pasukan untuk berperang, dari mana lagi uang untuk membiayai perang akan didapatkan?Mereka semua sebenarnya hanya memikirkan Wira. Akibat alasan itu, mereka memang terkesan dingin dan tanpa perasaan. Namun pada akhirnya, bukankah semua itu dilakukan demi kepentingan wilayah dua provinsi ini?Wira memberi tahu, "Semuanya, tolong segera bangkit. Soal 5 miliar gabak ini, kalian seharusnya berterima kasih pada Ibu Suri Kerajaan Agrel. Kalau bukan karena mereka, mana mungkin kami bisa mendapatkan perak sebanyak itu?""Tanpa itu, tentu saja kami nggak bisa membangun kembali rumah-rumah kalian," ucap Wira dengan tenang. Apa yang dia katakan memang benar adanya. Sebenarnya dia juga sempat dilema, apakah harus menggunakan uang dari kas negara atau tidak?Jika uang itu benar-benar digunakan, kekhawatiran Danu dan yang lainnya bisa menjadi kenyataan. Dalam skenario seperti itu, jika terjadi kekacauan di seluruh negeri, rakyat tidak hanya akan
Orang-orang itu memang tidak membawa senjata apa pun di tangan mereka. Bahkan, ada beberapa wanita yang membawa anak-anak. Tangan mereka juga terlihat memegang keranjang.Di dalam keranjang-keranjang itu, terdapat banyak buah, sayuran, beberapa telur, dan daging. Dari penampilannya, sepertinya mereka bukan datang untuk mencari masalah. Lagi pula, siapa yang akan membawa keluarga dan anak-anak untuk berkelahi?Apalagi dengan begitu banyak wanita di antara mereka, bukankah itu sama saja seperti menyia-nyiakan nyawa?"Mereka ini kalau bukan datang untuk bikin keributan, mau apa dong?" ucap Agha sambil menggaruk kepalanya dengan bingung. Dia benar-benar tidak mengerti situasi ini. Apa sebenarnya yang sedang terjadi?Wira mengamati mereka dengan saksama untuk beberapa waktu sebelum akhirnya berucap, "Mungkin mereka datang untuk berterima kasih kepada kita?""Berterima kasih?" Baik Danu maupun Agha, mereka masih terlihat bingung. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, tiba-tiba terdengar s
Di Provinsi Yonggu.Setelah menempuh perjalanan panjang dan bertarung dengan makhluk beracun itu, Wira dan lainnya langsung pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat.Kali ini adalah perjalanan yang sangat melelahkan. Wira tahu bahwa semua orang sudah lelah. Untungnya, di situasi kritis, para prajurit tetap melindunginya. Hal ini membuat Wira merasa sangat terharu.Seketika, hanya tersisa Wira, Danu, dan Agha. Mereka menuju ke kediaman jenderal.Begitu tiba, mereka langsung melihat banyak orang berdiri di depan. Meskipun ada prajurit yang menjaga ketertiban, para rakyat seperti ingin menerobos masuk."Apa yang terjadi? Mereka mau demo ya? Mereka mau menyerang kediaman jenderal?" Danu yang berdiri di belakang tampak menggertakkan gigi dengan kesal.Sebelumnya, Danu telah mengusulkan kepada Wira untuk menggunakan metode yang lebih keras agar para rakyat tidak berani macam-macam. Namun, Wira menolak dan memilih usul Osmaro. Dia ingin menenangkan para rakyat dengan metode yang lebih
"Senjata api sekalipun nggak bisa menghancurkan pertahanannya. Jadi, sekalipun di medan perang, Wira tetap nggak bakal mendapat keuntungan apa pun."Begitu mendengarnya, orang-orang kembali merasa percaya diri dan tersenyum. Ternyata seperti itu!Kresna juga menyunggingkan senyuman, tetapi hatinya merasa kecewa. Sebenarnya, dia ingin melihat Wira mengalahkan Senia. Dengan cara ini, Kerajaan Agrel baru akan menjadi kacau dan dirinya bisa memanfaatkan situasi untuk menguasai takhta.Sekalipun tidak bisa menguasai seluruh Kerajaan Agrel, setidaknya dia memiliki wilayah dan bisa melindungi keluarga serta rakyatnya. Hasil ini sudah sangat memuaskan bagi Kresna. Dia tidak ingin merasakan sakitnya kehilangan keluarga lagi!"Kerja bagus! Kamu memang orang kepercayaanku! Selanjutnya tergantung pada kemampuanmu. Kalau ingin mengembangkan lebih banyak racun, kami hanya bisa bergantung padamu.""Setelah kembali ke istana, aku akan mengumumkan kepada para menteri untuk membantumu dalam pengembangan
"Setahuku setelah Senia dan Panji bekerja sama, mereka menyusun banyak rencana jahat. Racun ini seharusnya adalah ide Panji. Aku tahu kepribadian Senia. Dia memang bukan orang baik, tapi nggak mungkin bisa mengembangkan racun sehebat ini.""Ditambah dengan berbagai insiden sebelumnya, bisa dilihat bahwa Senia sangat ambisius. Pantas saja, dia begitu menyukai Panji. Panji ini memang punya kemampuan. Kita harus berwaspada darinya," ujar Wira sambil mengernyit.Wira teringat pada situasi di medan perang tadi. Karena Panji melafalkan mantra, cuaca di sekitar pun berubah. Panji punya kemampuan misterius. Orang biasa tidak akan bisa melawannya."Lucy, selidiki asal-usul Panji. Aku mau informasi detail. Dengan mengetahui kemampuan musuh, kita baru bisa menang," instruksi Wira sambil melirik Lucy yang berdiri di sampingnya.Prioritas utama untuk sekarang adalah mengatasi masalah racun itu. Kemudian, mereka harus menghabisi Panji untuk memastikan semuanya aman. Jangan sampai para rakyat yang me
Danu dan Lucy adalah orang kepercayaan Wira. Dia tentu tahu apa yang ada di pikiran mereka berdua.Jelas sekali, mereka ingin mengusirnya supaya bisa bertarung secara mati-matian. Mereka hanya tidak ingin Wira melihat para bawahan gugur."Mundur!" perintah Wira sambil melambaikan tangannya."Kalau pergi sekarang, bukankah itu berarti kita melewatkan kesempatan besar? Kita harus menaklukkan pria ini supaya bisa dibawa pulang untuk diteliti. Kita harus mencari cara untuk melawan racun itu! Kita nggak boleh menyerah begitu saja!" pekik Danu kepada Wira.Agha pun melirik Wira, lalu berucap dengan tegas, "Kak Wira, beri aku sedikit waktu lagi. Aku bisa melawannya. Aku nggak akan membiarkannya melukai saudara-saudara kita!"Orang-orang pun mengangguk. "Sekalipun harus mengorbankan nyawa kami, hari ini kami harus menaklukkannya!"Wira merasa tidak tega melihat mereka seperti ini. Mereka semua punya keluarga. Siapa yang ingin mati di sini?Sebagai penguasa Provinsi Lowala, Wira tentu harus ber