Danu segera menghunuskan pedangnya untuk menebas anak panah itu. Jika terlambat selangkah saja, mungkin panah itu sudah menembus lehernya!"Jenderal Danu!" seru orang-orang dengan panik saat melihat kejadian menakutkan itu.Danu melambaikan tangan dan berseru, "Aku baik-baik saja. Cepat pergi, aku akan berjaga di sini!"Semua orang merasa terharu. Mereka tahu ini bukan saatnya untuk menunda waktu. Keterampilan tempur mereka baru bisa pulih setelah meninggalkan hutan ini.Tidak peduli berapa banyak jumlah musuh, lebih dari 3.000 prajurit ini yakin mereka bisa menahan musuh untuk sesaat.Apalagi, tempat ini adalah wilayah kekuasaan Kerajaan Nuala. Di depan sana juga adalah Kota Safara yang merupakan wilayah Osman. Begitu tahu mereka berada dalam bahaya, Osman pasti akan mengirim bala bantuan.Lagi pula, selama mereka masih berada di wilayah kekuasaan Kerajaan Nuala, sepertinya tidak ada yang sanggup menahan mereka selain pasukan yang dipimpin oleh Osman sendiri."Cari mati!" Danu mengamb
"Aku juga nggak punya pilihan lain. Itu dosis maksimalnya. Kalau ditambah, kabut di hutan akan berubah warna menjadi hijau. Waktu itu mereka sudah melihat kehebatan asap hijau di Dusun Darmadi.""Insiden itu terjadi belum lama ini. Aku yakin kalau mereka melihat asap hijau, mereka pasti akan langsung berwaspada," jelas Ahmad yang memiliki pertimbangan sendiri.Hanya saja, Ahmad mengira dosis racun itu sudah cukup untuk menjatuhkan Danu dan pasukannya. Siapa sangka, perhitungannya malah salah.Padahal, Ahmad hampir tidak pernah gagal selama ini. Makanya, dia bisa menjadi salah satu dari 4 pelindung Aliran Kegelapan. Bahkan, dia yang paling misterius dan yang paling bisa diandalkan.Akan tetapi, sejak berselisih dengan Wira, Ahmad terus berada dalam kondisi pasif. Parahnya, Wira selalu menang darinya. Benar-benar lawan yang sulit dihadapi. Apa mungkin Wira adalah pembawa sial baginya?"Sudahlah, sekarang bukan waktunya membahas hal itu. Kita harus segera mengejar Danu dan pasukannya," uj
"Tenang saja, aku yakin mereka nggak akan membocorkan apa pun. Jangan lupa, keluarga mereka ada di Kerajaan Beluana. Kalau nggak peduli pada keluarga sendiri, silakan membocorkan semuanya. Tapi, seluruh keluarga mereka bakal mati," jelas Bhurek dengan ekspresi suram.Bhurek adalah orang yang kejam dan teliti. Dia selalu merencanakan semuanya dengan matang. Dia tidak mungkin bertindak gegabah dalam pembunuhan kali ini. Jika tidak, bagaimana mungkin dia menjadi Jenderal Besar Kerajaan Beluana?"Mundur!" Bhurek segera membuat keputusan dan membawa orang-orangnya pergi.Pada saat yang sama, Danu dan pasukan telah meninggalkan hutan. Mereka akhirnya bisa bernapas lega. Mereka pun menggunakan kain basah untuk menutupi hidung sehingga efek racun tidak terlalu besar.Meskipun ada beberapa yang jatuh pingsan, mereka hanya akan kehilangan kesadaran untuk sementara waktu. Jadi, kekuatan tempur mereka masih terjamin."Ternyata mereka semua kemari," gumam Danu saat melihat para bawahan Bhurek.Oran
"Ternyata Jenderal Umar. Maaf, aku nggak mengenalimu tadi," ucap Danu sambil menangkupkan tangannya dengan sopan. Dia tentu pernah mendengar tentang Umar. Umar ini adalah sosok yang hebat.Umar terkekeh-kekeh dan berkata, "Aku mendapat informasi dari bawahanku, makanya buru-buru kemari. Untung aku nggak terlambat. Aku bahkan nggak sempat membantu apa pun."Keduanya pun tertawa. Umar berniat untuk menolong, tetapi ternyata Danu sanggup melindungi semua harta karun ini dengan kemampuannya sendiri. Bahkan, dia berhasil menjatuhkan lawan."Tenang saja, aku pasti akan menyelidiki masalah ini untukmu dan memberikan penjelasan kepada Tuan Wira," ujar Umar.Meskipun menang, Danu tetap kehilangan cukup banyak pasukan. Bagaimanapun, dia pasti butuh penjelasan. Apalagi, tempat ini adalah wilayah kekuasaan Kerajaan Nuala. Jika tidak bisa memberi penjelasan apa pun, takutnya raja mereka yang akan dituduh."Nggak perlu begitu sungkan. Aku rasa kejadian ini ada kaitannya dengan Kerajaan Beluana. Dusu
"Omong-omong, apa Danu baik-baik saja?" tanya Wulan yang menghampiri dari samping. Wulan, Danu, dan Doddy punya hubungan dekat. Bagaimanapun, mereka semua penduduk Dusun Darmadi.Wira melambaikan tangan sambil tersenyum, lalu menyahut, "Tentu saja. Osman sudah mengutus orang untuk membantunya juga."Tindakan yang diambil Osman kali ini membuat Wira merasa sangat puas. Orang yang diutus Osman bahkan adalah Umar.Wira sempat berinteraksi dengan Umar di Kerajaan Nuala. Dia tentu tahu kehebatan Umar. Pria ini memang pemberani dan kompeten.Dari 8 jenderal, ada 6 yang memilih untuk berkhianat dari Osman dan membantu penjahat. Namun, Umar dan Trenggi justru berpihak pada Osman tanpa syarat apa pun. Itu sebabnya, Osman bisa membalikkan situasi. Tentunya, Wira juga berperan besar dalam hal ini."Syukurlah. Kamu harus menyuruhnya lebih hati-hati. Misi kali ini agak sulit karena ada Ahmad yang mengincar mereka. Nyawa lebih penting daripada harta," pesan Wulan.Wira tersenyum sambil membalas, "Ja
"Kalau begitu, apa yang akan kamu lakukan? Apa kamu ingin berperang dengan Kerajaan Beluana? Dunia akan kacau dong? Kasihan para rakyat," ujar Wulan dengan lirih.Wira dan Wulan memiliki pemikiran yang sama. Wira mengutamakan keselamatan rakyat, begitu juga Wulan.Bertahun-tahun sebelumnya, perang terus terjadi. Namun, di bawah perlindungan Wira, penduduk Dusun Darmadi bisa hidup dengan tenang.Sementara itu, orang lainnya harus hidup dalam penderitaan. Mereka semua menyaksikan dengan mata kepala sendiri sehingga merasa tidak tega. Sayangnya, mereka tidak bisa mengubah dunia dulu."Tenang saja. Meskipun aku ingin berperang, Kerajaan Beluana nggak bakal berani melawanku." Wira tersenyum dingin dan meneruskan, "Aku cuma ingin berdiskusi dengan mereka. Kalau aku diam saja, mereka akan merajalela nanti."Thalia dan Wulan menatap Wira. Mereka tidak tahu apa yang ingin Wira lakukan, tetapi tidak ingin bertanya terlalu banyak.Segera, Wira mencari Osmaro. Osmaro bertanya, "Tuan, kenapa terbur
Pagi ini, Wira mendapat kabar bahwa Danu bertemu penyergapan, bahkan hampir kehilangan barang-barang berharga dan nyawa.Untungnya, ada Umar yang membantu. Mereka pun mencurigai Bhurek sejak tadi. Namun, kenapa Bhurek tiba-tiba datang sekarang? Apa dia ingin mengelabui Wira?Wira memijat pelipisnya sambil memicingkan mata. Dia berucap dengan perlahan, "Aku juga nggak ngerti. Entah apa yang ingin dia lakukan.""Tapi, karena dia sudah datang, aku tentu harus menjamu tamuku ini. Ini wilayah kekuasaan kita. Jangan sampai mereka meremehkan kita. Suruh dia tunggu 2 jam. Aku akan menemuinya nanti."Biantara pun tersenyum. Ini memang saat yang tepat untuk membuat nyali Bhurek menciut. Selesai berbicara, Wira pun menuju ke rumahnya.Saat ini, Bhurek sedang duduk di depan gerbang Dusun Darmadi. Beberapa bawahannya berdiri di samping.Setelah meninggalkan Kota Safara, Bhurek berpisah dengan Ahmad. Ahmad pun pergi ke Kerajaan Beluana.Tujuan Bhurek datang kemari memang untuk mengelabui Wira dan in
"Bukan masalah, Tuan Wira," sahut Bhurek yang tersenyum menatap Wira. Mereka harus menjaga citra masing-masing.Sementara itu, seorang prajurit Bhurek berkata dengan dingin, "Jenderal kami punya status tinggi. Kalaupun ada urusan, kamu seharusnya mengundang kami masuk dulu dan bukan membiarkan kami menunggu di luar."Prajurit lainnya memasang ekspresi tidak puas. Mereka tidak pernah diperlakukan seburuk ini. Di Kerajaan Beluana, semua orang menghormati mereka. Mereka hanya dianggap rendahan di wilayah kekuasaan Wira.Wajah Wira menjadi masam. Saat berikutnya, Biantara menghampiri prajurit yang berbicara itu dan sontak menamparnya.Prok, prok, prok! Para penduduk yang menonton bertepuk tangan dengan gembira. Bhurek pun tidak bisa berkata-kata. Namun, tindakan Biantara ini jelas tidak menghargainya karena berani memukul bawahannya di hadapannya."Siapa kamu? Apa hakmu bicara di sini? Coba berkaca dulu sebelum bicara. Kalau bukan karena ada anak kecil di sini, aku pasti sudah memenggal ke