Puftt! Harraz merasa sangat marah hingga langsung memuntahkan darah dan kehilangan semangat. Wajahnya yang pucat pasi terlihat sangat menyedihkan. Seorang perdana menteri dari Kerajaan Beluana malah dipaksa orang untuk mati. Sungguh menyedihkan!"Kamu ... ini benar-benar berengsek! Berani-beraninya kamu mengancamku dengan keluargaku. Kenapa sebelumnya aku nggak tahu kamu itu begitu berengsek?" Harraz terus memaki Alzam yang berada di depannya dengan marah.Namun, ekspresi Alzam sama sekali tidak terlihat marah, malahan tersenyum dengan tenang. Ini adalah situasi yang selalu dia nantikan. Asalkan Harraz mati di sini, posisinya akan naik satu tingkat lagi. Siapa lagi di seluruh Kerajaan Beluana yang bisa menandinginya kelak? Selama dia membina hubungan baik dengan Bhurek, mereka berdua pasti akan menjadi tokoh yang menguasai Kerajaan Beluana dengan kemampuan sipil dan militer keduanya."Pikirkan baik-baik, aku nggak ingin terus basa-basi denganmu lagi. Apa kamu akan bunuh diri untuk mene
Huben tertawa dan berkata sambil menunjuk Wira, "Dasar anak ini, permainan caturmu meningkat begitu cepat!""Itu karena kamu yang mengajarku dengan baik!" Sebelumnya, Wira memang mengerti catur, tetapi permainannya tidak begitu baik. Selama beberapa hari ini, dia selalu bersama dengan Huben, sehingga belajar banyak teknik dari Huben dan kemampuannya pun meningkat jauh lebih baik dari sebelumnya. Bisa dibilang, ini adalah sesuatu yang menggembirakan."Karena permainan ini sudah selesai, ayo kita pergi melihat Harraz. Aku yakin saat ini Harraz kemungkinan besar ingin bertemu dengan kita. Kalau tebakanku benar, kedatangan Alzam kali ini mungkin untuk mengorbankan Harraz demi melindungi kerajaannya," kata Huben sambil menyipitkan mata.Wira juga menganggukkan kepala, jelas keduanya sudah memiliki pemikiran yang sama. Mereka sudah berurusan dengan orang-orang dari Kerajaan Beluana begitu lama, bagaimana mungkin mereka tidak tahu trik yang dimainkan orang-orang dari Kerajaan Beluana ini."Ap
"Takutnya nggak bisa ...," kata Wira dengan ekspresi tak berdaya. Dia sama sekali tidak menghiraukan Harraz yang berdiri di atas kursi, melainkan berjalan ke meja dan menuangkan secangkir teh untuk dirinya sendiri.Setelah itu, Wira berkata dengan tenang, "Meskipun kamu mati di sini, masalah ini juga nggak akan mereda. Selain itu, apa kamu percaya Alzam benar-benar akan melepaskan keluargamu? Kalau tidak dimusnahkan seluruhnya, kelak pasti akan menjadi ancaman."Swish!Dalam sekejap, ekspresi Harraz berubah drastis. Dia segera melompat turun dari kursi dan berkata, "Bagaimana kamu bisa tahu semua ini?""Maaf, bukannya aku ingin mencuri dengar pembicaraan kalian. Tapi bagaimanapun juga, ini adalah wilayahku, jadi wajar saja ada yang mengawasi. Meskipun kalian berdua sangat hati-hati, tetap saja tidak bisa lepas dari pengawasanku," kata Wira sambil tersenyum ceria. Semua ini adalah rencana dari Biantara yang meletakkan banyak pasukan di luar penginapan dan juga agen jaringan mata-mata di
Harraz tersenyum mengejek diri sendiri, lalu berkata, "Jangan bercanda. Meskipun kamu bisa melindungi nyawaku, gimana nasib keluargaku kalau informasi ini terdengar sampai ke Kerajaan Beluana? Siapa yang akan melindungi mereka?""Mereka hanya akan mati tragis. Aku punya keluarga besar. Aku kepala keluarga mereka. Aku nggak mungkin membiarkan mereka menderita karena perbuatanku sendiri, 'kan?"Harraz merasa tidak berdaya. Kalau tahu akan seperti ini, dia tidak akan menjadi pejabat dulu atau pergi ke tempat lain untuk bekerja. Dengan begitu, hidupnya akan jauh lebih baik."Gimana kalau aku punya cara untuk membawa keluargamu ke sini?" tanya Wira."Serius?" Mata Harraz sontak berbinar-binar. Dia bukan seorang pengkhianat, melainkan hanya ingin melindungi keluarganya.Sebenarnya Harraz mengerti bahwa keluarganya akan sengsara jika dirinya tewas di sini hari ini. Bagaimanapun, Alzam berhati kejam. Dia dan Bhurek pasti akan bersekongkol setelah Harraz tewas. Ketika saat itu tiba, bukankah ke
"Oh ya, sebelum itu, kita harus menyebarkan rumor agar orang-orang mengira kamu sudah mati. Dengan cara ini, kita baru bisa menjamin keselamatanmu dan membuat Kerajaan Beluana nggak curiga," ucap Wira sambil menatap Harraz."Bukan masalah. Tapi, kalau keluargaku tiba-tiba meninggalkan Kerajaan Beluana, apa orang-orang kerajaan nggak akan curiga?" tanya Harraz. Yang ada di pikirannya sekarang hanya keluarganya. Dia memilih untuk mati barusan juga demi keselamatan keluarganya.Wira tersenyum dan menyahut, "Kamu tenang saja soal ini. Aku akan menyuruh Biantara dan lainnya menyebarkan kabar kalau mereka meninggalkan Kerajaan Beluana karena sedih dan kecewa. Jadi, orang-orang nggak bakal menyangkutpautkan kedua hal itu.""Selain itu, coba kamu pikirkan. Kalau kamu benar-benar mati, gimana mereka bisa hidup di Kerajaan Beluana lagi? Jadi, aku yakin orang-orang nggak bakal mencurigai keluargamu."Ternyata, Wira begitu teliti dalam mempertimbangkan sesuatu. Harraz lagi-lagi merasa terharu. Jik
Meskipun Harraz telah meninggal, dia hanya bidak catur seseorang. Musuh sesungguhnya adalah Ciputra.Hanya saja, dunia telah damai sekarang. Semua orang fokus pada perkembangan kerajaan masing-masing dan tidak ingin peperangan terjadi. Jika tidak, dunia hanya akan menjadi kacau kembali.Apalagi, Kerajaan Nuala dan Kerajaan Agrel masih tidak sebanding dengan Kerajaan Beluana meski bekerja sama. Itu sebabnya, mereka hanya bisa menahan diri untuk sementara waktu.Untung saja, nyawa Doly dan Leli tidak terancam. Keduanya memang terluka, tetapi tidak ada yang serius.Di sisi lain, Biantara berhasil membawa keluarga Harraz ke Kota Limaran. Semua dilakukan dengan sangat rahasia sehingga Alzam dan lainnya hanya tahu keluarga Harraz telah meninggalkan Kerajaan Beluana tanpa tahu pergerakan mereka.Lagi pula, Alzam hanya takut pada Harraz. Dia tidak peduli pada nasib keluarga Harraz sehingga tidak mempermasalahkan hal ini ataupun merasa cemas.Setengah bulan kemudian. Di luar gerbang kota, Wira,
"Tentu saja," sahut Huben. Sambil mengobrol, keduanya berjalan masuk ke Kota Limaran. Setelah mengantar tamu terhormat pulang, mereka masih punya banyak urusan yang harus diselesaikan.Bagaimanapun, proyek hidrolik masih belum selesai. Semua baru dimulai sekarang. Mereka harus bekerja keras untuk membuat dunia makin berkembang.Di Kerajaan Beluana, proyek hidrolik telah dimulai, tetapi Ciputra tidak merasa senang sedikit pun. Ciputra tampak berdiri di taman dengan ekspresi murung. Dia terus melemparkan batu ke kolam.Di belakangnya, kepala kasim bertanya, "Yang Mulia, masalah apa yang membuat Anda kesal?""Harraz sudah meninggal dan Alzam menjadi sangat mendominasi di istana. Dengar-dengar, dia dan Bhurek menjadi sangat dekat sekarang. Mana mungkin aku nggak cemas soal ini?" balas Ciputra. Dia membutuhkan 2 penasihat supaya mereka bisa membatasi satu sama lain.Tanpa diduga, Harraz malah mati secepat itu dan membuat situasi menjadi di luar kendali. Apabila Alzam makin mendominasi, pria
Alzam mengangguk dan menepuk bahu kepala kasim itu. Dia mengangguk sambil membalas, "Ini sudah seharusnya. Asalkan kamu membantuku mengorek informasi, aku akan selalu membayarmu seperti ini."Kepala kasim mengangguk, lalu kembali ke dalam istana. Di sisi lain, Alzam tampak tidak fokus dan sorot matanya terlihat agak linglung. Entah apa yang dipikirkan olehnya. Dia awalnya ingin mendominasi di istana, tetapi sepertinya tidak ada kesempatan itu lagi untuk sekarang."Raja ingin mencari penasihat baru. Kalau begitu, aku akan mencarikannya untuknya agar kekuasaan di istana tetap berada di genggamanku," ujar Alzam dengan mata berbinar-binar. Kemudian, dia langsung meninggalkan istana.Di Kota Limaran, Wira sedang memantau di lokasi konstruksi. Tiba-tiba, dia melihat sesosok yang familier di sekitar sana. Setelah melihat dengan saksama, dia mendapati bahwa pendatang itu adalah Thalia.Meskipun wanita ini sudah mengganti pakaiannya dan mereka sudah lama tidak bertemu, Wira tetap bisa mengenali
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai
Kaffa tidak menyahut. Dia tidak percaya pada omongan para perampok ini. Penjahat selamanya adalah penjahat!Ini sama seperti orang baik. Tidak peduli apa yang terjadi, mereka tidak akan pernah tunduk pada kejahatan, apalagi mencelakai orang.Namun, karena Wira telah berbicara demikian, Kaffa tidak berani membantah lagi. Hanya saja, dia masih merasa agak enggan.Nyawa mereka semua ada di tangan Wira. Kaffa merasa agak takut setelah melihat Wira membunuh Jaguar tadi. Jika menyinggung Wira, nasibnya mungkin akan sama dengan Jaguar.Apalagi, Kaffa masih punya adik. Apa pun yang terjadi, dia harus memastikan keselamatan Shafa. Sekalipun nyawa taruhannya, dia tetap harus melindungi Shafa."Siapa namamu? Kulihat kamu sangat pintar bicara dan pintar menilai situasi," tanya Wira kepada pria berwajah tirus itu.Pria itu bergegas menghampiri Wira, lalu menyeka keringat dinginnya sambil memperkenalkan diri, "Namaku Sahim.""Sahim? Oke, aku sudah ingat." Wira mengangguk.Ketika melihat Wira berinis
Tidak ada yang gratis di dunia ini. Kini, seseorang yang begitu kuat dan punya kuasa tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Hal ini tentu membuat mereka merasa curiga."Letakkan senjata kalian sekarang juga! Kalau ada yang berani macam-macam, jangan salahkan aku mengambil tindakan," ancam Wira dengan dingin.Semua orang bertatapan. Tidak ada yang berani ragu sedikit pun. Mereka buru-buru melempar golok mereka ke samping.Di mana mereka, Wira tidak ada bedanya dengan malaikat maut. Jika terus berbasa-basi dengan Wira, takutnya mereka semua akan mati di sini. Tidak ada yang ingin mati!Sekalipun profesi mereka adalah perampok, mereka melakukannya hanya untuk bertahan hidup.Saat berikutnya, para perampok itu berlutut. Pria berwajah tirus itu berkata, "Kak Jaguar sudah mati. Mulai sekarang, kami akan mengikutimu! Kamu adalah bos kami! Kami nggak akan menentang perintahmu, sekalipun nyawa taruhannya!"Semua orang buru-buru menyatakan sikap mereka. Wira tersenyum dingin, lalu berujar, "Kalau b
"Kamu yakin besi di tanganmu itu bisa membunuhku? Kamu kira kami bakal takut?" Jaguar menatap Wira dengan tidak acuh. Orang-orang di belakangnya sontak tertawa, merasa nyali Wira terlalu besar.Jumlah mereka terlalu banyak. Sekalipun Wira dan kedua anak itu bernyawa sembilan, mereka tetap tidak akan bisa melawan. Sepertinya, Wira ketakutan hingga menjadi bodoh."Tuan muda kaya yang dimanjakan sejak kecil memang begini. Mereka nggak bisa menilai situasi dengan baik. Kalau begitu, gimana kalau kita bunuh saja mereka?" usul pria berwajah tirus itu."Kulihat kedua anak di belakangnya itu bukan dari keluarga kaya. Kita bunuh saja mereka supaya tuan muda ini tahu semenakutkan apa kematian. Dengan begini, dia nggak bakal berani bersikap sombong lagi."Kaffa dan Shafa sontak terkesiap. Jika mereka dibawa ke markas perampok, setidaknya mereka bisa mencari kesempatan untuk kabur. Namun, jika mati di sini, bukankah usaha mereka untuk bertahan hidup akan sia-sia? Mereka tidak ingin mati!""Gadis i
Begitu ucapan ini dilontarkan, orang-orang segera bersorak untuk menyetujuinya. Semua orang memaki Wira, membuat Wira terdengar seperti pendosa besar.Wira merasa kecewa. Dia mengusahakan yang terbaik untuk para rakyat, tetapi kebaikannya tidak diterima dan orang-orang bahkan menghinanya.Sebelum Wira bersuara, Kaffa tiba-tiba maju dan berkata dengan lantang, "Omong kosong apa yang kalian bicarakan? Tuan Wira sangat baik pada kita! Jalur perairan sangat menguntungkan bagi para rakyat. Semuanya mendapat keuntungan.""Bencana ini bisa terjadi juga karena ada orang yang melakukan korupsi. Orang-orang itu pasti memakai bahan yang murah. Ini bukan salah Tuan Wira!""Memangnya kalian nggak merasa bersalah menghinanya seperti ini? Jangan lupa. Kalau Tuan Wira nggak membuat kesepakatan dengan kerajaan lain, kita nggak bakal melewati kehidupan damai sekarang!"Wira cukup terkejut melihat keberanian Kaffa. Pemuda ini makin menarik saja. Dia tidak melupakan kebaikan orang lain. Sepertinya, Kaffa