Lantas, bagaimana mungkin pemuda itu tega melihat sang kakek berbaring tidak berdaya di atas ranjang?Sayangnya, tidak banyak yang bisa dilakukan. Pemuda itu tidak bisa membuat sang kakek pulih total. Meskipun begitu, dia tidak akan diam begitu saja."Ganoderma Milenium? Itu mahal sekali. Dari mana kamu mendapatkannya? Kamu mencuri ya?" Ekspresi pria itu sontak berubah, bahkan suaranya menjadi agak dingin."Sejak kamu kecil, aku sudah bilang manusia boleh miskin, tapi nggak boleh melakukan perbuatan tercela. Kita nggak boleh menjadi pencuri meski hidup kita susah. Pria sejati harus punya hati yang baik," nasihat pria itu.Wira yang berdiri di luar pintu tak kuasa mengangguk mendengarnya. Banyak orang yang mengerti ucapan ini, tetapi sulit untuk mempraktikkannya. Pantas saja, pemuda ini terlihat agak kekanak-kanakan. Sepertinya, ada kaitannya dengan ajaran pria itu."Kakek, kamu sudah salah paham. Aku nggak mencuri. Kakak-kakak itu yang membantuku membeli Ganoderma Milenium. Aku nggak a
"Jangan salah paham, Tuan. Aku bukan ingin berterima kasih, tapi ingin memohon sesuatu. Ini tentang Agha," jelas pria itu segera.Wira tidak berbicara, hanya menunggu pria itu melanjutkan ucapannya. Sesaat kemudian, pria itu meneruskan, "Namaku Najib, usiaku 50-an tahun. Aku menyinggung seseorang bertahun-tahun lalu dan terluka parah sehingga mengasingkan diri di tempat seperti ini.""Usiaku belum terlalu tua, tapi kondisiku terus memburuk karena cedera yang tak kunjung pulih. Makanya, penampilanku terlihat seperti orang tua."Wira mengangguk dan merasa kasihan padanya. Dia sempat mengira Najib ini sudah berusia 70-an tahun, tetapi ternyata penampilannya seperti ini karena cedera dalam. Sungguh disayangkan!"Tuan, aku nggak takut mati. Semua ini sudah akibat dari perbuatanku di masa muda yang terlalu kompetitif. Tapi, Agha anak yang baik. Aku khawatir dia melakukan kejahatan setelah aku mati. Dia baru 15 tahun, bisa dibilang belum dewasa.""Aku harap setelah aku mati, Tuan bisa membawa
Apalagi, Agha adalah anak yang begitu berbakti. Jika tidak, mana mungkin Wira repot-repot membayar Ganoderma Milenium itu?Najib mencengkeram dadanya sambil tertawa terbahak-bahak. Akan tetapi, dia tiba-tiba terbatuk hebat.Wira segera maju untuk menepuk punggungnya. Sesaat kemudian, Najib yang merasa lebih baik berujar sambil tersenyum, "Nggak apa-apa, hidupku sudah nggak lama lagi. Penderitaanku jauh lebih besar dari yang terlihat. Setiap kali penyakitku kambuh, tubuhku akan kesakitan. Jangankan beraktivitas seperti orang biasa, tidurku saja nggak pernah nyenyak.""Aku sudah muak dengan hidupku ini. Aku masih berusaha bertahan karena mencemaskan Agha. Sekarang aku sudah tenang karena bertemu Tuan. Malam ini, aku akan memberi Agha penjelasan."Wira bukan orang bodoh. Dia tentu memahami maksud Najib. Seketika, Wira membelalakkan mata, lalu memapah Najib dan berkata, "Bukan begitu maksudku.""Kalau kamu percaya padaku, ikut kami. Aku bisa mengatur tempat tinggal untukmu. Kami akan menca
"Ya!" Najib tertawa, lalu meneguk obat itu hingga habis. Sayangnya, dia tahu bahwa kondisinya sudah sekarat. Tidak peduli sehebat apa Ganoderma Milenium, semua khasiatnya mungkin akan menjadi sia-sia."Kalau begitu, kami pamit dulu." Wira berpamitan, lalu membawa kedua wanita menuju ke ibu kota kembali. Agha mengantar mereka keluar, lalu kembali ke sisi kakeknya.Di perjalanan, Leli melirik Wira dan bertanya dengan heran, "Bukannya kamu datang kemari untuk membawa pemuda misterius itu? Aku tahu kamu ingin merekrutnya. Dia sangat kuat, jadi pasti bisa membantu pasukan. Kesempatan sudah di depan mata, kenapa kamu malah pergi?"Wira ragu-ragu sejenak, lalu menggeleng dan membalas, "Jujur saja, aku dan Najib sudah membuat kesepakatan. Malam ini, dia seharusnya akan mengakhiri hidupnya. Dia akan menjelaskan semuanya kepada Agha, jadi aku hanya perlu menjemputnya besok pagi. Kelak, dia akan menjadi adikku."Leli akhirnya memahaminya. Ternyata begitu. Pantas saja, ekspresi Wira menjadi agak s
Sesudahnya, Leli meninggalkan ruangan dan menuju ke istana. Di dalam kamar, Wira dan Thalia duduk di depan meja. Wira menggeleng sambil berujar, "Aku nggak nyangka semua akan menjadi begini. Aku dan Jihan sempat bertemu baru-baru ini, tapi kondisinya jadi separah ini sekarang. Memang nggak ada yang bisa memprediksi masa depan."Thalia tidak menanggapi. Semua ini memang disayangkan, apalagi belum 5 tahun Jihan memproklamasikan dirinya sebagai kaisar."Kamu terus mengikutiku belakangan ini, pasti sangat lelah, 'kan? Istirahatlah. Untuk sekarang, kita hanya bisa mengamati situasi," ucap Wira.Jihan belum wafat sehingga mereka tidak boleh mengambil tindakan apa pun. Jika tidak, rakyat Kerajaan Nuala hanya akan memusuhi mereka.Meskipun begitu, mereka tidak boleh pergi begitu saja atau situasi akan menjadi di luar kendali. Ini sungguh dilema.Menurut penilaian Wira, Jihan tidak akan bertahan lama lagi. Ketika saat itu tiba, perubahan besar akan terjadi di Kerajaan Nuala. Apakah bisa membali
"Jenderal, apa maksudmu menyuruh mereka menghentikanku?" Leli menghampiri Sucipto, lalu mengernyit. Dia sama sekali tidak takut. Lagi pula, posisinya memang lebih tinggi daripada Sucipto.Leli selalu melayani Kaisar. Hanya dengan satu perintah darinya, dia bisa saja mengendalikan seluruh jenderal Kerajaan Nuala. Tanpa diduga, Sucipto malah berbicara seperti ini padanya? Lancang sekali!"Nona, jangan salahkan aku. Ini perintah Putra Mahkota. Kaisar sudah sekarat dan terus istirahat di kamar. Tapi sebelumnya, dia sudah menyerahkan urusan militer dan negara kepada Putra Mahkota. Makanya, dia harus lebih berhati-hati. Kalau nggak ada izin dariku, nggak boleh ada yang memasuki istana," ujar Sucipto dengan angkuh."Putra mahkota? Kapan Kaisar memilih putra mahkota?" tanya Leli dengan heran. Ketika Wira baru datang, kondisi Jihan memang sudah lemas. Namun, dia tetap menanyakan pendapat Wira tentang kandidat putra mahkota. Semua ini baru berlalu beberapa hari. Bagaimana bisa tiba-tiba muncul s
Para pengawal itu seketika memahami ucapan Sucipto. Mereka bergegas menghunuskan pedang, lalu mengarahkannya kepada Leli. Jelas, jika Leli bersikeras menerobos masuk, mereka akan membunuhnya tanpa belas kasihan.Setelah ragu-ragu sejenak, Leli akhirnya tidak mengambil tindakan dan bertanya, "Kalau begitu, di mana Pangeran Osman? Nggak mungkin aku nggak boleh menemuinya, 'kan?"Osman adalah pria berpendidikan dan elegan. Jika Osman mewarisi takhta, Kerajaan Nuala baru bisa damai. Hanya Osman yang bisa membereskan Sucipto dan Izhar untuk sekarang."Pangeran Osman di kediamannya. Temui saja dia. Tapi, kamu nggak boleh masuk istana ini," ujar Sucipto untuk memperingatkan.Leli tidak berlama-lama di sana. Dia harus segera memikirkan strategi untuk masalah ini. Sesaat kemudian, dia meninggalkan area terlarang itu.Sucipto terkekeh-kekeh melihat sosok belakang Leli. Kemudian, dia juga pergi. Saat ini, Izhar keluar dari kegelapan dan menghampiri Sucipto."Gimana kalau kita bunuh wanita itu saj
Tok, tok, tok .... Terdengar suara ketukan pintu yang kuat. Wira dan Thalia seketika terbangun dari tidur mereka."Siapa?" tanya Wira yang tanpa sadar menyentuh pistol di bawah bantal dan menatap ke arah pintu dengan waspada."Aku." Terdengar suara Leli."Ternyata Nona Leli." Setelah menyimpan pistol itu, Wira merapikan pakaiannya dan membuka pintu. Di bawah sinar bulan, Leli terlihat agak berantakan, bahkan dahinya berkeringat."Kenapa nggak tidur malam-malam begini? Apa terjadi masalah? Apa mungkin Kaisar ...." Wira pun menjilat bibirnya yang kering dan ekspresinya menjadi agak masam."Bukan kok. Kaisar masih hidup. Ini tentang perubahan ibu kota." Leli masuk ke kamar dan menyesap teh. Kemudian, dia meneruskan, "Waktu kita sibuk menaklukkan suku, ternyata Izhar dan Sucipto menggunakan tipu muslihat untuk menjadikan Basir putra mahkota.""Kini Osman sepenuhnya diabaikan. Semua urusan pemerintahan jatuh ke tangan Izhar dan Sucipto. Begitu Kaisar wafat, Basir otomatis akan naik takhta.
Senia segera menyahut, "Coba beri tahu aku apa keuntungannya kalau Raja Kresna menemui Wira?"Senia seketika menjadi berminat."Sebenarnya sederhana saja. Aku tahu Ratu mencemaskan Raja Kresna, Raja Ararya, dan Raja Tanuwi. Raja Byakta sudah disingkirkan, tapi ketiga orang ini masih memiliki kekuasaan besar.""Selama masih ada Ratu, mereka tentu nggak berani bertindak sembarangan. Tapi, kalau Ratu menyerahkan takhta kepada salah satu pangeran, pangeran mungkin akan kesulitan menahan mereka.""Jadi, kita bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menyingkirkan Raja Kresna. Gimana menurutmu?"Harus diakui bahwa ini adalah ide yang sangat kejam. Guru Agung ingin memanfaatkan Wira untuk menyingkirkan Raja Kresna."Kalau Raja Kresna benar-benar mengalami masalah di Provinsi Yonggu dan kabar ini tersebar, sepertinya seluruh rakyat Kerajaan Agrel akan menganggap Wira sebagai musuh. Benar, 'kan? Lagi pula, semua orang di Kerajaan Agrel adalah pejuang sejati," jelas Guru Agung.Seketika, Senia mema
"Siapa?" Tatapan Senia tertuju pada Guru Agung.Kerajaan Agrel memang memiliki banyak genius, tetapi semuanya tidak punya hubungan darah dengan Senia. Masalah kali ini berkaitan dengan Dahlan. Mereka tentu harus mengutus lebih banyak orang yang berkemampuan untuk memberi Wira penjelasan.Bagaimanapun, Wira telah menulis dengan jelas di surat bahwa dirinya ingin bertemu Senia. Jika Senia tidak menampakkan diri, setidaknya dia harus mengutus orang-orang berkemampuan sebagai tanda hormatnya kepada Wira.Guru Agung memicingkan mata dan berkata, "Aku rasa Pangeran Pertama adalah pilihan tepat.""Maksudmu Delon? Dia memang pangeran pertama, tapi aku yakin kamu juga tahu dia nggak bisa diandalkan. Kalau nggak, mana mungkin aku menaruh harapan pada Dahlan?""Di antara putra-putraku, Dahlan memang yang paling nakal, tapi juga yang paling cerdas. Kelak, dia bisa menjadi pemimpin. Jika menyerahkan Kerajaan Agrel kepada Delon, aku khawatir dia akan dilengserkan, bahkan keselamatan rakyat nggak ter
"Guru Agung, akhirnya kamu datang. Coba lihat ini dulu." Senia menyerahkan surat itu kepada pria di depannya. Kemudian, dia menyesap tehnya sambil mengernyit, seperti sedang memikirkan sesuatu.Setelah membaca sesaat, ekspresi Guru Agung itu menjadi sangat suram. "Pangeran Dahlan ditangkap oleh Wira? Hubungan kita dengan Wira baik-baik saja. Dia seharusnya nggak berani menyakiti Pangeran Dahlan, 'kan?""Tapi, kalaupun terjadi sesuatu pada Pangeran Dahlan, kita bisa menjadikannya alasan untuk bernegosiasi dengan Wira. Orang lain mungkin takut pada Wira, tapi kita nggak perlu takut padanya."Senia tak kuasa termangu. "Kenapa kamu bisa bicara begitu?"Guru Agung itu menjelaskan, "Sepertinya Ratu sudah lupa. Kita berbeda dengan kesembilan provinsi itu. Kerajaan lainnya tentu takut pada Wira karena wilayah mereka tergolong dalam sembilan provinsi. Para rakyat menyukai Wira, ditambah lagi Wira punya banyak pasukan. Wira juga cerdas, terutama di bidang militer.""Osman sekalipun menganggap Wi
"Tuan Wira, kenapa kamu harus mencari ibuku?" Ekspresi Dahlan tampak suram. Tangannya terkepal erat. Dia tidak menyangka Wira akan mencari ibunya secepat ini. Ini sama saja dengan membahayakan posisi Dahlan.Kali ini, Dahlan benar-benar frustrasi. Dia gagal menyelesaikan masalah di Desa Damaro. Untuk kembali ke Kerajaan Agrel, dia bahkan membutuhkan ibunya turun tangan. Semua hal ini tentu membuat Dahlan kecewa."Nggak ada gunanya membahas ini denganku. Sepertinya ibumu bakal segera kemari. Nanti kalian bicara saja setelah berkumpul kembali."Usai berbicara, Wira melambaikan tangannya kepada dua orang di sampingnya. Prajurit segera membawa Dahlan ke kamar.Wira tidak lupa memperingatkan, "Dahlan adalah Pangeran Kerajaan Agrel. Kalian harus memperlakukannya dengan baik. Kalau sampai dia kenapa-kenapa, ibunya bisa meminta pertanggungjawaban dari kalian lho!"Jelas sekali, ucapan ini mengandung ejekan. Dahlan bukan orang bodoh. Dia tentu memahami maksud ucapan Wira."Tuan Wira, metodemu i
Dahlan menggertakkan giginya dan tidak bisa berkata-kata."Sepertinya kamu nggak tahu harus bilang apa ya? Kalau begitu, biar aku yang menjelaskan." Wira berkata, "Sebenarnya aku sudah menyuruh Lucy menyelidiki tentang Desa Damaro sejak awal. Sekarang akhirnya ada petunjuk.""Kudengar Kerajaan Agrel membentuk sebuah organisasi untuk bersaing dengan jaringan mata-mata. Aku nggak tahu apa yang kalian rencanakan, tapi kalian seharusnya membantai Desa Damaro untuk mendapatkan sesuatu, 'kan? Hanya saja, aku nggak tahu kalian sudah mendapatkannya atau belum.""Aku sudah berjanji kepada seseorang akan memberinya penjelasan yang memuaskan. Aku pasti akan menyelidiki pembantaian di Desa Damaro hingga kebenarannya terungkap. Karena kamu sudah ketahuan, seharusnya kamu memberiku penjelasan sekarang, 'kan?"Seketika, napas Dahlan memburu. Dia tidak menyangka Wira akan mengetahui semua ini. Sungguh menyebalkan! Namun, bukan berarti Dahlan harus mengakui semuanya. Dia harus membuat Wira percaya bahw
"Baik!" Lucy segera mengiakan, lalu langsung menuju ke luar. Jika ditunda, takutnya Dahlan akan meninggalkan wilayah Provinsi Yonggu duluan.Pada saat yang sama, Dahlan dan lainnya terus menuju ke luar Provinsi Yonggu dengan kecepatan paling tinggi. Ketika mereka hampir menerobos perbatasan, tiba-tiba muncul beberapa sosok yang menghalangi jalan mereka.Orang-orang ini tidak lain adalah anggota jaringan mata-mata. Baru saja, mereka menerima sinyal dari Lucy. Itu sebabnya, mereka langsung menghalangi Dahlan."Siapa kalian?" Dahlan turun dari kereta kudanya dan menatap orang-orang itu dengan tatapan dingin. Nada bicaranya pun terdengar sangat galak."Kalian tahu aku siapa? Aku tamu terhormat Wira! Tempat ini adalah Provinsi Yonggu, wilayah Wira. Kalau terjadi sesuatu padaku, nggak peduli siapa pun kalian, Wira nggak bakal melepaskan kalian!" ancam Dahlan.Orang-orang di belakang Dahlan pun menghunuskan pedang masing-masing. Mereka siap untuk bertarung.Salah satu anggota jaringan mata-ma
"Utus orang untuk membuntuti mereka diam-diam. Jangan sampai ketahuan oleh Dahlan. Begitu mendapat sinyal dariku, kalian harus langsung menaklukkannya. Kalau nggak ada sinyal dariku, itu artinya kalian nggak boleh mengambil tindakan.""Aku akan menemui Tuan Wira dulu. Aku harus memberitahunya situasi di sini." Setelah berpesan kepada bawahannya, Lucy langsung pergi.Setengah jam kemudian, di kediaman jenderal, Wira masih duduk di aula utama sambil merenung. Dia terus memikirkan cara untuk menyelesaikan masalah ini, tetapi tidak ada ide apa pun.Sampai jam makan, ketika Wira hendak makan, Lucy tiba-tiba datang. Wira langsung bertanya, "Bukannya kamu sedang menyelidiki para pengungsi? Kenapa tiba-tiba ada waktu kemari? Apa kamu dengar tentang pemberontakan itu?"Para pengungsi tiba-tiba memberontak dan memaksa membuka gudang pangan. Hal ini membuat Wira kewalahan dan tidak tahu harus bagaimana menyikapinya. Apalagi, ada beberapa kelompok yang ingin mengambil tindakan terhadap para pengun
Di pinggiran kota Provinsi Yonggu, ketika Wira dan lainnya sedang membahas strategi, Dahlan telah diam-diam keluar.Sejam lalu, Dahlan menerima surat dari wilayah utara. Dia langsung datang ke lokasi yang dijanjikan.Terdengar gemeresik daun di hutan. Sebuah sosok tiba-tiba muncul dan berdiri di hadapan Dahlan. "Yang Mulia, Ratu menyuruhmu untuk segera pergi. Kapan kita akan meninggalkan tempat ini?"Sambil berbicara, orang itu menunjukkan token miliknya untuk membuktikan identitasnya.Ekspresi Dahlan terlihat masam. Setelah ragu-ragu sejenak, dia menyahut dengan alis berkerut, "Wira mengawasiku. Sekarang aku juga tinggal di kediaman jenderal. Aku bisa keluar sebentar juga karena mencari alasan.""Kalau aku tiba-tiba pergi, takutnya Wira akan mengutus orang untuk menangkapku. Kalau aku gagal kabur dan ditangkap, hubungan Kerajaan Agrel dengan Wira akan retak.""Aku tahu hubungan Ibu dan Wira sangat baik. Untuk sementara waktu ini, mereka nggak mungkin berperang. Sebaiknya aku jadi sand
Beberapa hari ini, karena terjadi terlalu banyak masalah, Agha tidak punya waktu untuk mencari Fadela. Kebetulan, dia bisa menggunakan momen ini untuk memberi ruang terhadap satu sama lain. Mereka bisa sama-sama menenangkan diri.Agha dan Fadela akhirnya mencapai kesepakatan, bahkan menyetujui pernikahan, hanya karena Fadela kalah duel.Sebagai seorang pria, meskipun Agha hanya beberapa tahun lebih tua daripada Fadela, dia tetap harus bersikap dewasa dan bertanggung jawab. Apalagi, Agha menyandang gelar Orang Terkuat di Dunia! Dia harus bisa menjadi suami yang baik! Dia tidak boleh mengecewakan Wira ataupun Fadela."Danu, aku tahu kamu kesal. Tapi, jangan lupa yang kukatakan tadi. Para rakyat memberontak juga karena terpaksa. Kita nggak perlu menyulitkan mereka.""Turuti saja perkataanku kali ini. Kamu cuma perlu menjaga kota utama Provinsi Yonggu, menjamin keamanan di sini. Sisanya bakal kuatasi sendiri," hibur Wira.Seperti yang dipikirkan Osmaro, Wira dan Danu adalah sahabat yang su