Karena semuanya sudah jelas, Wira dan Biantara tidak memiliki kecemasan apa pun lagi. Mereka kembali ke kamar masing-masing untuk tidur. Malam ini, mereka akhirnya bisa tidur nyenyak.Setelah langit terang, Wira, Bobby, dan lainnya berpisah. "Tuan, kami akan kembali ke suku dulu dan menunggu kabar darimu. Kelak asalkan pembangunan suku makin bagus, kami pasti akan menepati janji dan selalu mengikutimu."Bobby menangkupkan tangan dengan penuh semangat. Setelah berita ini disampaikan, semua orang tentu akan menuruti perintah mereka. Bagaimanapun, ini adalah hal yang sangat bermanfaat bagi semua orang.Meskipun menjadi pisau orang lain, mereka harus memenuhi syarat untuk itu. Kalau tidak memiliki nilai di mata orang lain, mereka baru termasuk benar-benar menyedihkan."Oke, tapi kamu harus memberiku peta. Kemudian, beri tahu aku jumlah dan data penduduk," ucap Wira sambil menepuk bahu Bobby.Bobby tertegun. Wira terkekeh-kekeh dan meneruskan, "Kenapa? Kalian takut aku mencelakai kalian ya?
"Kamu bawa anggota jaringan mata-mata melakukan penyelidikan menyeluruh di sini. Kalau ada perubahan mendadak, langsung kabari aku. Ingat, jangan terlalu jauh dariku. Kalau terjadi sesuatu, takutnya aku nggak sempat menolongmu," pesan Wira.Biantara mengiakan, lalu pergi ke seberang. Sementara itu, Wira mengganti pakaian sederhana dan sengaja mengotori wajahnya. Kemudian, dia menghampiri Leli dan bertanya sembari tersenyum, "Coba lihat penampilanku, sudah mirip pelayanmu belum?""Eee ...." Leli menggeleng dengan tidak berdaya. Dia menatap wajah Wira yang kotor, lalu berkata, "Nggak ada pelayanku yang sekotor ini.""Aku memang sengaja." Wira tertawa dan tidak mengatakan apa pun lagi. Bagaimanapun, dia harus menyamar supaya tidak ada yang mengenalinya.Kalau Sucipto dan Izhar tahu Wira masih berada di ibu kota Kerajaan Nuala, keduanya pasti akan mencurigainya. Wira hanya akan repot nantinya.Sambil mengobrol, mereka menuju ke arah gerbang kota. Begitu sampai di gerbang kota, mereka melih
Ketika Wira dan Leli masih takjub dengan kemampuan pemuda itu, terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru dari kejauhan. Sesaat kemudian, seorang prajurit maju untuk mengadang pemuda itu.Prajurit itu mengangkat tombaknya sambil membentak dengan galak, "Bocah! Berani sekali kamu menyerang penjaga kota! Kamu cari mati ya! Menyerah dan ikut kami ke penjara! Asalkan bersikap baik, nyawamu mungkin bisa diselamatkan! Tapi kalau terus bersikap keras kepala, jangan salahkan kami membunuhmu di sini!"Pemuda itu menepuk-nepuk debu di tangannya dengan ekspresi tidak acuh. Kemudian, dia tergelak sebelum menyahut, "Berhenti menakut-nakutiku. Aku cuma mau beli obat untuk kakekku. Kakekku memang menyuruhku menahan diri dan jangan membuat masalah di kota, tapi kalian semua terlalu mendesakku. Jadi, jangan salahkan aku bertindak lancang."Pemuda itu memutar lehernya dengan santai. Ketika melihat sikapnya yang begitu angkuh, penjaga kota sontak maju untuk menyerang. Pemuda itu sama sekali tidak men
Wira terkekeh-kekeh dan berkata lagi, "Kalau aku nggak pantas bicara di sini, biar majikanku saja yang bicara dengan kalian."Wira tentu tidak boleh mengungkapkan identitasnya agar tidak terjadi masalah. Namun, dia punya seseorang yang bisa membantunya membereskan masalah ini.Saat berikutnya, terlihat Leli berjalan keluar dari kerumunan. Hanya dengan melihat sekilas, mereka sudah tahu identitas Leli. Semua orang mundur, bahkan prajurit yang memimpin itu membungkuk memberi hormat sambil menyapa, "Nona Leli."Rakyat di sekitar turut memberi salam. Wira membatin, 'Ternyata Leli punya prestise sebesar ini. Luar biasa.'Setelah maju, Leli menunjuk pemuda itu sambil berkata, "Dia memang orangku. Tolong maafkan dia dan lupakan masalah hari ini ya?"Para prajurit bergegas mengangguk. Mana mungkin mereka berani membantah ucapan Leli? Patut diketahui bahwa Leli memiliki status tinggi, bahkan merupakan orang kepercayaan Kaisar.Apabila menyinggung Leli, mereka sama saja dengan mencari mati. Mere
Setelah membeli beberapa bahan obat, Wira dan lainnya menuju ke luar kota. Dalam sekejap, mereka sudah memasuki sebuah hutan.Dari kejauhan, terlihat sebuah gubuk. Gubuk ini terlihat agak bobrok, tetapi termasuk bersih dan rapi. Di luarnya terdapat halaman yang dikelilingi papan kayu kecil dan barang-barang tertata rapi di halaman itu. Sepertinya, orang yang tinggal di dalam sangat disiplin."Ini rumahmu?" tanya Wira sambil menatap pemuda itu.Pemuda itu mengangguk, lalu terkekeh-kekeh dan menyahut, "Benar. Ini tempat tinggalku dengan kakekku. Meskipun kecil, di dalamnya sangat keren lho!"Wira mengangkat alisnya, lalu tersenyum sambil bertatapan dengan Leli dan Thalia. Kemudian, mereka sama-sama masuk. Dia ingin melihat apa kehebatan gubuk ini.Begitu masuk, mereka mendapati bagian dalamnya sangat rapi, bahkan dilengkapi kebutuhan sehari-hari. Selain itu, kedua sisi dinding dipenuhi banyak kulit binatang."Ini semua hasil buruanmu dengan kakekmu?" tanya Wira. Sebelumnya, pemuda ini me
Lantas, bagaimana mungkin pemuda itu tega melihat sang kakek berbaring tidak berdaya di atas ranjang?Sayangnya, tidak banyak yang bisa dilakukan. Pemuda itu tidak bisa membuat sang kakek pulih total. Meskipun begitu, dia tidak akan diam begitu saja."Ganoderma Milenium? Itu mahal sekali. Dari mana kamu mendapatkannya? Kamu mencuri ya?" Ekspresi pria itu sontak berubah, bahkan suaranya menjadi agak dingin."Sejak kamu kecil, aku sudah bilang manusia boleh miskin, tapi nggak boleh melakukan perbuatan tercela. Kita nggak boleh menjadi pencuri meski hidup kita susah. Pria sejati harus punya hati yang baik," nasihat pria itu.Wira yang berdiri di luar pintu tak kuasa mengangguk mendengarnya. Banyak orang yang mengerti ucapan ini, tetapi sulit untuk mempraktikkannya. Pantas saja, pemuda ini terlihat agak kekanak-kanakan. Sepertinya, ada kaitannya dengan ajaran pria itu."Kakek, kamu sudah salah paham. Aku nggak mencuri. Kakak-kakak itu yang membantuku membeli Ganoderma Milenium. Aku nggak a
"Jangan salah paham, Tuan. Aku bukan ingin berterima kasih, tapi ingin memohon sesuatu. Ini tentang Agha," jelas pria itu segera.Wira tidak berbicara, hanya menunggu pria itu melanjutkan ucapannya. Sesaat kemudian, pria itu meneruskan, "Namaku Najib, usiaku 50-an tahun. Aku menyinggung seseorang bertahun-tahun lalu dan terluka parah sehingga mengasingkan diri di tempat seperti ini.""Usiaku belum terlalu tua, tapi kondisiku terus memburuk karena cedera yang tak kunjung pulih. Makanya, penampilanku terlihat seperti orang tua."Wira mengangguk dan merasa kasihan padanya. Dia sempat mengira Najib ini sudah berusia 70-an tahun, tetapi ternyata penampilannya seperti ini karena cedera dalam. Sungguh disayangkan!"Tuan, aku nggak takut mati. Semua ini sudah akibat dari perbuatanku di masa muda yang terlalu kompetitif. Tapi, Agha anak yang baik. Aku khawatir dia melakukan kejahatan setelah aku mati. Dia baru 15 tahun, bisa dibilang belum dewasa.""Aku harap setelah aku mati, Tuan bisa membawa
Apalagi, Agha adalah anak yang begitu berbakti. Jika tidak, mana mungkin Wira repot-repot membayar Ganoderma Milenium itu?Najib mencengkeram dadanya sambil tertawa terbahak-bahak. Akan tetapi, dia tiba-tiba terbatuk hebat.Wira segera maju untuk menepuk punggungnya. Sesaat kemudian, Najib yang merasa lebih baik berujar sambil tersenyum, "Nggak apa-apa, hidupku sudah nggak lama lagi. Penderitaanku jauh lebih besar dari yang terlihat. Setiap kali penyakitku kambuh, tubuhku akan kesakitan. Jangankan beraktivitas seperti orang biasa, tidurku saja nggak pernah nyenyak.""Aku sudah muak dengan hidupku ini. Aku masih berusaha bertahan karena mencemaskan Agha. Sekarang aku sudah tenang karena bertemu Tuan. Malam ini, aku akan memberi Agha penjelasan."Wira bukan orang bodoh. Dia tentu memahami maksud Najib. Seketika, Wira membelalakkan mata, lalu memapah Najib dan berkata, "Bukan begitu maksudku.""Kalau kamu percaya padaku, ikut kami. Aku bisa mengatur tempat tinggal untukmu. Kami akan menca
Saat itu, Senia bahkan bersiap untuk menyerang Dataran Tengah, sehingga semua orang tidak memiliki kesan baik terhadapnya. Namun, dia adalah tamu dan Wira sendiri yang menyambut, mereka juga tidak berkata apa-apa dan hanya bisa melihat situasinya.Di bawah tatapan semua orang, Wira dan yang lainnya segera memasuki kediaman jenderal.Begitu masuk, Delon baru keluar dari kereta. Setelah melirik Wira, dia bertanya dengan ekspresi yang tetap angkuh, "Di mana adikku?"Meskipun mendengar perkataan Delon, Wira tidak menghiraukannya seolah-olah perkataan Delon hanya angin saja. Dia memang tidak menyandang gelar raja, tetapi dia adalah penguasa dua provinsi juga dan seseorang yang berpengaruh. Bahkan raja dari Kerajaan Nuala, Kerajaan Beluana, dan bahkan Senia sendiri pun tidak berani berbicara dengan sikap seperti ini di hadapannya.Namun, Delon yang hanya seorang pangeran saja pun berani meremehkan dan bahkan berani memerintah Wira. Benar-benar tidak tahu diri.Lucy yang berdiri di samping Wi
Wira membalas, "Nggak perlu. Bagaimanapun juga, ini adalah Provinsi Yonggu. Kamu sendiri juga sudah bilang Raja Kresna ini selalu berhati-hati. Meskipun benar-benar ada orang-orang itu di sekitarnya, dia juga nggak berani macam-macam. Kalau kita terlalu menyelidiki mereka, malah akan membuat kita yang terlihat kurang baik.""Karena mereka sudah datang sebagai tamu, siapkan semuanya sekarang. Kita akan pergi menyambut mereka."Setelah memberikan beberapa instruksi dan berganti pakaian, Wira mengikuti Lucy keluar.Satu jam kemudian, rombongan perlahan-lahan mendekat di luar gerbang kota. Ada seseorang yang menunggang kuda di depan rombongan itu. Meskipun usia orang itu sudah lima puluhan tahun, dia tetap terlihat gagah perkasa. Dia adalah Raja Kresna yang terkenal."Sudah lama nggak jumpa, Raja Kresna masih berwibawa seperti dulu. Ratu Senia bisa punya jenderal sepertimu di sisinya, pantas saja dia bisa begitu tenang," puji Wira yang maju sambil tersenyum.Raja Kresna yang cerdik segera
Jika bukan karena bantuan Wira, Senia juga tidak akan berhasil mendapatkan tanda tangan untuk perjanjian empat wilayah itu. Dilihat dari sudut pandang tertentu, semua wilayah kekuasaannya terletak di wilayah tandas di utara meskipun dia menguasai satu wilayah. Istana utama Kerajaan Agrel juga berada di utara, sehingga tidak terancam ataupun terpengaruh oleh sembilan provinsi.Ada perbedaan besar antara suku-suku di utara dan wilayah tandus di utara. Wilayah suku di utara sangat kecil, sehingga mereka langsung tunduk dengan patuh begitu ditekan Wira. Namun, wilayah tandus di utara sangat luas dan Wira sangat memahami hal itu.Inilah alasan utama mengapa selama ini dia lebih memilih untuk berdamai daripada berperang dengan Kerajaan Agrel. Jika benar-benar terjadi pertempuran, dia tidak akan mendapatkan keuntungan apa pun juga. Tidak peduli siapa pun yang menjadi penguasa Kerajaan Agrel, hasilnya tetap sama."Tuan, kali ini yang datang bukan Senia, tapi putra sulungnya, Delon," kata Lucy
Di dalam kediaman jenderal. Melihat tumpukan laporan di atas meja, Wira merasa kepalanya agak sakit.Saat berada di Provinsi Lowala, Wira tidak perlu mengkhawatirkan dan ikut campur pada hal-hal ini dan bahkan tidak perlu ikut campur. Dengan adanya Osmaro dan yang lainnya, dia bisa menjadi pemimpin yang lepas tangan. Selama ini, dia tetap tinggal di Provinsi Yonggu hanya untuk membantu Danu menstabilkan situasinya.Danu adalah seorang prajurit, tentu saja ahli dalam memimpin pasukan dan bertarung di medan perang. Dia bahkan bisa memimpin dengan bijaksana dan memiliki keberanian yang luar biasa. Namun, untuk urusan administrasi, dia tidak begitu ahli. Oleh karena itu, Wira tetap tinggal di sana untuk memberikannya sedikit bantuan.Namun, Wira tidak menyangka akan terjadi bencana banjir tepat pada saat seperti ini. Mungkin saja, ini memang sudah takdirnya. Jika dia tidak berada di Provinsi Yonggu, saat ini Danu pasti sudah tak berdaya dan memimpin pasukannya untuk menekan pemberontakan p
Senia segera menyahut, "Coba beri tahu aku apa keuntungannya kalau Raja Kresna menemui Wira?"Senia seketika menjadi berminat."Sebenarnya sederhana saja. Aku tahu Ratu mencemaskan Raja Kresna, Raja Ararya, dan Raja Tanuwi. Raja Byakta sudah disingkirkan, tapi ketiga orang ini masih memiliki kekuasaan besar.""Selama masih ada Ratu, mereka tentu nggak berani bertindak sembarangan. Tapi, kalau Ratu menyerahkan takhta kepada salah satu pangeran, pangeran mungkin akan kesulitan menahan mereka.""Jadi, kita bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menyingkirkan Raja Kresna. Gimana menurutmu?"Harus diakui bahwa ini adalah ide yang sangat kejam. Guru Agung ingin memanfaatkan Wira untuk menyingkirkan Raja Kresna."Kalau Raja Kresna benar-benar mengalami masalah di Provinsi Yonggu dan kabar ini tersebar, sepertinya seluruh rakyat Kerajaan Agrel akan menganggap Wira sebagai musuh. Benar, 'kan? Lagi pula, semua orang di Kerajaan Agrel adalah pejuang sejati," jelas Guru Agung.Seketika, Senia mema
"Siapa?" Tatapan Senia tertuju pada Guru Agung.Kerajaan Agrel memang memiliki banyak genius, tetapi semuanya tidak punya hubungan darah dengan Senia. Masalah kali ini berkaitan dengan Dahlan. Mereka tentu harus mengutus lebih banyak orang yang berkemampuan untuk memberi Wira penjelasan.Bagaimanapun, Wira telah menulis dengan jelas di surat bahwa dirinya ingin bertemu Senia. Jika Senia tidak menampakkan diri, setidaknya dia harus mengutus orang-orang berkemampuan sebagai tanda hormatnya kepada Wira.Guru Agung memicingkan mata dan berkata, "Aku rasa Pangeran Pertama adalah pilihan tepat.""Maksudmu Delon? Dia memang pangeran pertama, tapi aku yakin kamu juga tahu dia nggak bisa diandalkan. Kalau nggak, mana mungkin aku menaruh harapan pada Dahlan?""Di antara putra-putraku, Dahlan memang yang paling nakal, tapi juga yang paling cerdas. Kelak, dia bisa menjadi pemimpin. Jika menyerahkan Kerajaan Agrel kepada Delon, aku khawatir dia akan dilengserkan, bahkan keselamatan rakyat nggak ter
"Guru Agung, akhirnya kamu datang. Coba lihat ini dulu." Senia menyerahkan surat itu kepada pria di depannya. Kemudian, dia menyesap tehnya sambil mengernyit, seperti sedang memikirkan sesuatu.Setelah membaca sesaat, ekspresi Guru Agung itu menjadi sangat suram. "Pangeran Dahlan ditangkap oleh Wira? Hubungan kita dengan Wira baik-baik saja. Dia seharusnya nggak berani menyakiti Pangeran Dahlan, 'kan?""Tapi, kalaupun terjadi sesuatu pada Pangeran Dahlan, kita bisa menjadikannya alasan untuk bernegosiasi dengan Wira. Orang lain mungkin takut pada Wira, tapi kita nggak perlu takut padanya."Senia tak kuasa termangu. "Kenapa kamu bisa bicara begitu?"Guru Agung itu menjelaskan, "Sepertinya Ratu sudah lupa. Kita berbeda dengan kesembilan provinsi itu. Kerajaan lainnya tentu takut pada Wira karena wilayah mereka tergolong dalam sembilan provinsi. Para rakyat menyukai Wira, ditambah lagi Wira punya banyak pasukan. Wira juga cerdas, terutama di bidang militer.""Osman sekalipun menganggap Wi
"Tuan Wira, kenapa kamu harus mencari ibuku?" Ekspresi Dahlan tampak suram. Tangannya terkepal erat. Dia tidak menyangka Wira akan mencari ibunya secepat ini. Ini sama saja dengan membahayakan posisi Dahlan.Kali ini, Dahlan benar-benar frustrasi. Dia gagal menyelesaikan masalah di Desa Damaro. Untuk kembali ke Kerajaan Agrel, dia bahkan membutuhkan ibunya turun tangan. Semua hal ini tentu membuat Dahlan kecewa."Nggak ada gunanya membahas ini denganku. Sepertinya ibumu bakal segera kemari. Nanti kalian bicara saja setelah berkumpul kembali."Usai berbicara, Wira melambaikan tangannya kepada dua orang di sampingnya. Prajurit segera membawa Dahlan ke kamar.Wira tidak lupa memperingatkan, "Dahlan adalah Pangeran Kerajaan Agrel. Kalian harus memperlakukannya dengan baik. Kalau sampai dia kenapa-kenapa, ibunya bisa meminta pertanggungjawaban dari kalian lho!"Jelas sekali, ucapan ini mengandung ejekan. Dahlan bukan orang bodoh. Dia tentu memahami maksud ucapan Wira."Tuan Wira, metodemu i
Dahlan menggertakkan giginya dan tidak bisa berkata-kata."Sepertinya kamu nggak tahu harus bilang apa ya? Kalau begitu, biar aku yang menjelaskan." Wira berkata, "Sebenarnya aku sudah menyuruh Lucy menyelidiki tentang Desa Damaro sejak awal. Sekarang akhirnya ada petunjuk.""Kudengar Kerajaan Agrel membentuk sebuah organisasi untuk bersaing dengan jaringan mata-mata. Aku nggak tahu apa yang kalian rencanakan, tapi kalian seharusnya membantai Desa Damaro untuk mendapatkan sesuatu, 'kan? Hanya saja, aku nggak tahu kalian sudah mendapatkannya atau belum.""Aku sudah berjanji kepada seseorang akan memberinya penjelasan yang memuaskan. Aku pasti akan menyelidiki pembantaian di Desa Damaro hingga kebenarannya terungkap. Karena kamu sudah ketahuan, seharusnya kamu memberiku penjelasan sekarang, 'kan?"Seketika, napas Dahlan memburu. Dia tidak menyangka Wira akan mengetahui semua ini. Sungguh menyebalkan! Namun, bukan berarti Dahlan harus mengakui semuanya. Dia harus membuat Wira percaya bahw