Semua ini berkat Najib. Jika Najib tidak membantu, mungkin kakek dan cucu itu masih hidup di tengah-tengah hutan dan Agha tidak akan bertambah kuat.Setelah Agha mengangkat tungku, kontestan lain juga memperlihatkan kemampuan mereka. Sayang sekali, yang berhasil mengangkat tungu hanya Agha dan orang asing dari Fraseta.Tepuk tangan yang meriah pun terdengar dari bawah panggung."Orang ini hebat juga." Wira melipat lengannya menatap orang asing itu, lalu mengaitkan jari untuk memanggil Biantara.Biantara sampai di sisi Wira, tetapi ekspresinya terlihat agak serius. Wira menunjuk ke arah panggung, lalu bertanya, "Itu orang Fraseta yang kamu bilang tadi?"Biantara mengangguk dan mengernyit sambil berujar, "Dia bukan orang sembarang. Aku pernah memberitahumu tentang identitasnya. Namanya Darnel.""Katanya, dia sudah punya tenaga besar sejak kecil. Dia bahkan pernah membunuh harimau dengan satu tinjunya. Kukira ini cuma rumor, tapi sepertinya memang nyata."Darnel yang berhasil mengangkat t
"Kuat sekali!" sorak penonton di bawah. Ketika Wira dan lainnya masih mengobrol, Darnel sudah mengangkat tungku besar seberat 350 kilogram.Kini, hanya tersisa Darnel dan Agha di atas arena. Setelah Darnel mengangkat tungku seberat 350 kilogram, tatapan semua orang pun tertuju pada Agha.Agha adalah satu-satunya harapan seluruh Atrana. Mereka tidak ingin gelar orang terkuat di dunia jatuh ke tangan Fraseta. Hal ini hanya akan membuat mereka malu.Sementara itu, tatapan Wira tertuju pada Darnel. Entah apa yang dipikirkannya. Thalia berkata, "Sepertinya Agha bukan tandingannya. Darnel ini memang kuat. Waktu dia mengangkat tungku tadi, dia bahkan nggak terlihat ragu sedikit pun. Dia pantas mendapat gelar itu."Mereka semua bisa melihat betapa hebatnya Darnel. Sepertinya tidak ada orang yang memiliki kemampuan sehebat Darnel.Wira menggeleng dan menyahut, "Bukannya aku mendukung Agha karena dia adikku. Tapi, coba lihat kondisi Darnel baik-baik dulu. Dia menyembunyikan tangannya di belakang
Karena kompetisi masih panjang, Wira pun tidak menonton lagi. Sepertinya Gedung Nomor Satu akan sangat ramai untuk sebulan ke depan.Wira, Thalia, dan Agha masuk ke kamar. Kompetisi di luar akan diatur oleh Biantara. Begitu masuk, Wira langsung meraih tangan Agha untuk memeriksanya."Tenang saja, Kak. Aku nggak apa-apa kok. Kalaupun kompetisi dilanjutkan tadi, aku masih sanggup mengangkatnya. Aku nggak nyangka orang itu akan menyerah. Bagus juga, aku jadi bisa menghemat tenaga. Tapi, aku nggak begitu yakin bisa mengangkat beban 500 kilogram," ujar Agha.Agha tidak berbohong. Semua orang tahu Agha kuat, tetapi Agha sendiri tidak tahu sampai mana limitnya."Baguslah kalau kamu baik-baik saja. Tapi, lain kali nggak boleh bertindak gegabah seperti ini lagi. Di atas langit masih ada langit, kamu nggak bakal tahu sekuat apa lawanmu. Jadi, jangan memaksakan diri. Paham?" nasihat Wira.Agha masih muda sehingga sangat energik, apalagi sekarang dia memiliki penyokong. Hal ini bisa membuatnya lup
"Dasar kamu ini! Masa cemburunya sama pria? Kalau begitu, aku yang akan menderita setelah kita kembali ke Dusun Darmadi." Wira menggeleng dengan tidak berdaya.Wira punya banyak istri cantik di rumah. Jika Thalia cemburuan seperti ini, Wira khawatir bisa terjadi perselisihan di rumahnya. Apalagi, istri-istrinya itu bukan wanita lemah.Terutama Dewina. Wanita ini bisa dibilang pemarah. Selain Wulan dan beberapa istri Wira, mungkin tidak ada yang bisa menerima sikapnya. Jika Dewina dan Thalia bertemu, entah bagaimana hasilnya. Namun, karena Wira telah menerima keduanya sebagai istri, dia harus menanggung segala konsekuensi yang ada.Tiga hari berlalu dengan cepat. Selama 3 hari ini, Wira terus berada di Gedung Nomor Satu. Sejak gedung ini didirikan, Wira telah merekrut banyak genius.Yang paling menyenangkan adalah Wira tidak perlu repot-repot bekerja. Semuanya diurus oleh Biantara dengan baik. Biantara dan lainnya pun hanya perlu menggunakan nama Wira saat menjalankan tugas.Patut dike
Begitu perang dimulai, Bhurek tentu akan berada di garda terdepan untuk melawan Wira. Bagaimanapun, seluruh pasukan ada di tangannya.Alzam memicingkan mata, lalu berkata dengan nada datar, "Aku tahu apa yang kamu khawatirkan. Aku juga mengkhawatirkan hal yang sama.""Aku sudah melaporkan masalah ini kepada Raja, tapi Raja nggak terlalu peduli. Sekarang dia lebih suka meneliti bubuk mesiu dan beberapa senjata api.""Hanya saja, kalau benar-benar ingin mengembangkan senjata api, seharusnya akan memakan waktu yang lama."Bhurek menghela napas. Dia tentu memahami apa yang dikatakan Alzam. Sayangnya, dia tidak punya cara untuk menjelaskan kepada Raja."Jadi, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" tanya Bhurek.Bhurek tidak berwawasan luas. Di situasi seperti ini, dia tentu membutuhkan bantuan Alzam. Mereka mungkin bisa menemukan hasil yang baik dengan berdiskusi bersama.Alzam memicingkan mata. Setelah ragu-ragu sesaat, dia mengetukkan jarinya ke meja dan berkata dengan pelan, "Gimana k
Wira telah membuat rencana. Karena urusan di Kota Limaran sudah hampir beres, dia berniat pulang ke Dusun Darmadi dalam 2 hari ini.Wira sudah bepergian selama setengah tahun. Meskipun Wulan dan lainnya tidak mendesaknya pulang, para wanita itu pasti merindukannya dan ingin menyusul jika memungkinkan. Itu sebabnya, Wira ingin pulang secepat mungkin.Selain itu, dia tidak mungkin melupakan para istrinya yang berada di Dusun Darmadi setelah menemukan cinta yang baru. Dia tentu harus bersikap adil."Tuan, ada masalah penting yang ingin kulaporkan. Aku baru mendapat kabar kalau Bhurek dan Alzam mendirikan tempat yang hampir sama dengan Gedung Nomor Satu. Kini, mereka sedang merekrut orang.""Mereka jelas-jelas ingin melawanmu. Makanya, aku ingin tanya, apa kita perlu melakukan sesuatu untuk melawan mereka?" tanya Biantara.Jika itu dulu, Biantara selalu mengutamakan kestabilan. Dia tidak akan bertindak gegabah. Di situasi seperti ini, dia tidak akan memilih untuk berselisih dengan Bhurek d
Wira bertanya, "Dua hari lagi, kita akan kembali ke Dusun Darmadi. Bukannya semalam aku sudah memberitahumu tentang ini?"Pria itu melanjutkan, "Mereka sudah pergi Dusun Darmadi, jadi kita nggak perlu khawatir dengan urusan di sana. Setelah kembali, kita cuma perlu menjalani kehidupan dengan baik."Wira bukanlah orang yang tidak punya ambisi, tetapi dia juga tidak memiliki cita-cita besar untuk menyelamatkan dunia. Dia hanya ingin menjaga baik-baik keluarga, teman-teman, dan saudara-saudaranya.Apabila bisa membantu orang banyak, itu tentu hal bagus. Namun jika harus mengorbankan sesuatu dari dirinya, Wira mungkin tidak akan melakukannya. Bahkan, pertemuan di Paviliun Kristal sebelumnya hanya untuk mencari stabilitas saja.Thalia menolak, "Nggak ... nggak boleh. Aku nggak mau kembali ke Dusun Darmadi. Aku mau ikut denganmu ke tempat yang lebih sepi. Setelah aku melahirkan anak kita, baru kita kembali saja. Bukankah itu lebih baik?"Thalia sangat pintar. Setelah kembali ke Dusun Darmadi
Melihat beberapa orang itu berekspresi muram, Alzam melambaikan tangan ke arah mereka sembari berucap, "Kalian semua bisa pergi dulu."Seketika, mereka merasa lega dan bergegas pergi. Tadi, mereka bahkan khawatir bahwa Bhurek akan membunuh mereka karena saking emosinya ....Alzam memicingkan matanya. Dia duduk di kursi dan menatap Bhurek dengan tajam seraya berujar, "Jenderal Bhurek, kamu nggak perlu marah. Semua ini sebenarnya bisa dimaklumi."Alzam menambahkan, "Walau nggak punya ahli nomor satu di dunia, reputasi kita memang nggak terlalu baik sejak awal. Jadi, mana mungkin mereka akan tertarik untuk bergabung dengan kita?"Bhurek menelan air liur, lalu bertanya, "Apa kamu punya rencana bagus?"Alzam melanjutkan, "Selama bertahun-tahun, banyak orang yang membenci Kerajaan Beluana. Bahkan, orang-orang mengira akar dari semua kerusuhan di Atrana adalah kita. Itu sebabnya, mereka nggak mau bergabung dengan kita.""Kalau begitu, kita bisa merekrut banyak ahli dari luar untuk memperkuat