Uang ini adalah jumlah kekayaan yang sangat besar bagi siapa pun, bahkan bagi Wira. Delon hanya seorang pangeran saja, tidak mungkin bisa mengeluarkan uang sebanyak itu.Meskipun Kresna sudah tahu Wira dan wanita paruh baya ini sedang berakting, dia tidak mengungkapkannya. Wira disukai para rakyat dan juga pemilik dari Rumah Bordil Foniks ini, Wira tidak mungkin dipersulit orang-orang di sini. Jika tidak konspirasi dalam hal ini, dia akan mengubah namanya.Namun, meskipun Kresna mengetahui hal ini, dia juga tidak bisa mengungkapkannya. Dia hanya bisa berdiri di samping dan menunggu Wira memberikan solusi yang paling masuk akal.Uhuk uhuk.Setelah batuk-batuk, Wira menunjuk wanita paruh baya itu dan berkata, "Raja Kresna, jangan salah paham. Ini adalah pengelola Rumah Bordil Foniks. Saat aku belum menguasai Provinsi Yonggu, dia sudah mengelola tempat ini. Sekarang tempat ini bisa berkembang dengan begitu baik, semua ini berkat kerja kerasnya.""Jadi, dengan kapasitasku, aku juga hanya b
Wira kembali berkata, "Bagaimana kalau membiarkan Pangeran Delon tetap di sini selama beberapa hari ini untuk mendapat sedikit pelajaran, sementara kita segera mencari solusinya? Kalau memang nggak bisa, biar ratu kalian yang mengumpulkan uangnya saja. Lima miliar gabak ini juga bukan jumlah yang besar.""Kalau anakku mengalami hal seperti ini, aku pasti akan mengumpulkan uang ini meskipun harus menjual semua barang di rumah."Setelah mendengar perkataan ini, Kresna merasa agak malu. Wira benar-benar sudah merencanakan segala hal dengan sangat matang. Dalam sekejap, Kresna merasa bingung harus bagaimana."Kalau Tuan Wira sudah berkata seperti ini, aku juga sulit untuk membuat keputusan. Aku hanya bisa berdiskusi dengan Ratu dulu, nanti aku akan segera mengirim suratnya. Tapi, aku harap Tuan Wira bisa berjanji satu hal, harus memastikan keselamatan Pangeran Delon. Kalau terjadi sesuatu pada Pangeran Delon, kelak hubungan Tuan Wira dan Ratu juga akan menjadi sulit," kata Kresna dengan se
Rumah Bordil Foniks, lantai tiga. Kresna sudah pergi, sehingga Delon hanya bisa ditahan di sana untuk sementara waktu. Namun, Wira sudah menginstruksikan untuk jangan sengaja mempersulit Delon. Sekarang Delon adalah sumber uang mereka, sehingga harus diperlakukan dengan serius.Rumah Bordil Foniks sudah menjadi milik Wira dan semua yang berada di sana adalah miliknya juga, termasuk Angela. Oleh karena itu, apa yang dikatakannya tadi hanya alasan belaka. Namun, lima miliar gabak ini tentu saja tetap harus didapatkannya.Wira biasanya tidak akan peduli dengan lima miliar gabak ini, tetapi sekarang situasinya berbeda. Uang ini cukup untuk membantu para korban bencana dan masalah banjir di seluruh dunia yang belum selesai. Namun, dia tidak bisa mengeluarkan uang itu, berarti orang lain yang mengeluarkan uang itu dan dia memanfaatkannya untuk memberikan keuntungan pada orang lain.Selain itu, lima miliar gabak ini memang nominal yang sangat besar, tetapi wilayah tandus di utara tidak terken
Yaira termasuk orang di dunia persilatan. Meskipun bekerja di rumah bordil selama ini, dia hanya menjual bakatnya dan bukan menjual diri.Selain itu, tidak semua orang berkesempatan untuk menikmati pertunjukannya. Bagaimanapun, harganya sangat mahal. Contoh saja Delon. Mungkin setelah hari ini, Yaira akan menjadi terkenal.Para pria pun mungkin tidak akan berani melihat kecantikannya lagi karena harga yang harus dibayar terlalu mahal. Orang biasa tidak akan sanggup menanggungnya.Wira tidak berniat mencelakai orang-orang. Lantai dua dan tiga Rumah Bordil Foniks memang dibangun untuk para orang kaya. Jika orang biasa datang, mereka hanya bisa makan di lantai satu."Kerja bagus. Kamu dan Heba sangat kompak. Tapi, kalian harus lebih berhati-hati untuk sementara waktu ini. Jangan sampai ada yang mencari masalah dengan kalian.""Aku rasa Raja Kresna juga sudah tahu masalah ini berkaitan denganku. Tapi, dia nggak bakal berani macam-macam, apalagi bertanya kepadaku. Makanya, aku khawatir dia
"Kalau begitu, kalian keluar saja dulu. Biar mereka yang urus masalah ini. Kita cuma perlu amati situasi untuk sekarang." Wira terkekeh-kekeh dan menyuruh orang lainnya keluar.Rumah Bordil Foniks telah menjadi asetnya, tetapi Wira tidak pernah menikmati apa pun di sini. Hari ini, dia akan menikmati makanan yang terkenal akan kelezatannya di sini.....Di kediaman jenderal, Kresna telah menunggu kabar dengan sabar setelah kembali. Kini, dia benar-benar gelisah. Wajahnya tampak pucat. Dia bahkan tidak nafsu makan.Bagaimana bisa dia makan di situasi seperti ini? Senia menyandera keluarganya. Dia pun belum menyelesaikan misi yang diberikan Senia dan ada banyak masalah yang terjadi. Takutnya, Senia akan menyulitkannya.Gina terus berjaga di sisi Kresna. Ekspresinya juga terlihat sangat masam. Meskipun berasal dari Kerajaan Agrel, Gina hanya setia kepada Kresna. Dia pun menyayangkan situasi berkembang hingga tahap seperti ini. Sayangnya, tidak ada yang bisa dilakukan.Bam! Ketika keduanya
Jika tidak bisa mengeluarkan bukti dan mereka memfitnah Wira begitu saja, itu sama saja dengan bunuh diri. Bahkan, mereka tidak akan tahu bagaimana mereka akan mati!"Sialan! Ternyata begitu!" Dahlan mengepalkan tangannya dengan erat dan bertanya, "Kalau begitu, apa rencanamu?"Marah-marah saja tidak akan bisa mengatasi masalah. Prioritas utama untuk sekarang adalah mencari solusi yang tepat."Aku sudah mengirim surat kepada Ratu. Menurut perhitungan waktu, seharusnya surat itu sudah sampai ke tangannya. Ini bukan masalah sepele. Aku benaran nggak bisa membuat keputusan sendiri. Biarkan Ratu yang memutuskan.""Ada pun solusinya, kita hanya bisa menyerahkannya kepada Ratu." Kresna menghela napas dengan pasrah. Dia juga tidak ingin situasi berkembang sampai tahap seperti ini. Namun, sekarang ini bukan lagi sesuatu yang bisa dia hentikan. Dia hanya bisa mengikuti arus terlebih dahulu."Sialan! Ibuku sampai harus tahu soal ini?" Dahlan terduduk lemas. Kedua tangannya menjambak rambutnya.
Di Kerajaan Agrel.Larut malam, informasi itu akhirnya tersebar sampai istana. Saat ini, Senia sedang tidur. Di luar sana, terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa."Yang Mulia! Cepat bangun! Ada masalah!"Begitu mendengar suara ini, Senia langsung terbangun dari tidurnya. Sejak menjadi ratu, dia belum pernah tidur nyenyak. Setiap malam, selalu ada yang mengganggunya.Untungnya, Senia sudah lama terbiasa. Tabib istana meracik banyak obat untuknya, tetapi tidak ada yang berkhasiat. Sebaliknya, insomnianya menjadi makin parah.Kini, Senia baru saja tertidur. Namun, tiba-tiba ada yang mengganggunya. Suasana hatinya pun menjadi sangat buruk."Kalau yang ingin kamu sampaikan ini bukan masalah besar, aku akan memenggal kepalamu!" ancam Senia sambil merapikan bajunya. Kemudian, dia berjalan keluar dengan kesal.Segera, pintu terbuka. Senia melihat pelayan yang berteriak itu telah bergeser ke samping. Di belakangnya adalah Panji."Kenapa datang malam-malam begini? Ada masalah apa?" tanya
Panji selalu melihat masalah dari sudut pandang yang rumit. Jika tidak, dia tidak mungkin menjadi orang kepercayaan Senia!"Kalau begitu, menurutmu kita harus gimana?" tanya Senia dengan tenang. Bagaimanapun, masalah harus diselesaikan. Ada pun solusinya, mereka harus mendiskusikannya.Panji menyahut, "Aku rasa mudah saja. Gimana kalau Ratu ke sana dan menyerahkan uangnya kepada Wira? Dengan begini, kita bisa membebaskan Pangeran.""Kalau nggak, siapa yang harus kita utus untuk mengirim uang sebanyak ini? Takutnya, Wira bakal mencari masalah dengan kita lagi dan menyulitkan kedua pangeran."Senia tak kuasa mengernyit. Dia bertanya, "Aku yang harus ke sana? Kalau Wira ingin membunuhku di Provinsi Yonggu, aku harus gimana?"Senia adalah Ratu Kerajaan Agrel. Jika mati begitu saja, bukankah itu sama saja dengan menyia-nyiakan kekuasaannya? Selain itu, jika bisa menghindar, kenapa harus mengambil risiko?Panji terkekeh-kekeh. "Ratu kenal Wira lebih lama daripada aku. Masa Ratu nggak tahu se
Mendengar perkataan itu, semua orang tertegun sejenak. Mereka benar-benar tidak tahu masalah apa yang dimaksud Enji.Pada saat itu, Guntur yang duduk di bawah berkata, "Bos, langsung katakan saja."Melihat Guntur berkata seperti itu, Enji tersenyum. Dia menunjuk ke arah Adjie dan berkata sambil tersenyum, "Semuanya, mulai sekarang Adjie ini akan menjadi wakil pertama kita. Jadi, kalau kelak kalian bertemu dengannya, jangan lupa memberi hormat."Begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang duduk di bawah langsung mulai berdiskusi. Mereka benar-benar tidak menyangka Adjie akan menjadi wakil pertama.Namun, dua anak buah yang sebelumnya membawa Adjie ke sini, saling memandang dengan ekspresi gembira. Menurut mereka, kesempatan mereka akhirnya datang juga. Saat ini, mereka berada di posisi terbawah di Desa Riwut ini. Oleh karena itu, mereka merasa sangat senang karena merasa mulai sekarang kehidupan mereka akan menjadi lebih baik.Pada saat itu, salah seorang di antara kerumunan tiba-t
Adjie langsung tertawa dan berkata, "Haha. Kalau kamu begitu suka posisi wakil kedua ini, kamu saja yang ambil. Tapi, aku jelas nggak akan menerimanya."Enji hanya tersenyum melihat pemandangan itu, terlihat jelas dia merasa Adjie adalah sosok yang menarik. Pada saat itu juga, dia maju dan berkata sambil tersenyum, "Saudara, begini saja. Kamu yang jadi wakil pertama, biar dia yang jadi wakil kedua saja. Bagaimana?"Wakil pertama itu hendak membantah saat melihat posisinya tiba-tiba turun menjadi wakil kedua, tetapi Enji langsung membentak, "Tutup mulutmu!"Ekspresi wakil pertama itu langsung berubah dan menjadi diam saat dimarahi kepala itu.Adjie langsung tersenyum dan berkata, "Kamu serius?"Enji menganggukkan kepala dan berkata, "Aku ini bos di sini, mana mungkin bermain-main dengan ucapanku."Adjie langsung menoleh ke arah wakil pertama itu dan mendengus. "Kalau Bos sudah berkata begitu, aku akan mengikuti perintahnya. Bocah, kamu sudah mengerti, 'kan?"Ekspresi wakil pertama itu l
Pada saat itu, wakil pertama pun tersenyum dan berkata, "Nggak disangka, ternyata anak ini bukan orang biasa."Ekspresi wakil kedua langsung berubah saat mendengar perkataan itu, lalu bangkit dengan marah dan menerjang ke arah Adjie.Meskipun gerakan wakil kedua itu cepat, ternyata Adjie lebih cepat lagi. Dalam sekejap, dia sudah berada tepat di depan wakil kedua. Dia langsung mencengkeram leher wakil kedua dan memutarnya dengan kekuatan penuh.Saat mendengar suara patah tulang yang nyaring, ekspresi wakil pertama dan Enji langsung berubah. Mereka benar-benar tidak menyangka pemuda yang baru datang ini begitu ganas.Kedua anak buah yang berdiri di bawah langsung bengong. Mereka juga tidak menyangka pemuda ini begitu masuk langsung membunuh wakil kedua. Setelah tersadar kembali, mereka langsung berlutut dan memohon ampun, "Bos, kami pantas mati. Kami nggak tahu kemampuan orang ini begitu hebat."Ekspresi wakil pertama menjadi sangat muram, lalu langsung menunjuk kedua orang itu dan bert
Melihat pria yang duduk di tengah itu, Adjie tertegun sejenak. Kedua pria yang duduk di sebelah kiri dan kanan juga terlihat sangat garang, sepertinya kedudukan mereka tinggi.Pria yang mengajak Adjie masuk segera maju dan berkata, "Ini adalah Bos Enji kami. Yang di sebelah ini adalah wakil pertama dan ini wakil kedua."Setelah memperkenalkan ketiga pria di bawah patung, pria itu menoleh pada Enji dan berkata, "Bos, aku menemukan orang ini di luar. Dia mengaku dia adalah pengungsi yang melarikan diri dari utara, jadi aku langsung membawanya menghadapmu."Mendengar perkataan itu, Enji tertegun sejenak. Beberapa saat kemudian, dia baru berkata, "Pengungsi? Mendekatlah, biar aku lihat dulu."Adjie menganggukkan kepala dan melangkah maju. Saat melihat wajah Enji dengan jelas, dia sempat terkejut. Ternyata Enji memiliki bekas luka yang panjang dari kening sampai ke sudut mata. Dilihat dari bekas luka yang mengerikan ini, jelas bos ini adalah orang yang sangat garang.Meskipun awalnya sempat
Adjie menyipitkan matanya saat melihat nyala obor itu, lalu melangkah maju. "Siapa kalian?"Salah satu pria itu tiba-tiba mencabut goloknya dan meletakkannya di leher Adjie, lalu tersenyum sinis dan berkata, "Hehe. Kamu sedang bercanda ya? Pengungsi? Mana mungkin seorang pengungsi bisa berlari sampai ke sini. Kamu pikir aku bodoh ya? Semua pengungsi berada di selatan."Ternyata situasinya memang seperti dugaan Adjie. Dia langsung tersenyum sinis dan berkata, "Hehe. Siapa yang bilang semua pengungsi ada di selatan? Dasar bodoh!"Melihat Adjie masih berani membantahnya, ekspresi pria itu menjadi panik dan langsung mengayunkan goloknya.Namun, Adjie langsung menghindari serangan itu dan merebut golok dari tangan pria itu, lalu langsung mengarahkannya ke leher pria itu. "Hehe. Maaf, ternyata kemampuanmu hanya begitu saja. Kalau bukan karena aku sudah membunuh seseorang dan dikejar orang-orang itu, aku juga nggak sudi datang ke tempat ini."Mendengar perkataan itu, pria lainnya di samping y
Adjie tertegun sejenak saat mendengar pertanyaan itu, lalu tersenyum dan berkata, "Hehe. Tuan, ini nggak perlu. Kalau aku membawa orang lain, justru akan lebih merepotkan. Lagi pula, kalau hanya aku sendirian saja, aku bisa bergerak dengan lebih fleksibel."Wira pun menganggukkan kepala. Setelah selesai mengatur semuanya, dia menepuk bahu Adjie dan berkata, "Baiklah, sekarang kamu pergi bersiap-siap dulu. Nanti baru temui aku lagi.""Baik," jawab Adjie, lalu segera keluar.Setelah Adjie pergi, Wira menatap peta di depannya dan menghela napas. Ini mungkin bisa berhasil jika semuanya berjalan sesuai rencananya, tetapi dia masih ragu apakah Adjie bisa merebut Desa Riwut ini. Meskipun dia tidak begitu paham dengan situasi di sana, kabarnya para perampok di sana sangat kejam. Dia juga tidak yakin apakah para perampok itu berani menghadapi pasukan utara.Saat Wira masih tenggelam dalam pemikirannya, waktu sudah berlalu sekitar setengah jam. Saat tirai tenda kembali terbuka, dia langsung terk
Mendengar hal itu, Adjie menganggukkan kepala. Setelah semuanya sudah diputuskan, langkah selanjutnya akan lebih mudah. Namun, sekarang mereka tetap harus menyusun rencananya secara menyeluruh sebelum menjalankannya.Pada saat itu, Adjie yang masih menatap lokasi Desa Riwut pun berkata, "Sebelumnya aku nggak memperhatikan tempat ini. Tapi, setelah melihatnya lagi, tempat ini memang cukup strategis."Keduanya pun menganggukkan kepala karena lokasi Desa Riwut ini menang strategis. Jika mereka bisa menguasai tempat ini, berarti mereka sudah menguasai jalur utama musuh. Selain itu, jika musuh ingin menguasai kota-kota di sekitar, musuh mereka juga harus melewati Desa Riwut ini terlebih dahulu.Setelah berpikir sejenak, Adjie memberi hormat dan berkata, "Kalau ini perintah Tuan, aku akan mengikutinya. Tapi, kapan aku harus berangkat?"Wira langsung menjawab, "Malam ini adalah waktu terbaik dan menguntungkan kalian juga. Tapi, sebelum pergi, kamu harus mengubah identitasmu dulu."Adjie yang
Setelah berpikir sejenak, Adjie berkata dengan pelan, "Kalau begitu, aku rasa boleh mencobanya. Tempat ini punya celah yang begitu besar, jadi ini benar-benar peluang yang bagus."Wira menganggukkan kepala karena dia juga merasa strategi ini cukup bagus karena Pulau Hulu ini memiliki tiga celah yang terbuka. Jika bisa menguasai celah ini, mereka bisa menjebak musuh di dalamnya. Meskipun pasukan utara bisa memiliki kemampuan untuk bergerak cepat, mereka tetap akan kesulitan untuk melarikan diri.Setelah mengamati jalur di sekitar Pulau Hulu, Wira menggerakkan jarinya ke atas peta dan berkata sambil menunjuk pada sebuah lokasi di bagian selatan Pulau Hulu, "Kamu lihat tempat ini."Adjie tertegun sejenak. Setelah melihat lokasi yang ditunjukkan Wira, dia berkata dengan pelan, "Tempat ini adalah Desa Riwut, markas besar sekelompok perampok besar. Tapi, apa hubungannya tempat ini dengan pasukan utara?"Wira tersenyum. Desa Riwut ini memang tidak memiliki hubungan dengan pasukan utara. Namun
Setelah memikirkannya, Wira berkata dengan pelan, "Soal urusan ini, nggak ada yang perlu dikatakan lagi. Kali ini kalian sudah menyelesaikan tugas dengan sangat baik, kamu ingin hadiah apa?"Mendengar pertanyaan itu, Latif segera berkata, "Semuanya terserah Tuan saja."Setelah berpikir, Wira perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, aku akan mengangkatmu sebagai letnan jenderal dari ketiga tim pasukan itu. Mulai sekarang, kamu akan selalu berada di sisiku. Bagaimana?"Begitu mendengar perkataan itu, Adjie merasa sangat gembira. Dia tahu masa depannya lebih prospektif jika mengikuti Wira daripada memimpin pasukan di medan perang. Lagi pula, jika saat ini mereka bisa menangani situasi ini dengan baik, pasti akan mendapatkan pencapaian yang besar. Menurutnya, berada di sisi Wira adalah pilihan terbaik.Tanpa ragu, Adjie langsung memberi hormat dan berkata, "Terima kasih, Tuan."Wira langsung tersenyum dan berkata, "Hehe. Baiklah. Kalau begitu, sekarang kamu bisa langsung membuktikan dirimu.