Ketika Wira dan lainnya sedang bersenang-senang, tiba-tiba pintu didorong oleh seseorang. Sebuah sosok muncul di hadapan mereka semua. Sosok itu tidak lain adalah Huben yang mencari Wulan pagi ini!Begitu melihat Huben, ekspresi Wira langsung tampak canggung. Tawa di rumah pun berhenti. Tatapan Wulan dan lainnya sontak tertuju pada Huben. Suasana ini sungguh mencanggungkan!"Uhuk, uhuk." Wira terbatuk dua kali, lalu meletakkan gelasnya dan bangkit untuk menghampiri Huben. "Aku juga baru sampai. Kudengar kamu mencariku tadi.""Rencananya, aku bakal menemuimu setelah acara makan-makan di rumahku selesai. Aku nggak nyangka kamu bakal mendapat kabar kepulanganku secepat ini dan langsung datang kemari."Wira jelas-jelas telah begitu berhati-hati, tetapi masih tidak bisa mengelabui Huben. Sebenarnya tidak ada yang perlu diherankan. Jika Huben begitu mudah untuk ditipu, bagaimana mungkin dia menjadi orang kepercayaan Wira?Huben mendengus dan memalingkan wajahnya. Dia tahu apa yang dipikirkan
"Tuan Huben, aku paling suka bicara dengan orang pintar sepertimu. Seharusnya kamu sudah tahu isi pikiranku, 'kan?" ujar Wira.Berbicara dengan orang cerdas tidak perlu bertele-tele. Kadang, mereka bisa memahami maksud seseorang tanpa perlu diungkapkan.Ini juga alasan kenapa Wira begitu menyukai Huben. Bahkan, Wira sampai menyerahkan markas utamanya untuk dikelola Huben. Bisa dilihat betapa besarnya kepercayaan Wira terhadap Huben."Aku tahu." Huben mengembuskan napas panjang. "Aku tentu tahu posisimu sedang sulit. Harus ada pengorbanan yang dibuat untuk mengatasi masalah ini. Bahkan, kelak mungkin akan ada masalah yang terjadi karena keputusan yang dibuat sekarang.""Tapi, ada juga keuntungannya. Kalau kita menggunakan kas negara untuk membantu para rakyat, kalau suatu hari terjadi perang dan keuangan kita belum pulih, para rakyat nggak mungkin mengabaikan begitu saja.""Tuan Wira, sekarang reputasimu sudah tercoreng. Kudengar banyak orang yang menyebarkan rumor di luar sana untuk me
Cara yang satu terlalu berisiko, cara yang satu lagi terlalu lambat. Semua ini bukan solusi yang sempurna.Namun, tidak peduli bagaimana Wira memutar otaknya, dia tidak bisa terpikir akan cara ketiga. Sementara itu, Huben masih punya cara terakhir. Wira tentu ingin mendengarnya. Mungkin, cara ini adalah cara yang terbaik untuk mengatasi masalah."Cara terakhir adalah berinisiatif menyatakan perang. Jika ingin mengatasi masalah internal, kita harus mengalihkan target kepada orang lain. Tapi, semua ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak ketahuan. Dengan kata lain, harus ada yang menjadi kambing hitam supaya nama baik kita nggak tercoreng."Meskipun strategi ini merugikan orang lain, harus diakui bahwa ini adalah metode terbaik. Wira sama sekali tidak terpikir akan cara ini sebelumnya. Setelah diperingatkan oleh Huben, Wira baru tersadarkan. Huben memang genius!"Tuan Wira, aku sudah memberitahumu semua solusi yang terpikirkan olehku. Gimana menurutmu?" tanya Huben.Wira mengetuk
Wira tersenyum getir. Sekalipun Huben tidak mengatakannya, dia tetap memahami prinsip ini. Keamanan para rakyat tentu lebih penting dari kebahagiaan sendiri. Mungkin, ini alasan mengapa Wira tidak ingin menjadi raja.Begitu menjadi raja, Wira hanya akan bertambah repot. Dia tidak akan punya waktu untuk diri sendiri dan istri-istrinya. Wira adalah orang yang menyukai kebebasan. Jika dibandingkan dengan kekuasaan, dia lebih mementingkan kebebasan!"Oke, aku bakal kembali ke Provinsi Yonggu malam ini juga. Sudah saatnya aku bicara dengan Raja Kresna," ucap Wira.Begitu mendengar nama ini, Huben terkejut. "Raja Kresna? Dia lagi di Provinsi Yonggu?""Benar sekali." Wira mengangguk. "Kenapa? Kamu juga tahu Raja Kresna?""Mana mungkin aku nggak tahu." Huben memegang janggutnya sambil meneruskan dengan pelan,"Di Kerajaan Agrel, ada 3 orang yang memegang kekuasaan paling besar. Raja Kresna adalah salah satunya. Selain itu, dia punya kekuasaan militer terbesar!""Orang ini bukan pengangguran sep
Setelah langit berangsur terang, Wira baru berbaring di meja dan tertidur lelap. Tubuhnya dipenuhi bau alkohol.Setelah Huben pergi, Wira terus menyendiri di ruang tamu. Dia minum tanpa henti karena hatinya kurang nyaman.Wira tidak ingin curhat kepada siapa pun. Dia mungkin akan merasa nyaman setelah curhat, tetapi orang lain mungkin akan merasa tertekan.Beberapa hal memang seharusnya dihadapi sendirian, seperti hubungannya dengan Senia. Demi kedamaian dunia, apa maknanya teman lama, apalagi mereka dari suku yang berbeda?Wulan memasuki ruang tamu dengan hati-hati, lalu meletakkan jaket di punggung Wira. Gerakannya pelan, tetapi Wira tetap terbangun.Wira bergerak sedikit, lalu perlahan-lahan bangkit. Lengannya terasa agak kebas."Kenapa nggak tidur lagi? Masih terlalu pagi," ucap Wira dengan lembut sambil berbalik dan memeluk Wulan.Wulan menggeleng dan menimpali, "Kamu juga nggak tidur. Gimana bisa aku tidur nyenyak?""Kemarin kamu dan Tuan Huben mengobrol lama sekali. Sepertinya T
"Tuan, kenapa kamu kembali?" Begitu Wira tiba di depan pintu, Danu kebetulan keluar dan menabraknya. Tatapannya dipenuhi kebingungan. Bukannya Wira berniat untuk bersembunyi? Kenapa malah kembali?"Di mana Raja Kresna? Aku mau ketemu dia," ujar Wira langsung.Sepertinya, orang yang paling khawatir selama beberapa waktu ini adalah Kresna, 'kan? Jika Kresna tahu dirinya kembali, Kresna pasti akan langsung menemuinya. Tidak perlu Wira repot-repot mencarinya."Dia di kamar. Dia cukup tenang beberapa hari ini kok. Tapi, kudengar dia terus mencari jejakmu," timpal Danu.Wira mengangguk. "Kalau begitu, aku temui dia dulu."Apa aku perlu ikut?" Danu mencemaskan keselamatan Wira.Wira terkekeh-kekeh sebelum menyahut, "Nggak usah. Aku bukan mau berkelahi dengannya kok. Cuma ada hal penting yang harus dibahas. Tapi, aku memang butuh bantuan kalian."Tiba-tiba, muncul sesosok di benak Wira.Danu berkata, "Katakan saja kalau butuh bantuan. Nggak usah sungkan-sungkan padaku.""Aku mau informasi tent
"Yang Mulia, Tuan Wira datang ...." Pria itu terbata-bata dan tampak ketakutan. Pada saat yang sama, dia mundur dua langkah.Seketika, Wira muncul di hadapan Kresna. Ternyata itu benar-benar Wira! Kresna tak kuasa termangu. Dia tidak bodoh. Kresna tahu Wira sengaja bersembunyi darinya. Siapa sangka, Wira malah tiba-tiba muncul sekarang. Situasi macam apa ini?"Raja Kresna, lama nggak ketemu. Belakangan ini aku sangat sibuk, makanya aku pergi tanpa berpamitan. Kamu nggak keberatan, 'kan?" ucap Wira.Wira melirik pria berpakaian hitam di samping, lalu langsung berjalan masuk dan duduk. Sikap santainya ini terlihat seolah-olah dia sedang pulang ke rumahnya. Suasana pun tidak terlalu canggung.Kresna membalas, "Mana mungkin aku keberatan? Sebagai pemimpin, kamu pasti sibuk karena ada banyak masalah yang terjadi belakangan ini. Aku sudah merasa sangat terhormat karena kamu masih ingat padaku."Wira tak kuasa merasa lucu melihat penampilan Kresna yang bermuka dua. Namun, dia tetap berpura-p
Senia terus memikirkan cara untuk melemahkan kekuasaan Kresna. Kali ini, tindakan Senia yang mengutusnya sudah cukup untuk membuktikan bahwa akan ada perubahan yang terjadi. Inilah hal yang paling dikhawatirkan Kresna.Wira terkekeh-kekeh dan membalas, "Boleh saja. Aku bisa menghargai permintaanmu ini. Kamu boleh membawa Dahlan pergi nanti. Kalau masalah Desa Damaro, aku bakal membantu kalian mengurusnya. Aku nggak bakal membiarkan mereka mencari masalah dengan kalian."Kresna merasa senang. Dia tidak menyangka semuanya akan berjalan selancar ini. Apa mungkin terjadi sesuatu pada Wira? Jika tidak, mana mungkin dia berubah pikiran secepat ini?Wira meneruskan, "Aku mengambil inisiatif untuk mencarimu karena ada yang ingin kubahas. Aku rasa kamu bakal sangat tertarik dengan tawaranku.""Tawaran?" Kresna menatap Wira dengan bingung. Memangnya keuntungan apa yang bisa Wira dapatkan dari dirinya?Wira menyahut, "Ya, ada penawaran besar. Kamu adalah orang yang paling cocok untuk penawaran in
Bisa dikatakan, hampir tidak ada pemimpin seperti Wira di dunia ini."Semuanya sudah beres. Raja kami mengikuti saran darimu dan mengeluarkan banyak dana untuk bantuan bencana. Sekarang keadaan sudah stabil dan rakyat sudah tenang. Kami benar-benar berterima kasih kepadamu."Sambil tersenyum, Trenggi meneruskan, "Kalau bukan karena saranmu, mungkin Kerajaan Nuala sudah jatuh dalam kekacauan sekarang ...."Ketika membahas hal ini, Trenggi tidak bisa menahan diri untuk menggeleng. Seperti yang Wira perkirakan sebelumnya, karena tidak ada bantuan bencana, banyak rakyat menderita dan masalah terus bermunculan.Ketika rakyat tidak bisa makan, mereka tentu bisa melakukan apa saja. Untungnya, bantuan segera diberikan sehingga masalah teratasi dan tidak terjadi kekacauan yang lebih besar.Namun, pada awalnya Osman tidak berniat menggunakan kas kerajaan untuk menghemat uang. Meskipun ingin membantu rakyat, dia tidak berani mengambil risiko itu demi melindungi dirinya sendiri.Bagaimanapun, jika
"Sepertinya orang-orang dari wilayah barat nggak akan melepaskanmu begitu saja. Jadi, apa rencana selanjutnya?""Menurutku, kita bisa mencoba cara lain, yaitu dengan menyerang wilayah barat terlebih dahulu. Wilayah barat cuma sebuah negara kecil di perbatasan. Alasan mereka bisa bertahan sampai sekarang cuma karena punya gurun sebagai pelindung alami.""Kamu sudah menjelajahi gurun itu sekali, jadi pasti sudah tahu jalannya. Kalau kamu memimpin, ditambah pasukan dari kedua belah pihak, kita pasti bisa menghancurkan mereka. Ketika saat itu tiba, jangankan penguasa kecil di Provinsi Tengah, bahkan seluruh wilayah barat pun akan tunduk kepada kita."Trenggi menjelaskan dengan perlahan. Sejak dia menjadi Jenderal Besar Kerajaan Nuala, dia selalu memikirkan cara untuk memperluas wilayah kekuasaan kerajaan.Di masa kekacauan, yang kuat yang berkuasa. Untuk menjadi penguasa di tengah kekacauan, hal pertama yang dibutuhkan adalah tanah yang cukup luas dan rakyat yang banyak. Hanya dengan itu,
Pihak Wira hanya ada empat orang, sementara mereka memobilisasi puluhan ribu orang dan masih gagal menghentikan Wira. Jika sampai berita ini tersebar, bukankah mereka akan menjadi bahan tertawaan? Sungguh memalukan."Jenderal, kami sudah berusaha sekuat tenaga. Dalam perjalanan kembali, kami sudah menghitung jumlah korban. Ada lebih dari 800 orang yang tewas.""Bahkan, Caraka juga tewas di tangan Wira. Kami gagal menjalankan tugas. Mohon Jenderal dapat memaafkan kami ...."Seorang wakil jenderal perlahan-lahan maju, lalu segera membungkukkan tubuhnya dan berbicara. Dia merasa sangat gelisah.Saka terkenal tegas dan ketat. Kegagalan dalam menjalankan tugas tentu sulit untuk dimaafkan. Dia menatap dingin wakil jenderal itu, lalu mengerutkan alis dan berkata, "Mereka sudah pergi. Nggak ada gunanya dibahas lagi.""Segera cari orang yang lebih dapat diandalkan dan kejar rombongan Wira. Aku nggak peduli siapa mereka atau sejauh apa mereka melarikan diri. Intinya, orang yang berani menentangk
Setelah mengatakan itu, Caraka memandang orang-orang di belakangnya. Meskipun mereka berasal dari wilayah barat, mereka juga mematuhi perintahnya karena sekarang dia sudah memegang kekuasaan besar. Apalagi sekarang dia juga sudah mendapat informasi yang tepat dari Wira.Sebelum datang ke sini, Saka sudah menyerahkan tugas penting ini pada Caraka dan semua pasukan yang berada di sana harus tunduk pada perintah Caraka. Meskipun Wendi sudah menyiapkan formasi racun di sekitar, mereka tetap terus menerjang ke arah Wira dan yang lainnya dengan kekuatan yang luar biasa saat Caraka memberikan perintahnya."Agha, bunuh dia," kata Wira yang sudah mulai kesal karena Caraka terus mendesaknya sambil menatap Agha di sampingnya."Kak Wira, kamu harus hati-hati. Aku akan pergi memenggal kepala orang itu sekarang juga," kata Agha, lalu langsung melompat dan segera menerjang ke arah Caraka. Darah mengalir dengan deras di semua tempat yang dilewatinya.Melihat Agha begitu berani, para pasukan di sekitar
"Jaran sudah bertemu dengan kami. Tapi, sekarang dia bukan hanya nggak muncul di hadapanmu, dia juga nggak ada di sampingku. Jadi, kamu rasa dia pasti ada di mana sekarang?" kata Wira sambil terus memikirkan langkah selanjutnya karena dia tidak bisa terus terjebak di sana.Jumlah di pihak lawannya begitu banyak, Wira merasa dia pasti akan rugi jika bertarung dengan mereka di sana. Ditambah dengan banyaknya orang di sekitarnya, satu-satunya caranya untuk keluar dari sana adalah menggunakan taktik melarikan diri.Pada saat itu, pandangan Wira pun tertuju pada Wendi. Saat mereka dikepung Saka sebelumnya, Wendi mengeluarkan dua tabung bambu dari sakunya. Setelah menyebarkan isi tabungnya, bahkan orang-orang yang berdiri jauh dari mereka pun merasa matanya sakit. Sementara itu, orang yang berdiri lebih dekat dengan mereka, kebanyakan yang langsung kehilangan nyawanya.Jika bukan karena begitu, Wira juga tidak akan membiarkan Wendi ikut bersamanya. Wanita ini jauh lebih mengerikan dari yang
Wira dan lainnya berhasil segera melintasi Provinsi Tengah tanpa menarik perhatian siapa pun karena Wira memiliki peta. Namun, dia melihat beberapa pengumuman tentang mereka di luar tembok kota. Sepertinya, Saka merasa tidak cukup hanya dengan membakar gunung, sekarang Saka juga mengatur penjagaan di sana dan membuat banyak pengumuman. Sungguh menyebalkan.Wira mengepalkan tinjunya, tetapi dia juga hanya bisa menahan amarahnya. Jika sekarang bahkan dia pun tidak bisa tenang, bagaimana dengan yang lainnya? Dia tidak ingin melihat mereka ikut menderita karena tindakannya. Jika dia membuat keputusan yang salah, orang-orang di sekitarnya akan kehilangan nyawa mereka dan ini bukan transaksi yang menguntungkan.Saat hampir tiba di pintu masuk gurun, Wira dan yang lainnya juga merasa lega. Jika sudah sampai di sini, mereka sudah hampir aman. Selama mereka bisa melewati gurun putih di hadapan mereka, berarti mereka sudah berhasil.Saat Wira hendak memimpin yang lainnya untuk memasuki gurun, di
Selama bertahun-tahun ini, Agha juga selalu mengikuti Wira berperang dari selatan ke utara dan sudah mengalami banyak hal. Namun, ini pertama kalinya dia merasa begitu menyedihkan. Saat ini, dia merasa sangat kesal karena harus terjebak di sini, sehingga dia tidak akan melepaskan Saka ini. Meskipun harus mengorbankan banyak hal, dia juga harus membalas tindakan Saka.Wira memelototi Agha dan berkata dengan kesal, "Omong kosong. Kita nggak boleh gegabah, kamu sudah bosan hidup ya? Selama kita muncul di Provinsi Tengah yang dikuasai Saka ini, orang-orangnya pasti akan menyadari keberadaan kita. Aku tahu suasana hati kalian buruk karena sekarang kita terjebak di sini, tapi kita juga nggak boleh terlalu gegabah. Kalau nggak, kita akan sulit keluar dari sini."Mendengar perkataan Wira, Agha akhirnya terdiam."Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Fikri.Wira menatap api yang masih memenuhi langit dan perlahan-lahan berkata dengan nada dingin, "Aku lihat apinya sudah perlahan-la
"Berikan aku waktu dua hari untuk memikirkannya dengan baik dulu," kata Caraka yang tidak menolak kebaikan Saka. Namun, dia juga tidak langsung menyetujuinya, setidaknya ini bisa menjadi jalan lain untuknya. Jika dia bisa bertemu dengan Jaran lagi dalam dua hari ini, dia tentu saja tidak akan memilih untuk tetap tinggal di wilayah barat. Tidak ada yang ingin meninggalkan kampung halamannya.Namun, jika benar-benar terjadi sesuatu dengan Jaran, Caraka tentu tidak akan berani kembali ke wilayah tandus di utara lagi. Pada saat itu, Senia pasti akan menginginkan nyawanya. Lebih baik dia mengikuti Saka, setidaknya bisa menyelamatkan nyawanya dan hidup dengan tenang."Baiklah. Kamu memang cukup berbakat dan aku ini sangat toleran pada orang-orang yang berbakat, jadi aku akan memberimu waktu untuk berpikir. Aku tahu kamu ini orang pintar, pasti bisa membuat keputusan yang tepat," kata Saka sambil tersenyum puas dan menepuk bahu Caraka.Namun, Caraka tidak mengatakan apa-apa.....Satu jam kem
Saka merasa ini adalah penipuan dan dia tidak bisa menerimanya."Nggak mungkin, pasti ada yang salah di sini. Apa mungkin temanku itu sudah dikalahkan Wira dan kelompoknya dan mereka membawanya pergi? Mereka pasti sedang bersembunyi di suatu tempat. Asalkan kita terus memeriksa tempat ini, kita pasti bisa menemukan jejak Wira," kata Caraka dengan tegas.Saat ini, hanya ini satu-satunya cara yang terpikirkan oleh Caraka. Meskipun cara ini belum tentu berhasil, setidaknya ini satu-satunya cara yang ada.Setelah ragu sejenak, Saka bertanya, "Bagaimana kalau kita tetap nggak menemukan jejak mereka?""Mudah saja, aku serahkan nyawaku padamu," kata Caraka dengan tegas. Lagi pula, jika dia tidak bisa membawa Jaran kembali Kerajaan Agrel dengan selamat, dia juga tidak akan bertahan hidup lagi. Lebih baik dia pasrah saja.Saka tertawa dingin dan berkata, "Aku sama sekali nggak tertarik dengan nyawamu, tapi aku punya ide bagus. Melihat kamu begitu teguh, ini membuktikan Wira dan kelompoknya bena