"Ternyata Jenderal Umar. Maaf, aku nggak mengenalimu tadi," ucap Danu sambil menangkupkan tangannya dengan sopan. Dia tentu pernah mendengar tentang Umar. Umar ini adalah sosok yang hebat.Umar terkekeh-kekeh dan berkata, "Aku mendapat informasi dari bawahanku, makanya buru-buru kemari. Untung aku nggak terlambat. Aku bahkan nggak sempat membantu apa pun."Keduanya pun tertawa. Umar berniat untuk menolong, tetapi ternyata Danu sanggup melindungi semua harta karun ini dengan kemampuannya sendiri. Bahkan, dia berhasil menjatuhkan lawan."Tenang saja, aku pasti akan menyelidiki masalah ini untukmu dan memberikan penjelasan kepada Tuan Wira," ujar Umar.Meskipun menang, Danu tetap kehilangan cukup banyak pasukan. Bagaimanapun, dia pasti butuh penjelasan. Apalagi, tempat ini adalah wilayah kekuasaan Kerajaan Nuala. Jika tidak bisa memberi penjelasan apa pun, takutnya raja mereka yang akan dituduh."Nggak perlu begitu sungkan. Aku rasa kejadian ini ada kaitannya dengan Kerajaan Beluana. Dusu
"Omong-omong, apa Danu baik-baik saja?" tanya Wulan yang menghampiri dari samping. Wulan, Danu, dan Doddy punya hubungan dekat. Bagaimanapun, mereka semua penduduk Dusun Darmadi.Wira melambaikan tangan sambil tersenyum, lalu menyahut, "Tentu saja. Osman sudah mengutus orang untuk membantunya juga."Tindakan yang diambil Osman kali ini membuat Wira merasa sangat puas. Orang yang diutus Osman bahkan adalah Umar.Wira sempat berinteraksi dengan Umar di Kerajaan Nuala. Dia tentu tahu kehebatan Umar. Pria ini memang pemberani dan kompeten.Dari 8 jenderal, ada 6 yang memilih untuk berkhianat dari Osman dan membantu penjahat. Namun, Umar dan Trenggi justru berpihak pada Osman tanpa syarat apa pun. Itu sebabnya, Osman bisa membalikkan situasi. Tentunya, Wira juga berperan besar dalam hal ini."Syukurlah. Kamu harus menyuruhnya lebih hati-hati. Misi kali ini agak sulit karena ada Ahmad yang mengincar mereka. Nyawa lebih penting daripada harta," pesan Wulan.Wira tersenyum sambil membalas, "Ja
"Kalau begitu, apa yang akan kamu lakukan? Apa kamu ingin berperang dengan Kerajaan Beluana? Dunia akan kacau dong? Kasihan para rakyat," ujar Wulan dengan lirih.Wira dan Wulan memiliki pemikiran yang sama. Wira mengutamakan keselamatan rakyat, begitu juga Wulan.Bertahun-tahun sebelumnya, perang terus terjadi. Namun, di bawah perlindungan Wira, penduduk Dusun Darmadi bisa hidup dengan tenang.Sementara itu, orang lainnya harus hidup dalam penderitaan. Mereka semua menyaksikan dengan mata kepala sendiri sehingga merasa tidak tega. Sayangnya, mereka tidak bisa mengubah dunia dulu."Tenang saja. Meskipun aku ingin berperang, Kerajaan Beluana nggak bakal berani melawanku." Wira tersenyum dingin dan meneruskan, "Aku cuma ingin berdiskusi dengan mereka. Kalau aku diam saja, mereka akan merajalela nanti."Thalia dan Wulan menatap Wira. Mereka tidak tahu apa yang ingin Wira lakukan, tetapi tidak ingin bertanya terlalu banyak.Segera, Wira mencari Osmaro. Osmaro bertanya, "Tuan, kenapa terbur
Pagi ini, Wira mendapat kabar bahwa Danu bertemu penyergapan, bahkan hampir kehilangan barang-barang berharga dan nyawa.Untungnya, ada Umar yang membantu. Mereka pun mencurigai Bhurek sejak tadi. Namun, kenapa Bhurek tiba-tiba datang sekarang? Apa dia ingin mengelabui Wira?Wira memijat pelipisnya sambil memicingkan mata. Dia berucap dengan perlahan, "Aku juga nggak ngerti. Entah apa yang ingin dia lakukan.""Tapi, karena dia sudah datang, aku tentu harus menjamu tamuku ini. Ini wilayah kekuasaan kita. Jangan sampai mereka meremehkan kita. Suruh dia tunggu 2 jam. Aku akan menemuinya nanti."Biantara pun tersenyum. Ini memang saat yang tepat untuk membuat nyali Bhurek menciut. Selesai berbicara, Wira pun menuju ke rumahnya.Saat ini, Bhurek sedang duduk di depan gerbang Dusun Darmadi. Beberapa bawahannya berdiri di samping.Setelah meninggalkan Kota Safara, Bhurek berpisah dengan Ahmad. Ahmad pun pergi ke Kerajaan Beluana.Tujuan Bhurek datang kemari memang untuk mengelabui Wira dan in
"Bukan masalah, Tuan Wira," sahut Bhurek yang tersenyum menatap Wira. Mereka harus menjaga citra masing-masing.Sementara itu, seorang prajurit Bhurek berkata dengan dingin, "Jenderal kami punya status tinggi. Kalaupun ada urusan, kamu seharusnya mengundang kami masuk dulu dan bukan membiarkan kami menunggu di luar."Prajurit lainnya memasang ekspresi tidak puas. Mereka tidak pernah diperlakukan seburuk ini. Di Kerajaan Beluana, semua orang menghormati mereka. Mereka hanya dianggap rendahan di wilayah kekuasaan Wira.Wajah Wira menjadi masam. Saat berikutnya, Biantara menghampiri prajurit yang berbicara itu dan sontak menamparnya.Prok, prok, prok! Para penduduk yang menonton bertepuk tangan dengan gembira. Bhurek pun tidak bisa berkata-kata. Namun, tindakan Biantara ini jelas tidak menghargainya karena berani memukul bawahannya di hadapannya."Siapa kamu? Apa hakmu bicara di sini? Coba berkaca dulu sebelum bicara. Kalau bukan karena ada anak kecil di sini, aku pasti sudah memenggal ke
Kata orang, penjagaan Dusun Darmadi sangat ketat. Ada banyak Pasukan Zirah Hitam di sekitar, bahkan anggota jaringan mata-mata juga bersembunyi di kegelapan. Makanya, banyak orang ingin tinggal di sini.Namun, sepertinya semua itu hanya rumor. Bhurek tidak melihat Pasukan Zirah Hitam yang cukup banyak."Jenderal, ini rumahku. Memang agak jelek, tolong jangan keberatan ya." Segera, Wira membawa Bhurek dan lainnya ke rumahnya.Saat ini, Agha, Nafis, dan lainnya telah menunggu di halaman. Semuanya berdiri dengan tegak. Raut wajah Agha dipenuhi penghinaan.Agha tidak pernah bertemu Bhurek, tetapi pernah mendengar tentang perbuatannya. Itu sebabnya, dia membenci Bhurek.Setelah duduk di kursi batu, Bhurek terkekeh-kekeh dan berkata, "Rumahmu bagus juga. Kalau aku punya banyak waktu luang, aku juga ingin membangun rumah seperti ini. Nyaman sekali."Osmaro segera menyahut dengan tersenyum, "Tuan Wira juga nggak punya banyak waktu luang. Apalagi, statusnya jauh berada di atasmu. Ada banyak hal
Ekspresi Bhurek tampak canggung. Hubungan di antara mereka memang tidak baik, tetapi tidak perlu begitu terus terang, 'kan? Bagaimanapun, dia adalah seorang tamu."Tuan Osmaro, jangan bercanda begitu," ujar Bhurek sambil menahan emosinya."Aku nggak bercanda kok. Bukan cuma aku, tapi seluruh penduduk yang berdiri di sini pasti sangat membencimu. Apa kamu tahu alasan tuanku ada di sini?""Itu karena kami khawatir para penduduk nggak bisa mengendalikan emosi mereka. Gimana kalau mereka menghajarmu? Bukannya hubungan antara kedua kerajaan akan hancur?" jelas Osmaro.Jelas sekali, ini adalah suatu ancaman. Karena Osmaro sudah memperjelas semuanya, Agha tidak menahan diri lagi. Dia maju 2 langkah, lalu berkata dengan dingin, "Tuan Osmaro berwawasan luas, tapi kami berbeda. Jadi, sebaiknya katakan tujuan kedatanganmu.""Berhenti bersandiwara di sini. Kamu hanya membuat kami semua kesal. Aku sudah membencimu sejak pertama kali melihatmu. Jangan buang-buang waktu lagi."Biantara dan lainnya ak
"Tuan Wira, kamu nggak mungkin merusak hubungan antara kedua kerajaan demi dia seorang, 'kan?" tanya Bhurek lagi.Wira tidak berbicara, seolah-olah sedang merenungkan sesuatu. Melihat Wira hanya diam, Biantara dan lainnya pun merasa tidak enak hati untuk bersuara.Saat ini, seorang prajurit yang berdiri di belakang Bhurek maju dan bertanya dengan dingin, "Apa kalian semua tuli? Jenderal kami sedang bicara, kenapa kalian diam saja?"Seketika, ekspresi Agha berubah. Dia mengepalkan tangannya dengan erat dan menyerbu ke arah prajurit itu.Sebelum orang-orang sempat bereaksi, tinju Agha sudah mengenai dada prajurit itu. Prajurit itu terhempas dan mendarat dengan keras di lantai. Bisa dilihat betapa kerasnya tinju itu.Prajurit lainnya bergegas maju untuk memeriksa. Kemudian, salah satunya melapor, "Jenderal, dia sudah mati ...."Agha berhasil merenggut nyawanya hanya dengan 1 serangan. Asal tahu saja, Agha sanggup mengangkat benda seberat ratusan kilogram. Dia bahkan bisa membunuh beruang