Gadis kecil itu ketakutan sampai terisak-isak dan terus mundur sampai menabrak dinding di sampingnya.Melihat pemandangan itu, Thalia segera maju dan melindungi gadis kecil itu di sisinya. Setelah melirik Danu, dia berkata dengan kesal, "Lihatlah dirimu, kenapa menakut-nakuti anak kecil? Kamu sudah membuatnya ketakutan. Sudahlah, biar aku yang berbicara dengannya."Setelah menegur Danu, Thalia berbalik dan melihat gadis kecil itu, lalu bertanya, "Adik kecil, di mana ibumu sekarang? Kenapa ibumu menyuruhmu untuk mencari kami dan mengantar kami keluar kota?"Setelah menatap Thalia sejenak dan kembali diam-diam melirik Danu, gadis kecil baru berbisik, "Ibuku bilang Tuan Wira adalah orang yang sangat baik. Ayahku dulu mati karena perang. Kalau bukan karena Tuan Wira, perang mungkin masih belum berakhir dan pada akhirnya akan makin banyak rakyat yang mati.""Tuan Wira yang memberikan kami kedamaian. Meskipun banyak orang yang bilang Tuan Wira sudah melukai raja kami, ibu yakin Tuan Wira ngg
"Namaku Tiara, Tuan Wira nggak perlu sungkan. Aku sudah lama mendengar reputasi Tuan Wira, jadi aku menyuruh putriku untuk mencari Tuan Wira dan membantumu keluar dari kesulitan ini."Saat mengatakan itu, Tiara membawa Wira dan yang lainnya menuju halaman belakang rumahnya. Semua orang tetap waspada dan bersiap untuk menghadapi kemungkinan buruk.Setelah sampai di halaman belakang, Tiara berjalan ke samping dan segera membuka tutup sumur di sana, Dia pun menunjuk ke bawah dan berkata, "Tuan Wira, sumur ini terhubung ke luar kota. Sumur ini sudah lama kering, jadi kamu bisa berjalan dengan aman. Nggak sampai satu jam, kalian sudah mencapai luar kota."Wira menganggukkan kepala dan bersiap untuk turun ke sumur tanpa ragu-ragu.Namun, Danu yang berdiri di samping berkata dengan ekspresi hati-hati, "Sebaiknya aku yang turun dulu untuk memeriksa situasinya, lalu Tuan menyusul turun."Danu melakukan itu juga demi memastikan keamanan Wira. Tiba-tiba ada seseorang yang menunjukkan jalan keluar
Melihat semua orang tidak berbicara lagi, Wira mengalihkan pandangannya pada Tiara. Dia mengeluarkan beberapa emas dari sakunya dan langsung menyerahkannya pada Tiara."Ini sedikit tanda terima kasihku. Terima kasih atas bantuan Kakak. Kalau kelak bisa bertemu lagi, aku pasti akan membalas kebaikan Kakak," kata Wira sambil terus menyerahkan emas itu pada Tiara.Meskipun Tiara terus menolak, dia akhirnya menerima niat baik Wira dan menyimpan emas itu dengan ekspresi bersyukur. "Tuan Wira, aku tahu kamu sangat baik hati, jadi aku membantumu. Bukan karena hal-hal duniawi ini.""Sekarang hanya tersisa aku dan putriku saja tinggal di rumah ini dan kami saling bergantung satu sama lain. Uang ini memang bisa mengubah kehidupan kami, tapi tanpa uang ini pun kami tetap bisa bertahan hidup."Wira hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala dan tidak berbicara lebih banyak lagi. Kata-kata terima masih tidak perlu berlebihan karena saat ini situasinya sangat mendesak. Yang paling penting sekarang
Alzam mengelus janggutnya sambil melihat situasi di sekeliling dan bergumam, "Bagaimana aku bisa tahu? Banyak rakyat di sini yang sangat mendukung Wira, bahkan menganggap Wira sebagai pilar utama mereka. Meskipun kita mengeluarkan pengumuman, nggak ada satu pun orang yang akan datang memberikan kita petunjuk.""Ini membuktikan meskipun mereka tahu sesuatu, mereka juga nggak akan memberitahukannya pada kita. Dengan kata lain, Wira mungkin saja bersembunyi di rumah salah satu dari mereka. Bahkan tetangga mereka juga mungkin saling membantu untuk melindunginya. Setidaknya ada ratusan ribu rumah tangga di kota ini.""Kalau kita harus cari dari rumah ke rumah, kita juga butuh tenaga dan sumber daya yang sangat besar. Itu pun pasti akan menghadapi berbagai hambatan juga. Coba kamu bilang, ide apa yang bisa kuberikan dalam situasi seperti ini?"Jika ini tentang strategi perang atau pemerintahan, Alzam mungkin masih bisa memberikan ide yang baik. Namun, sekarang mereka harus menangkap Wira di
"Bagaimana kalau kita melakukan pencarian dari rumah ke rumah dan menjelaskan hubungan kita dengan Wira? Kita sekalian juga jelaskan semua yang telah dilakukan Wira. Nggak peduli apa insiden kali ini berhubungan dengan Wira atau nggak. Selama kita bilang ada hubungannya, berarti ada hubungan, 'kan?""Selain itu, kita bisa diam-diam menyebarkan beberapa rumor. Aku yakin nggak akan lama lagi reputasi Wira di Kerajaan Beluana pasti akan buruk meskipun reputasinya tetap besar di sembilan provinsi. Pandangan orang padanya pun akan perlahan-lahan berubah. Kalau sudah begitu, Wira juga nggak bisa bertahan di sembilan provinsi ini lagi."Alzam juga tahu harus memenangkan hati rakyat untuk mendapatkan kekuasaan. Wira bisa berkembang sampai seperti hari ini tentu saja karena hubungan baiknya dengan rakyat. Jika mereka ingin melampaui Wira, langkah pertamanya adalah menghancurkan reputasi Wira. Namun, jika mereka bisa langsung membunuh Wira, ini akan menyelesaikan masalahnya selamanya."Baiklah.
Wira memiliki pandangan yang jauh ke depan dan sudah lama meletakkan masalah hidup dan matinya di paling akhir. Jika tidak, bagaimana mungkin dia bisa menjelajahi seluruh sembilan provinsi selama bertahun-tahun."Ternyata Tuan mengkhawatirkan hal ini."Danu pun duduk di samping Wira. Setelah mengambil dua kaki kelinci dari samping dan menyerahkan salah satunya pada Wira, dia baru berkata, "Kak Wira sebenarnya nggak perlu terlalu mengkhawatirkan hal ini, para rakyat sangat tahu bagaimana kepribadian Ciputra.""Selain itu, mereka juga nggak bodoh. Meskipun Bhurek ingin memfitnah kita, kita juga pasti bisa menemukan kebenarannya nanti dan mengembalikan nama baikmu. Pada saat itu, hati para rakyat di sembilan provinsi akan kembali pada Tuan."Danu sangat yakin terhadap Wira. Menurutnya, seluruh rakyat di sembilan provinsi ini sudah menganggap Wira sebagai raja yang sesungguhnya. Meskipun reputasi Wira sempat rusak, itu juga tidak berarti apa-apa. Di bawa kepimpinan Wira, sebentar lagi Wira
Tiara merasa pusing dengan situasi ini. Dia mundur 2 langkah sambil memeluk putrinya. Dengan wajah pucat, dia mengernyit dan bertanya, "Jenderal, kamu mau mengancam seorang wanita? Kalau masalah ini tersebar, sepertinya nggak baik untuk reputasimu, 'kan?""Karena kamu bilang ada bukti, keluarkan saja buktinya supaya aku percaya. Kamu nggak seharusnya mengancam kami. Kalau orang-orang tahu kamu melakukan sesuatu pada kami, gimana dengan reputasimu?"Tiara benar-benar ketakutan sekarang. Putri mereka adalah satu-satunya keturunan mereka sekarang. Putranya telah tewas di medan perang, jadi dia harus menjaga putrinya dengan baik sekalipun harus mengorbankan nyawanya.Bhurek tersenyum sinis, lalu berjalan ke sumur di samping. Dia mengeluarkan tombak dan memaksa membuka penutup sumur itu.Tiara pun terkejut. Para pengawal telah maju untuk mengepung Tiara dan putrinya. Sementara itu, para pengawal di dekat Bhurek melompat ke dalam sungai untuk memeriksa situasi di bawah sana.Tiara tercengang
"Pintar sekali kamu bicara. Situasi sudah seperti ini, tapi kamu masih ingin mengelabuiku? Mana mungkin aku membiarkan orang sepertimu hidup," timpal Bhurek dengan dingin.Selesai berbicara, Bhurek mengayunkan tombaknya lagi. Saat berikutnya, tombak menembus leher Tiara.Tiara memegang lehernya dan akhirnya terjatuh. Darah menodai seluruh tanah. Dia ingin berbicara, tetapi tenggorokannya terluka parah.Tidak peduli bagaimana Tiara berusaha, dia tidak bisa melontarkan sepatah kata pun dan hanya bisa menatap putrinya. Putrinya tampak menangis dengan sangat sedih.Bhurek menunjuk anak perempuan itu sambil menginstruksi, "Bawa dia pergi. Dia masih punya manfaat untuk kita."Prajurit mengiakan dan membawa anak perempuan itu. Dengan demikian, pasukan meninggalkan rumah Tiara. Adapun penduduk di sekitar, mereka tentu menentang perbuatan Bhurek ini."Kamu sudah salah mengambil tindakan. Gimana bisa kamu membunuh rakyat di depan khalayak ramai? Gimana kita bisa merusak reputasi Wira kalau begin