"Kak Wira, apa yang kamu tertawakan?" tanya Doddy sambil menoleh dan melirik Wira dengan bingung.Di sisi lain, Sahim dan lainnya seperti melihat harapan kembali. "Aku tahu Tuan Wira bukan orang yang ingkar janji. Orang seperti Tuan Wira juga nggak mungkin bersikap perhitungan pada orang picik seperti kami.""Ya! Apalagi kami sudah bertobat sekarang. Tuan Wira nggak mungkin nggak memberi kami kesempatan, 'kan?"Sahim dan lainnya serentak berlutut.Wira tersenyum sambil membalas, "Tenang saja, aku nggak berniat membunuh kalian. Kalau nggak, aku pasti sudah memenjarakan kalian tadi. Mana mungkin aku membawa kalian keluar lagi?""Begini saja, karena sebelumnya kalian adalah perampok, itu berarti kalian punya keyakinan terhadap kemampuan sendiri. Aku bisa memberi kalian kesempatan untuk bergabung dengan pasukanku. Kelak, kalian bisa berkembang. Kalian pasti setuju, 'kan?"Wira memang tersenyum, tetapi nada bicaranya justru sangat tegas, bahkan mengandung sedikit ancaman. Jika ada yang bera
Danu dan Doddy adalah jenderal Wira, sedangkan Huben dan Osmaro adalah penasihat Wira. Mereka semua adalah orang kepercayaan Wira.Kini, Wira telah kembali ke Dusun Darmadi. Ditambah lagi, belakangan ini ada banyak masalah yang terjadi. Wira seharusnya memberi tahu Huben semuanya.Makanya, Doddy merasa heran. Sekalipun tidak memberi tahu Huben, untuk apa menyembunyikan masalah ini?Sebelum Wira berbicara, Shafa terbatuk ringan dan bangkit dari kursinya. "Tuan Wira, karena kamu dan Jenderal Doddy harus membahas masalah penting, aku dan kakakku bisa keluar dulu. Setelah kalian selesai berdiskusi, kami baru balik untuk makan."Wira tersenyum sambil menyahut, "Nggak usah, nggak ada yang perlu disembunyikan dari kalian berdua."Wira mengalihkan pandangannya menatap Doddy, lalu berkata, "Mungkin kamu nggak memahami tindakanku ini. Tapi, yang jelas aku melakukan semua ini demi keuntungan kita.""Jangan lupa, Huben memang orang kita. Tapi, masalah ini terjadi terlalu mendadak, bahkan terus ber
Doddy berpikir sejenak sebelum menimpali, "Aku juga sudah lupa. Pokoknya, Kak Wira selalu bawa wanita pulang setelah bepergian jauh. Yang jelas, kami sudah terbiasa. Lagian, para istrinya juga bersedia menerima istri baru Kak Wira. Mungkin, ini pesona istimewa yang dimilikinya?"Kaffa seketika kebingungan. Apa benar ada wanita yang bersedia berbagi suami dengan wanita lain? Atau mungkin Wira terlalu hebat sampai-sampai para wanita itu menurutinya tanpa berani membantah sedikit pun? Pokoknya, Wira benar-benar mengagumkan!....Di luar Dusun Darmadi, Wira diam-diam memeriksa keadaan di sekitar. Ketika mendapati tidak ada orang yang memperhatikannya, Wira baru masuk.Namun, sebelum Wira sempat melangkah lebih jauh, tiba-tiba muncul dua sosok yang menyerbu ke arahnya dengan cepat. Mereka mengadang Wira. "Berhenti! Siapa kamu?"Tatapan Wira tertuju pada kedua sosok itu. Mereka dari Pasukan Zirah Hitam. Wira pun menepuk kepalanya. Bagaimana bisa dia melupakan hal sepenting ini?Dusun Darmadi
"Ya sudah. Aku tunggu kabar darimu." Usai berbicara, Huben buru-buru keluar.Karena masalah banjir, banyak hal yang harus dikerjakan. Prioritas utama untuk sekarang sangat banyak. Huben tidak punya waktu untuk dibuang-buang."Tuan Wira, cepatlah pulang! Kami butuh bantuanmu di sini!" gumam Huben dengan pasrah. Pada akhirnya, dia terpaksa pergi.Ketika menatap punggung Huben, Wulan menggeleng. "Aku juga berharap suamiku pulang. Dia sudah nggak pulang setengah tahun. Memang ada surat darinya, tapi aku nggak tahu gimana kehidupannya sekarang.""Apalagi, ada begitu banyak masalah yang terjadi. Seharusnya suasana hatinya sedang buruk, 'kan? Sebagai istrinya, aku malah nggak bisa menemaninya. Konyol sekali ...."Ketika Wulan hendak masuk, tiba-tiba ada sosok yang berkelebat ke belakangnya. Wulan hanya merasakan angin kencang berembus. Ketika dia hendak menoleh, orang di belakang tiba-tiba menutup matanya. Hal ini pun membuat Wulan agak takut. Dia bertanya dengan panik, "Siapa kamu?"Tempat i
Wulan tanpa sadar bertanya demikian. Wira tersenyum sambil menyahut, "Dasar bodoh. Jangan pikir sembarangan. Selain kalian, yang paling kupercayai cuma Tuan Huben. Kalian juga tahu sedekat apa aku dengannya.""Hanya saja, aku nggak ingin mengganggunya kali ini. Terutama masalah banjir. Sampai sekarang aku nggak punya cara untuk mengatasinya. Jadi, biar mereka yang urus saja.""Kemampuan Tuan Huben jauh lebih hebat dari yang kamu bayangkan. Aku yakin dia bisa menemukan solusi yang sempurna untuk mengatasi masalah ini. Kita cuma perlu menunggu dengan sabar."Bukannya Wira tidak bertanggung jawab. Tetapi ada yang menjadi pertimbangannya.Jika Wira tidak menampakkan diri, Huben dan lainnya akan lebih mudah dalam mengurus masalah ini.Bagaimanapun, mereka bisa melimpahkan semua kesalahan kepada Wira. Orang-orang pun tidak akan mempersulit Huben dan lainnya.Hingga sekarang, Wira tidak punya solusi untuk masalah ini. Dia tidak mungkin memberi uang untuk membantu para pengungsi.Uang memang b
Ketika Wira dan lainnya sedang bersenang-senang, tiba-tiba pintu didorong oleh seseorang. Sebuah sosok muncul di hadapan mereka semua. Sosok itu tidak lain adalah Huben yang mencari Wulan pagi ini!Begitu melihat Huben, ekspresi Wira langsung tampak canggung. Tawa di rumah pun berhenti. Tatapan Wulan dan lainnya sontak tertuju pada Huben. Suasana ini sungguh mencanggungkan!"Uhuk, uhuk." Wira terbatuk dua kali, lalu meletakkan gelasnya dan bangkit untuk menghampiri Huben. "Aku juga baru sampai. Kudengar kamu mencariku tadi.""Rencananya, aku bakal menemuimu setelah acara makan-makan di rumahku selesai. Aku nggak nyangka kamu bakal mendapat kabar kepulanganku secepat ini dan langsung datang kemari."Wira jelas-jelas telah begitu berhati-hati, tetapi masih tidak bisa mengelabui Huben. Sebenarnya tidak ada yang perlu diherankan. Jika Huben begitu mudah untuk ditipu, bagaimana mungkin dia menjadi orang kepercayaan Wira?Huben mendengus dan memalingkan wajahnya. Dia tahu apa yang dipikirkan
"Tuan Huben, aku paling suka bicara dengan orang pintar sepertimu. Seharusnya kamu sudah tahu isi pikiranku, 'kan?" ujar Wira.Berbicara dengan orang cerdas tidak perlu bertele-tele. Kadang, mereka bisa memahami maksud seseorang tanpa perlu diungkapkan.Ini juga alasan kenapa Wira begitu menyukai Huben. Bahkan, Wira sampai menyerahkan markas utamanya untuk dikelola Huben. Bisa dilihat betapa besarnya kepercayaan Wira terhadap Huben."Aku tahu." Huben mengembuskan napas panjang. "Aku tentu tahu posisimu sedang sulit. Harus ada pengorbanan yang dibuat untuk mengatasi masalah ini. Bahkan, kelak mungkin akan ada masalah yang terjadi karena keputusan yang dibuat sekarang.""Tapi, ada juga keuntungannya. Kalau kita menggunakan kas negara untuk membantu para rakyat, kalau suatu hari terjadi perang dan keuangan kita belum pulih, para rakyat nggak mungkin mengabaikan begitu saja.""Tuan Wira, sekarang reputasimu sudah tercoreng. Kudengar banyak orang yang menyebarkan rumor di luar sana untuk me
Cara yang satu terlalu berisiko, cara yang satu lagi terlalu lambat. Semua ini bukan solusi yang sempurna.Namun, tidak peduli bagaimana Wira memutar otaknya, dia tidak bisa terpikir akan cara ketiga. Sementara itu, Huben masih punya cara terakhir. Wira tentu ingin mendengarnya. Mungkin, cara ini adalah cara yang terbaik untuk mengatasi masalah."Cara terakhir adalah berinisiatif menyatakan perang. Jika ingin mengatasi masalah internal, kita harus mengalihkan target kepada orang lain. Tapi, semua ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak ketahuan. Dengan kata lain, harus ada yang menjadi kambing hitam supaya nama baik kita nggak tercoreng."Meskipun strategi ini merugikan orang lain, harus diakui bahwa ini adalah metode terbaik. Wira sama sekali tidak terpikir akan cara ini sebelumnya. Setelah diperingatkan oleh Huben, Wira baru tersadarkan. Huben memang genius!"Tuan Wira, aku sudah memberitahumu semua solusi yang terpikirkan olehku. Gimana menurutmu?" tanya Huben.Wira mengetuk
Di mata semua orang, Doly sudah menjadi pengkhianat yang tidak termaafkan. Keadaannya bisa terpuruk seperti sekarang, dia mereka benar-benar menyedihkan dan menggelikan."Tuan Wira, aku akan kembali ke kamarku untuk beristirahat dulu. Tubuhku masih terluka, jadi harap Tuan Wira bisa memakluminya," kata Doly. Melihat Wira menganggukkan kepala, dia pun pergi.Pada saat yang bersamaan, Wira juga bergegas kembali ke kamarnya. Semua urusan sudah hampir selesai, sekarang dia benar-benar perlu beristirahat. Dia sudah tidak tidur selama satu hari satu malam dan sekarang dia merasa sangat lelah.Setibanya di kamar, Wira langsung tertidur. Selain itu, dia juga sudah memerintahkan pengawal yang berjaga di luar untuk tidak membangunkannya jika tidak ada hal yang mendesak. Masalah di wilayah tandus di utara dan bencana banjir sudah selesai diatasi, dia akhirnya bisa tidur dengan nyenyak.....Di Kerajaan Agrel.Setelah perjalanan selama beberapa hari, Senia dan rombongannya akhirnya sudah kembali k
"Untuk sementara ini nggak perlu," kata Wira sambil melambaikan tangan pada Doly.Doly berkata dengan tegas, "Orang itu sangat keras kepala, mungkin hanya Dokter Arifin yang punya kemampuan untuk membuatnya berbicara. Sekarang kita harus segera mencari cara untuk menghadapi makhluk beracun itu sebelum Senia kembali ke wilayah tandus di utara dan mengembangkan lebih banyak makhluk beracun. Ini akan menjadi bencana bagi rakyat.""Aku tahu Tuan Wira selalu mengutamakan kebaikan dan kesejahteraan rakyat, kamu pasti nggak ingin melihat hal itu terjadi, 'kan? Saat itu aku juga melawan Senia karena hal ini dan akhirnya aku terancam mati. Kalau nggak ada bantuan Tuan Wira, mungkin sekarang aku sudah mati."Dia ingin segera mengetahui kebenarannya bukan karena dendam pribadi. Meskipun suatu hari nanti Senia kalah dan berdiri di hadapannya, dia juga tidak akan sanggup membunuh Senia. Bagaimanapun juga, dia tidak pernah menganggap Senia sebagai musuhnya. Mungkin semua ini hanya karena perbedaan p
Wira menunggu respons dari Nayara. Namun, Nayara menggertakkan giginya dengan erat dan tetap tidak berbicara, seolah-olah tidak mendengar apa-apa. Dari keringat dingin di keningnya, dia bisa melihat Nayara sebenarnya juga sangat bingung dan jelas ketakutan. Dia benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang dipertimbangkan Nayara."Biarkan dia memikirkannya dengan baik dulu, beri dia sedikit waktu lagi. Lagi pula, sekarang kita juga nggak terburu-buru. Meskipun dia memberi tahu kita rahasia dari makhluk beracun itu, kita juga nggak bisa langsung menemukan cara untuk menghadapinya. Harapan kita masih tergantung pada Lucy," kata Wira.Mengenal diri dan lawan adalah kunci kemenangan. Bukan hanya bisa menciptakan racun, guru agung ini juga bisa mengendalikan situasinya. Wira dan yang lainnya juga menyaksikan langsung kejadian itu dan memang sangat menakutkan.Meskipun bisa mengatasi makhluk beracun itu, mereka juga tidak bisa menekan kekuatan guru besar ini. Jika guru besar ini munc
"Kenapa?" tanya Wira.Nayara tidak berbicara lagi, hanya duduk diam di tempatnya dan ekspresi tetap terlihat memohon untuk mati.Doly berjalan ke depan Nayara dan mendengus, lalu berkata dengan tenang, "Karena tubuhmu sudah diracuni seseorang. Jadi, kalau kamu mengatakan sesuatu pada Tuan Wira, mungkin kamu akan sangat menderita. Kamu juga takut dengan rasa sakit itu, jadi kamu memilih cara ini untuk mengakhiri hidupmu. Benar, 'kan?"Nayara mendongak dan melirik Doly, tetapi tetap tidak mengatakan apa pun.Namun, Wira bisa melihat tatapan Nayara yang membuktikan perkataan Doly memang benar dan mungkin itu memang kenyataan yang sebenarnya.Wira pun melanjutkan, "Kamu sebenarnya boleh memercayaiku. Aku nggak peduli apa pun yang kamu sembunyikan di dalam hatimu. Kalau memang seperti yang dikatakan Doly, aku bisa mencari orang untuk menyembuhkan racun itu. Nggak butuh waktu lama, kamu juga akan sembuh total."Nayara menggelengkan kepala dan bergumam, "Nggak ada gunanya. Nggak ada orang yan
Nayara memang sudah bersekongkol dengan Senia dan saat itu orang yang bertugas untuk menemuinya adalah Doly, sehingga dia mungkin melupakan wajah Doly.Namun, sekarang Senia sudah meninggalkan Provinsi Yonggu dan berselisih dengan Wira. Wira bahkan sudah bersiap mengejar dan membunuh Senia. Nayara berpikir jika Doly berada di pihak yang sama dengan Senia, Doly pasti sudah pergi juga dan saat ini tidak akan muncul di kamarnya.Doly tidak menghiraukan perkataan Nayara, hanya menatap Nayara dengan dingin. Bahkan dia sendiri pun merasa jijik dengan orang licik seperti Nayara. Setidaknya, dia tidak akan pernah mengkhianati tuannya, apalagi melakukan perbuatan keji seperti ini.Nayara jelas tahu orang di depannya adalah musuh bebuyutannya. Namun, demi keuntungannya sendiri, dia tetap tega bekerja sama dengan pihak musuh. Doly bertanya-tanya mengapa ada orang yang sekeji ini di dunia. Orang seperti ini pantas dibunuh oleh siapa pun.Wira kembali menatap Nayara dan berkata dengan tenang, "Seka
"Kalau aku nggak percaya perkataan mereka, jadi aku harus percaya perkataan siapa?" kata Wira sambil tersenyum dingin.Nayara segera berkata, "Tuan Wira tentu saja harus percaya perkataanku. Aku sudah berada di pihakmu dan bahkan menceritakan segala sesuatu tentang Desa Damaro padamu, ini sudah cukup untuk membuktikan kesetiaanku.""Aku tahu, pasti ada orang yang iri melihatku makin dekat dengan Tuan Wira belakangan ini. Hubungan kita juga makin baik, jadi ada orang yang cemburu dan membisikkan hal-hal yang nggak benar agar Tuan Wira salah paham padaku."Wira menggelengkan kepala sambil tersenyum dingin merasa Nayara ini benar-benar tidak tahu diri. Dia sudah berdiri di hadapan Nayara karena ingin memberinya satu kesempatan untuk mengakui semuanya dengan patuh. Namun, sampai sekarang pun Nayara masih mencari berbagai alasan untuk membela diri, dia benar-benar merasa kecewa.Dia berdiri dan berjalan ke belakang Nayara, lalu menekan pundak Nayara dan berkata, "Kalau aku nggak punya bukti
Nayara berkata sambil menggertakkan giginya, "Dia tentu saja musuh bebuyutanku. Aku nggak akan melupakan apa yang terjadi di Desa Damaro, bahkan sampai sekarang pun aku masih sering bermimpi tentang pemandangan semuanya mati dengan mengerikan di depanku. Semua ini adalah ulah Senia. Aku tentu saja nggak akan pernah berhubungan apa pun dengannya.""Kalau benar-benar ada, itu pun hanya hubungan hidup atau mati. Entah dia yang membunuhku atau aku yang membunuhnya. Kalau bukan karena dendamku pada Senia, aku mana mungkin tega menyerang Dahlan."Nayara berbicara dengan penuh amarah dan tatapan yang penuh dengan niat membunuh, bahkan matanya pun sudah memerah. Ini cukup untuk menunjukkan betapa besar amarah yang tersimpan di hatinya.Namun, Wira tidak menghiraukan perkataan Nayara, melainkan mendengus dan berkata sambil bertepuk tangan, "Aku mengakui aktingmu benar-benar hebat, bahkan aku pun sudah tertipu. Mungkin karena aku percaya dengan apa yang terjadi di Desa Damaro dan juga padamu.""
Wira baru teringat kembali dia sudah melupakan orang yang begitu penting. Berkat peringatan dari Doly, dia sudah mengetahui Nayara bukan orang yang sejalan dengannya dan sudah berpihak pada Senia. Nayara bisa mendekatinya karena ingin menjadi mata-mata di sisinya, sehingga bisa membocorkan informasi mereka pada Senia dan sekaligus menyesatkan dirinya.Mengingat semua perbuatan Nayara, Wira benar-benar marah. Nayara berasal dari Desa Damaro, tetapi dia tega melihat para penduduk desa mati secara tragis hanya demi kepentingan pribadinya dan bahkan berpihak pada musuhnya. Syarat apa yang sebenarnya sudah ditawarkan Senia sampai membuatnya begitu setia dengan Senia? Dia bahkan sampai mengabaikan hubungan kekeluargaan.Dalam sekejap, Wira sudah sampai di depan kamar Nayara dan mendengar suara teriakan dari dalam."Cepat lepaskan aku. Aku ingin bertemu dengan Tuan Wira. Aku adalah tamu kehormatan Tuan Wira. Saat Tuan Wira datang ke Desa Damaro, aku yang mengenalkannya. Aku bahkan rela mengor
Doly segera bertanya dengan nada penasaran, "Apa kamu membiarkan mereka pergi karena masih mengenang masa lalu?"Bagi Doly, Senia seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Terlebih lagi, dia dikelilingi oleh orang seperti Panji yang licik dan berbahaya.Mereka berdua layaknya dua serigala yang saling mendukung untuk menebar kekacauan. Jika kali ini mereka gagal dibunuh dan dibiarkan lolos begitu saja, masalah di masa depan akan makin sulit untuk diatasi. Pada saat itu, dunia mungkin akan jatuh ke dalam kehancuran besar.Meskipun ada hubungan masa lalu yang harus dipertimbangkan, Doly tetap berharap bahwa Wira bisa membunuh Senia. Dengan begitu, masalah ini bisa diselesaikan untuk selamanya. Semua ini demi rakyat jelata yang tak berdosa.Meskipun kedua belah pihak berada di kubu yang berbeda dan bahkan bukan dari bangsa yang sama, peperangan yang terus-menerus sudah membawa banyak penderitaan. Mana mungkin mereka bisa terus merenggut lebih banyak nyawa lagi?Wira bertanya, "Kamu p