Di dalam kereta kuda. Melihat ekspresi Kaffa dan Shafa yang sangat waspada, Wira tersenyum dan bertanya, "Kenapa kalian berdua nggak berbicara?"Setelah ragu sejenak, Kaffa berkata dengan pelan, "Kak Wira, aku baru tahu identitasmu, aku tentu saja nggak berani berbicara sembarangan di depanmu. Kalau aku salah bicara, kemungkinan besar akan ...."Sebelum Kaffa selesai berbicara, Shafa segera mendorong lengannya. Mendapat isyarat itu, dia pun segera menghentikan kata-katanya.Wira menggelengkan kepala dan berkata sambil tersenyum, "Shafa, aku tahu kepribadian kakakmu, jadi aku nggak akan menyalahkan kalian. Meskipun dia salah bicara, apa masalahnya? Bukankah aku tetap menganggap kalian sebagai teman? Kalau nggak, aku nggak akan membiarkan kalian duduk di kereta kudaku."Danu berkata dengan nada ramah, "Benar. Kakakku sudah menganggap kalian berdua sebagai teman, jadi kalian perlu begitu formal di depan kakakku. Kalau nggak, berarti kalian meremehkan kakakku dan kakakku akan marah."Setel
Shafa juga buru-buru menyatakan sikapnya. Dia memang cerdas. Di zaman sekarang, jika ingin memiliki pijakan yang kokoh, seseorang tentu harus memiliki nilai pada diri sendiri. Mereka tidak mungkin terus mengandalkan Wira seumur hidup.Pada akhirnya, orang yang paling bisa diandalkan hanya diri sendiri. Jika terus mengandalkan Wira, mungkin suatu saat Wira akan merasa illfeel pada mereka. Hasilnya pun akan menjadi sangat buruk.Wira tidak melontarkan sepatah kata pun sejak tadi. Jika ingin membujuk Doddy, semua tergantung kemampuan Shafa.Doddy menggosok telapak tangannya sambil tertawa dengan canggung. Kemudian, dia menggeleng dan berkata, "Kamu mungkin nggak tahu aku nggak tertarik pada wanita. Orang-orang yang mengurusku juga para prajuritku. Aku nggak suka wanita masuk ke kamarku. Aku nggak suka aroma di tubuh mereka."Shafa tak kuasa termangu. Dia tahu Wira punya beberapa istri. Wajar juga jika pria punya banyak istri. Sementara itu, Doddy yang terkenal dan memegang kekuasaan milit
"Jangan bicara omong kosong! Memangnya kamu nggak tahu aku punya banyak istri? Memangnya aku jadi lambat karena punya banyak istri?" Wira mengerlingkan matanya dengan kesal. Bilang saja jika tidak ingin punya kekasih. Untuk apa beralasan sebanyak itu? Wanita bukan beban!Doddy menggaruk kepalanya, lalu buru-buru mengalihkan topik pembicaraan, "Karena Shafa ingin bekerja untukku, aku bakal atur pekerjaan yang lebih santai untuknya. Dia nggak usah cemas. Gimana menurutmu, Kak Wira?""Terserah kamu saja," sahut Wira dengan tidak acuh.Wira punya kesan yang baik terhadap Shafa. Jika Shafa dan Doddy bisa bersama, bukankah ini akan menjadi tali perjodohan yang baik?Doddy adalah orang yang pemberani, tetapi kurang bijaksana. Jika ada seorang wanita cerdas seperti Shafa yang menemaninya, Doddy pasti akan menjadi sempurna. Kelak, Wira pun tidak perlu mencemaskannya lagi.Namun, Wira hanya bisa membantu sampai sini. Semuanya tergantung mereka berdua. Wira memang ingin ikut campur, tetapi dia ti
"Kak Wira, apa yang kamu tertawakan?" tanya Doddy sambil menoleh dan melirik Wira dengan bingung.Di sisi lain, Sahim dan lainnya seperti melihat harapan kembali. "Aku tahu Tuan Wira bukan orang yang ingkar janji. Orang seperti Tuan Wira juga nggak mungkin bersikap perhitungan pada orang picik seperti kami.""Ya! Apalagi kami sudah bertobat sekarang. Tuan Wira nggak mungkin nggak memberi kami kesempatan, 'kan?"Sahim dan lainnya serentak berlutut.Wira tersenyum sambil membalas, "Tenang saja, aku nggak berniat membunuh kalian. Kalau nggak, aku pasti sudah memenjarakan kalian tadi. Mana mungkin aku membawa kalian keluar lagi?""Begini saja, karena sebelumnya kalian adalah perampok, itu berarti kalian punya keyakinan terhadap kemampuan sendiri. Aku bisa memberi kalian kesempatan untuk bergabung dengan pasukanku. Kelak, kalian bisa berkembang. Kalian pasti setuju, 'kan?"Wira memang tersenyum, tetapi nada bicaranya justru sangat tegas, bahkan mengandung sedikit ancaman. Jika ada yang bera
Danu dan Doddy adalah jenderal Wira, sedangkan Huben dan Osmaro adalah penasihat Wira. Mereka semua adalah orang kepercayaan Wira.Kini, Wira telah kembali ke Dusun Darmadi. Ditambah lagi, belakangan ini ada banyak masalah yang terjadi. Wira seharusnya memberi tahu Huben semuanya.Makanya, Doddy merasa heran. Sekalipun tidak memberi tahu Huben, untuk apa menyembunyikan masalah ini?Sebelum Wira berbicara, Shafa terbatuk ringan dan bangkit dari kursinya. "Tuan Wira, karena kamu dan Jenderal Doddy harus membahas masalah penting, aku dan kakakku bisa keluar dulu. Setelah kalian selesai berdiskusi, kami baru balik untuk makan."Wira tersenyum sambil menyahut, "Nggak usah, nggak ada yang perlu disembunyikan dari kalian berdua."Wira mengalihkan pandangannya menatap Doddy, lalu berkata, "Mungkin kamu nggak memahami tindakanku ini. Tapi, yang jelas aku melakukan semua ini demi keuntungan kita.""Jangan lupa, Huben memang orang kita. Tapi, masalah ini terjadi terlalu mendadak, bahkan terus ber
Doddy berpikir sejenak sebelum menimpali, "Aku juga sudah lupa. Pokoknya, Kak Wira selalu bawa wanita pulang setelah bepergian jauh. Yang jelas, kami sudah terbiasa. Lagian, para istrinya juga bersedia menerima istri baru Kak Wira. Mungkin, ini pesona istimewa yang dimilikinya?"Kaffa seketika kebingungan. Apa benar ada wanita yang bersedia berbagi suami dengan wanita lain? Atau mungkin Wira terlalu hebat sampai-sampai para wanita itu menurutinya tanpa berani membantah sedikit pun? Pokoknya, Wira benar-benar mengagumkan!....Di luar Dusun Darmadi, Wira diam-diam memeriksa keadaan di sekitar. Ketika mendapati tidak ada orang yang memperhatikannya, Wira baru masuk.Namun, sebelum Wira sempat melangkah lebih jauh, tiba-tiba muncul dua sosok yang menyerbu ke arahnya dengan cepat. Mereka mengadang Wira. "Berhenti! Siapa kamu?"Tatapan Wira tertuju pada kedua sosok itu. Mereka dari Pasukan Zirah Hitam. Wira pun menepuk kepalanya. Bagaimana bisa dia melupakan hal sepenting ini?Dusun Darmadi
"Ya sudah. Aku tunggu kabar darimu." Usai berbicara, Huben buru-buru keluar.Karena masalah banjir, banyak hal yang harus dikerjakan. Prioritas utama untuk sekarang sangat banyak. Huben tidak punya waktu untuk dibuang-buang."Tuan Wira, cepatlah pulang! Kami butuh bantuanmu di sini!" gumam Huben dengan pasrah. Pada akhirnya, dia terpaksa pergi.Ketika menatap punggung Huben, Wulan menggeleng. "Aku juga berharap suamiku pulang. Dia sudah nggak pulang setengah tahun. Memang ada surat darinya, tapi aku nggak tahu gimana kehidupannya sekarang.""Apalagi, ada begitu banyak masalah yang terjadi. Seharusnya suasana hatinya sedang buruk, 'kan? Sebagai istrinya, aku malah nggak bisa menemaninya. Konyol sekali ...."Ketika Wulan hendak masuk, tiba-tiba ada sosok yang berkelebat ke belakangnya. Wulan hanya merasakan angin kencang berembus. Ketika dia hendak menoleh, orang di belakang tiba-tiba menutup matanya. Hal ini pun membuat Wulan agak takut. Dia bertanya dengan panik, "Siapa kamu?"Tempat i
Wulan tanpa sadar bertanya demikian. Wira tersenyum sambil menyahut, "Dasar bodoh. Jangan pikir sembarangan. Selain kalian, yang paling kupercayai cuma Tuan Huben. Kalian juga tahu sedekat apa aku dengannya.""Hanya saja, aku nggak ingin mengganggunya kali ini. Terutama masalah banjir. Sampai sekarang aku nggak punya cara untuk mengatasinya. Jadi, biar mereka yang urus saja.""Kemampuan Tuan Huben jauh lebih hebat dari yang kamu bayangkan. Aku yakin dia bisa menemukan solusi yang sempurna untuk mengatasi masalah ini. Kita cuma perlu menunggu dengan sabar."Bukannya Wira tidak bertanggung jawab. Tetapi ada yang menjadi pertimbangannya.Jika Wira tidak menampakkan diri, Huben dan lainnya akan lebih mudah dalam mengurus masalah ini.Bagaimanapun, mereka bisa melimpahkan semua kesalahan kepada Wira. Orang-orang pun tidak akan mempersulit Huben dan lainnya.Hingga sekarang, Wira tidak punya solusi untuk masalah ini. Dia tidak mungkin memberi uang untuk membantu para pengungsi.Uang memang b
Mendengar kata dari selatan ke utara, Zaki dan Joko langsung tertegun dan kembali melihat peta di depan mereka.Setelah mengamati petanya dari sudut pandang berbeda, Zaki langsung terkejut sampai keringat dinginnya mengalir dan berkata dengan pelan, "Aku mengerti sekarang. Kalau tebakanku benar, mereka akan memblokir kita sepenuhnya di wilayah utara kalau mereka berhasil merebut Gunung Linang ini. Dengan begitu, seluruh wilayah dari Gunung Linang ke selatan akan dikuasai Wira."Mendengar perkataan itu, Darsa tersenyum.Setelah mendengar analisis Zaki, Joko yang berdiri di samping juga akhirnya mengerti situasinya dan berkata, "Ternyata begitu. Kalau begitu, selama pasukan Wira belum berhasil merebut Pulau Hulu dan bergerak ke Gunung Linang, mereka akan terus menyerang kita, 'kan?"Mendengar perkataan itu, semua orang tersenyum.Sementara itu, Darsa menganggukkan kepala dan berkata, "Benar. Sekarang mereka sudah menggunakan rencana saluran air dan kavaleri untuk menyerang kita pun masih
Zaki menambahkan, "Benar. Tuan, setelah memenangkan pertempuran ini, Wira pasti akan langsung pergi. Dia mana mungkin melancarkan serangan kedua."Mendengarkan perkataan keduanya, Darsa tersenyum dan berkata, "Aku tentu saja sangat yakin. Apa kalian tahu kenapa Wira bisa menyerang kita?"Kedua orang itu langsung tertegun sejenak karena sebelumnya mereka memang tidak memikirkan alasan di balik serangan itu.Zaki langsung tercengang sejenak, lalu berkata, "Tuan, bukankah mereka menyerang karena ingin merebut Pulau Hulu ini? Apa mereka punya tujuan lain?"Mendengar pertanyaan itu, Darsa tersenyum. Namun, dia tidak langsung menjawab, melainkan menatap Joko dan berkata sambil tersenyum, "Menurut kalian?"Joko juga tertegun karena dia tidak menyangka Darsa akan melemparkan pertanyaan ini padanya. Setelah berpikir sejenak, dia baru menjawab, "Menurutku, Wira memang ingin merebut Pulau Hulu ini. Tapi, apa mereka ada rencana di balik ini, aku masih belum terpikirkan."Semua orang juga langsung
Mendengar Darsa memuji dan bahkan memberikan penilaian yang sangat tinggi terhadap orang yang bernama Adjie ini, Zaki mengernyitkan alis dan berkata, "Tuan, kenapa kamu malah memuji musuh kita? Menurutku, nggak peduli siapa pun dia, tombakku ini pasti akan membunuhnya."Semua orang sudah terbiasa dengan temperamen Zaki yang buruk, sehingga kebanyakan dari mereka hanya tersenyum.Beberapa saat kemudian, Joko yang berdiri di samping pun tersenyum dan berkata, "Orang ini memang pandai menyusun strategi. Kalau tebakanku nggak salah, rencana membuka saluran air ini pasti ide dari Adjie, 'kan?"Joko menatap Guntur yang sedang berlutut saat mengatakan itu, jelas sedang bertanya pada Guntur.Setelah tertegun sejenak, Guntur baru berkata, "Benar, dia juga yang mengatur strategi penyerangan kami tadi. Tapi, kami benar-benar nggak menyangka dia bisa begitu keterlaluan sampai menjadikan orang-orang dari Desa Riwut sebagai umpan."Zaki mendengus, lalu langsung menendang Guntur dan berteriak dengan
Mendengar perkataan Darsa, semua orang menganggukkan kepala. Menurut mereka, apa yang dikatakan Darsa memang masuk akal.Pada saat itu, pintu tenda tiba-tiba terbuka dan Joko berjalan masuk. Setelah memberi salam pada Zaki, dia menatap Darsa dan berkata, "Aku sudah menangani semua perintah Tuan Darsa, sekarang tinggal menunggu laporan dari mata-mata. Kami sudah mengerahkan banyak mata-mata. Kalau ada informasi, mereka pasti akan segera melaporkannya."Mendengar laporan itu, Darsa merasa sangat puas. Dia menatap semua orang dan berkata, "Baiklah. Karena semuanya sudah diatur, sekarang kita akan menyusun rencana perang. Bisa dipastikan para perampok di Desa Riwut sudah bergabung dengan pasukan Wira. Apa kita berhasil menangkap salah satu dari mereka?"Tepat pada saat itu, salah seorang wakil jenderal yang bertugas untuk membersihkan medan perang memberi hormat dan berkata, "Tuan, sebelumnya kami memang berhasil menangkap satu tahanan. Orang ini tadinya berpura-pura mati, tapi untungnya p
Mendengar perkataan itu, Darsa menganggukkan kepala. Melihat Joko hendak pergi, dia baru teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Oh ya. Setelah selesai mengatur semuanya, datang lagi ke sini. Aku harus merencanakan beberapa hal lagi untuk langkah selanjutnya.""Baik!" jawab Joko.Setelah Joko pergi, Darsa mengernyitkan alis. Pada saat itu, dia melihat Zaki masuk dari luar. Dia langsung tertegun sejenak saat melihat Zaki, lalu bertanya, "Bagaimana? Pikiranmu sudah jernih?"Mendengar pertanyaan Darsa, Zaki menganggukkan kepala dan langsung berkata sambil memberi hormat, "Tuan Darsa, maaf, sebelumnya aku memang terlalu gegabah. Tapi, kali ini ada begitu banyak saudara kita yang tewas, aku benar-benar merasa nggak rela."Darsa tersenyum, lalu berkata, "Hehe. Ini bukan masalah, kita akan membalasnya lain kali. Kali ini mereka memang menang, tapi menang dan kalah adalah hal yang biasa dalam dunia peperangan. Kalau kamu putus asa dan hanya memikirkan soal balas dendam karena kekalahan k
Setelah pasukan utara kembali ke kemah, Darsa tidak bisa menahan amarahnya saat melihat ekspresi Zaki dan berkat, "Zaki, sebagai jenderal garis depan, kenapa kamu begitu gegabah? Musuh pasti sudah menyiapkan jebakan di depan makanya mereka mundur, tapi kamu malah masih ingin membawa pasukan untuk mengejar mereka."Mendengar perkataan itu, wajah Zaki langsung memerah. Setelah terdiam sejenak, dia baru berkata, "Kali ini memang aku yang salah perhitungan. Tapi, musuh kita benar-benar licik. Kalau kita terus membiarkan mereka begitu, kita akan terus dipermainkan mereka."Ekspresi Darsa langsung terlihat kecewa dan berkata dengan marah, "Tipu muslihat adalah hal yang biasa dalam perang dan ini sudah menjadi aturan sejak dulu. Apa yang kamu pikirkan? Aku beri tahu kamu, aku akan melupakan kesalahanmu kali ini kalau kamu bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik."Darsa mendengus, lalu menoleh pada Joko dan berkata dengan pelan, "Bawa orang-orangmu untuk menghitung jumlah korban dan pasukan
Pengirim pesan itu segera memberi hormat, lalu langsung berjalan keluar.Setelah pengirim pesan itu pergi, Darsa baru menghela napas. Saat ini, semuanya sudah direncanakan, tetapi tergantung pada takdir apakah ini akan berhasil atau tidak. Jika 10 ribu pasukan ini masih tidak bisa membawa kembali Joko dan Zaki, situasinya akan makin merepotkan.Saat itu, Wira yang berada di medan perang tiba-tiba menoleh dan melihat musuh sudah mengerahkan tambahan 10 ribu pasukan pun terkejut karena hal ini di luar perkiraannya. Dia tidak menyangka musuh masih memiliki pasukan sebanyak ini dan sebelumnya mereka juga sudah menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Mengapa mereka tidak langsung mengerahkan seluruh pasukan?Sebelumnya, Wira dan pasukannya sudah berhasil menghancurkan semangat bertarung pasukan utara. Namun, begitu melihat musuh mendapat pasukan tambahan lagi sekarang, mereka langsung terkejut. Mereka tidak menduga musuh mereka ternyata begitu hebat.Tepat pada saat itu, salah seorang yang te
Begitu kedua belah pihak bertabrakan, suara benturannya langsung bergema dan kekuatan yang dahsyat membuat keduanya terlempar dari kuda mereka.Joko bisa begitu dipercaya Darsa karena ternyata kekuatannya memang luar biasa. Dia mendengus, dan segera memutar tubuhnya sambil mengayunkan senjatanya, lalu mendarat di tanah. Serangannya seharusnya sudah sangat cepat, tetapi dia tidak menyangka Arhan malah lebih cepat. Saat kakinya menyentuh tanah, Arhan sudah kembali menyerangnya.Keduanya bertarung dengan sangat sengit, membuat suasana medan perang menjadi makin kacau.Namun, pertarungan antara kedua orang itu malah membuat pasukan utara makin terdesak. Menurut mereka, kekuatan musuh mereka ini benar-benar luar biasa. Bahkan ada salah seorang prajurit yang berkata, "Kenapa pasukan musuh begitu kuat? Ini benar-benar merepotkan."Banyak prajurit lainnya yang menganggukkan kepala juga. Menurut mereka, kemampuan pasukan musuh kali ini benar-benar sangat hebat dan di luar perkiraan mereka. Bahk
Hayam menganggukkan kepala setelah mendengar Adjie berkata seperti itu, lalu segera berbalik dan memimpin pasukannya mendekati Wira.Saat melihat Agha juga memimpin pasukan untuk datang mengepung, Darsa yang berada di dalam tenda langsung terkejut. Dia selalu mengira bala bantuan dari pihak musuh hanya pasukan kavaleri yang bersembunyi di kegelapan, tetapi ternyata masih ada begitu banyak infanteri.Ekspresi Darsa langsung menjadi muram saat teringat dengan banjir yang tiba-tiba terjadi sebelumnya. Setelah tertegun sesaat, dia akhirnya menyadari semua itu adalah bagian dari jebakan yang sudah direncanakan musuh. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, bantu Zaki untuk mundur, sekarang bukan saatnya untuk menyerang."Ekspresi Joko berubah, lalu menganggukkan kepala dan berkata, "Baik, kita akan segera menerobos keluar."Namun, saat melihat pasukan musuh, seseorang yang berada di samping Joko berkata, "Sialan. Kita benar-benar nggak menyangka hal ini, tapi kekuatan mereka memang lu