Salah seorang anggota jaringan mata-mata menatap Sutomo."Jadi menurutmu, kita harus bagaimana? Kamu nggak lihat sikapnya tadi? Dia begitu keras kepala, kita sama sekali nggak bisa mengubah pemikirannya. Kalau kita terlalu memaksanya, keadaannya hanya akan menjadi makin buruk.""Kalian terus memantau sepanjang perjalanan dan jaga komunikasi dengan Jenderal Danu. Aku akan pergi menemui Tuan Biantara dan melaporkan situasi di sini agar dia bisa memutuskan langkah selanjutnya."Setelah memberikan instruksi, Sutomo berpisah dengan bawahannya dan menuju Kota Limaran.Pada saat yang bersamaan, Danu dan rombongannya sudah memasuki hutan. Hutan itu lebat dan gelap membuat orang tidak bisa melihat ke ujung. Meskipun masih siang, keadaan di sana tetap gelap dan suram."Tempat ini benar-benar mengerikan. Kalau sudah malam hari, mungkin seorang pria dewasa pun akan merasa sangat ketakutan, 'kan?" kata Danu yang menunggang kuda dengan ekspresi yang tetap santai.Mendengar perkataan itu, para pengaw
"Sepertinya, kemampuan intelijen di bawah komando Wira juga hanya begitu saja. Mereka bahkan nggak menyadari ada yang aneh di dalam hutan, aku sudah menilai Wira terlalu tinggi," kata Bhurek dengan nada dan ekspresinya yang sangat dingin, lalu melambaikan tangan pada orang di sekitarnya.Target sudah masuk ke perangkap, sekarang saatnya untuk bergerak. Dalam sekejap, orang-orang yang berdiri di belakang Bhurek pun mulai bergerak."Jenderal Bhurek, kamu nggak perlu turun tangan untuk hal sekecil ini. Setelah kejadian terakhir, aku mendapat pengalaman baru. Dalam hal apa pun, kita lebih baik tetap berada di balik layar saja. Kita bisa menunggu berita kemenangan dengan tenang dan juga menjaga diri kita sendiri. Bukankah ini lebih baik?" Saat Bhurek hendak memimpin pasukan untuk menyerang, Ahmad menghentikannya.Saat di Dusun Darmadi, Ahmad hampir saja kehilangan nyawanya karena terlalu percaya diri. Dia tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama lagi. Dia bukan hanya bisa menyerang dan mu
Danu segera menghunuskan pedangnya untuk menebas anak panah itu. Jika terlambat selangkah saja, mungkin panah itu sudah menembus lehernya!"Jenderal Danu!" seru orang-orang dengan panik saat melihat kejadian menakutkan itu.Danu melambaikan tangan dan berseru, "Aku baik-baik saja. Cepat pergi, aku akan berjaga di sini!"Semua orang merasa terharu. Mereka tahu ini bukan saatnya untuk menunda waktu. Keterampilan tempur mereka baru bisa pulih setelah meninggalkan hutan ini.Tidak peduli berapa banyak jumlah musuh, lebih dari 3.000 prajurit ini yakin mereka bisa menahan musuh untuk sesaat.Apalagi, tempat ini adalah wilayah kekuasaan Kerajaan Nuala. Di depan sana juga adalah Kota Safara yang merupakan wilayah Osman. Begitu tahu mereka berada dalam bahaya, Osman pasti akan mengirim bala bantuan.Lagi pula, selama mereka masih berada di wilayah kekuasaan Kerajaan Nuala, sepertinya tidak ada yang sanggup menahan mereka selain pasukan yang dipimpin oleh Osman sendiri."Cari mati!" Danu mengamb
"Aku juga nggak punya pilihan lain. Itu dosis maksimalnya. Kalau ditambah, kabut di hutan akan berubah warna menjadi hijau. Waktu itu mereka sudah melihat kehebatan asap hijau di Dusun Darmadi.""Insiden itu terjadi belum lama ini. Aku yakin kalau mereka melihat asap hijau, mereka pasti akan langsung berwaspada," jelas Ahmad yang memiliki pertimbangan sendiri.Hanya saja, Ahmad mengira dosis racun itu sudah cukup untuk menjatuhkan Danu dan pasukannya. Siapa sangka, perhitungannya malah salah.Padahal, Ahmad hampir tidak pernah gagal selama ini. Makanya, dia bisa menjadi salah satu dari 4 pelindung Aliran Kegelapan. Bahkan, dia yang paling misterius dan yang paling bisa diandalkan.Akan tetapi, sejak berselisih dengan Wira, Ahmad terus berada dalam kondisi pasif. Parahnya, Wira selalu menang darinya. Benar-benar lawan yang sulit dihadapi. Apa mungkin Wira adalah pembawa sial baginya?"Sudahlah, sekarang bukan waktunya membahas hal itu. Kita harus segera mengejar Danu dan pasukannya," uj
"Tenang saja, aku yakin mereka nggak akan membocorkan apa pun. Jangan lupa, keluarga mereka ada di Kerajaan Beluana. Kalau nggak peduli pada keluarga sendiri, silakan membocorkan semuanya. Tapi, seluruh keluarga mereka bakal mati," jelas Bhurek dengan ekspresi suram.Bhurek adalah orang yang kejam dan teliti. Dia selalu merencanakan semuanya dengan matang. Dia tidak mungkin bertindak gegabah dalam pembunuhan kali ini. Jika tidak, bagaimana mungkin dia menjadi Jenderal Besar Kerajaan Beluana?"Mundur!" Bhurek segera membuat keputusan dan membawa orang-orangnya pergi.Pada saat yang sama, Danu dan pasukan telah meninggalkan hutan. Mereka akhirnya bisa bernapas lega. Mereka pun menggunakan kain basah untuk menutupi hidung sehingga efek racun tidak terlalu besar.Meskipun ada beberapa yang jatuh pingsan, mereka hanya akan kehilangan kesadaran untuk sementara waktu. Jadi, kekuatan tempur mereka masih terjamin."Ternyata mereka semua kemari," gumam Danu saat melihat para bawahan Bhurek.Oran
"Ternyata Jenderal Umar. Maaf, aku nggak mengenalimu tadi," ucap Danu sambil menangkupkan tangannya dengan sopan. Dia tentu pernah mendengar tentang Umar. Umar ini adalah sosok yang hebat.Umar terkekeh-kekeh dan berkata, "Aku mendapat informasi dari bawahanku, makanya buru-buru kemari. Untung aku nggak terlambat. Aku bahkan nggak sempat membantu apa pun."Keduanya pun tertawa. Umar berniat untuk menolong, tetapi ternyata Danu sanggup melindungi semua harta karun ini dengan kemampuannya sendiri. Bahkan, dia berhasil menjatuhkan lawan."Tenang saja, aku pasti akan menyelidiki masalah ini untukmu dan memberikan penjelasan kepada Tuan Wira," ujar Umar.Meskipun menang, Danu tetap kehilangan cukup banyak pasukan. Bagaimanapun, dia pasti butuh penjelasan. Apalagi, tempat ini adalah wilayah kekuasaan Kerajaan Nuala. Jika tidak bisa memberi penjelasan apa pun, takutnya raja mereka yang akan dituduh."Nggak perlu begitu sungkan. Aku rasa kejadian ini ada kaitannya dengan Kerajaan Beluana. Dusu
"Omong-omong, apa Danu baik-baik saja?" tanya Wulan yang menghampiri dari samping. Wulan, Danu, dan Doddy punya hubungan dekat. Bagaimanapun, mereka semua penduduk Dusun Darmadi.Wira melambaikan tangan sambil tersenyum, lalu menyahut, "Tentu saja. Osman sudah mengutus orang untuk membantunya juga."Tindakan yang diambil Osman kali ini membuat Wira merasa sangat puas. Orang yang diutus Osman bahkan adalah Umar.Wira sempat berinteraksi dengan Umar di Kerajaan Nuala. Dia tentu tahu kehebatan Umar. Pria ini memang pemberani dan kompeten.Dari 8 jenderal, ada 6 yang memilih untuk berkhianat dari Osman dan membantu penjahat. Namun, Umar dan Trenggi justru berpihak pada Osman tanpa syarat apa pun. Itu sebabnya, Osman bisa membalikkan situasi. Tentunya, Wira juga berperan besar dalam hal ini."Syukurlah. Kamu harus menyuruhnya lebih hati-hati. Misi kali ini agak sulit karena ada Ahmad yang mengincar mereka. Nyawa lebih penting daripada harta," pesan Wulan.Wira tersenyum sambil membalas, "Ja
"Kalau begitu, apa yang akan kamu lakukan? Apa kamu ingin berperang dengan Kerajaan Beluana? Dunia akan kacau dong? Kasihan para rakyat," ujar Wulan dengan lirih.Wira dan Wulan memiliki pemikiran yang sama. Wira mengutamakan keselamatan rakyat, begitu juga Wulan.Bertahun-tahun sebelumnya, perang terus terjadi. Namun, di bawah perlindungan Wira, penduduk Dusun Darmadi bisa hidup dengan tenang.Sementara itu, orang lainnya harus hidup dalam penderitaan. Mereka semua menyaksikan dengan mata kepala sendiri sehingga merasa tidak tega. Sayangnya, mereka tidak bisa mengubah dunia dulu."Tenang saja. Meskipun aku ingin berperang, Kerajaan Beluana nggak bakal berani melawanku." Wira tersenyum dingin dan meneruskan, "Aku cuma ingin berdiskusi dengan mereka. Kalau aku diam saja, mereka akan merajalela nanti."Thalia dan Wulan menatap Wira. Mereka tidak tahu apa yang ingin Wira lakukan, tetapi tidak ingin bertanya terlalu banyak.Segera, Wira mencari Osmaro. Osmaro bertanya, "Tuan, kenapa terbur