Ekspresi Nafis terlihat agak masam. Wira yang pergi sendirian sama saja dengan memasuki lubang harimau. Jika lalai sedikit saja, dia bisa kehilangan nyawanya. Bagaimana kalau Ciputra menyerang tanpa memedulikan hubungan masa lalu mereka?"Tenang saja, aku yakin dia bukan orang seperti itu. Dia seharusnya nggak akan melakukan apa pun padaku," ujar Wira dengan penuh percaya diri.Meskipun Nafis masih kurang menyetujuinya, dia hanya bisa mengangguk mengiakan. Lagi pula, Wira adalah atasannya.Dua jam kemudian, Wira dan lainnya telah melewati istana. Di belakang istana, terdapat pabrik yang sangat besar. Begitu berjalan masuk, langsung terdengar berbagai suara dentuman. Ketika melihat ke sekeliling, terlihat orang-orang sibuk memproduksi baja. Jelas, semua ini untuk membuat meriam."Sepertinya, kamu benar-benar berusaha keras," ucap Wira yang melipat lengannya dan tersenyum. Tatapannya tertuju pada Ciputra."Tentu saja. Aku akhirnya tahu kehebatan meriam pada perang waktu itu. Meriam tanga
"Aku rasa busur dan panah saja sudah cukup. Memangnya ada senjata yang lebih hebat dari itu?" tanya Nafis dengan ekspresi heran.Ketika Nafis masih kecil, ayahnya sudah mengajarinya teknik memanah. Itu sebabnya, dia menjadi sangat mahir dalam memanah. Menurutnya, tidak ada senjata yang lebih baik daripada busur dan panah.Wira menepuk bahu Nafis, lalu tersenyum dan berujar, "Setelah aku membuatnya, kamu akan tahu kehebatannya. Nanti, kamu pasti akan memohon kepadaku untuk memberimu senjata itu."Wira terkekeh-kekeh misterius. Nada bicaranya dipenuhi kepercayaan diri. Sementara itu, Nafis hanya menggeleng dan tidak menanggapi lagi. Meskipun begitu, dia tetap percaya bahwa busur dan panah adalah senjata terbaik untuknya.....Selama setengah bulan berikutnya, Wira terus mengurung diri di kamar. Entah apa yang disibukkan pria ini.Ainur sering mengantarkan makanan untuk Wira, juga sering melihat beberapa bahan dan gambar di dalam kamar. Akan tetapi, dia sama sekali tidak tahu manfaatnya d
Saat ini, Doddy berjalan keluar dari kamar sebelah. Wajahnya masih agak pucat, tetapi dia bisa beraktivitas seperti biasa.Wira menghampirinya, lalu meninju dada Doddy dan berkata, "Ternyata masih kuat. Sepertinya, pemulihanmu lumayan juga."Doddy menyeringai dan membalas, "Semua ini berkat bantuan Kak Wira. Aku sudah dengar semua. Kalau kamu nggak datang ke Provinsi Bina, mungkin aku sudah mati."Begitu membahas masalah ini, semua orang menjadi murung. Meskipun Doddy sudah siuman dan Wira sudah merasa jauh lebih tenang, mereka masih belum tahu siapa yang telah mencelakai Doddy. Dendam ini harus dibalaskan!"Doddy, kamu jaga Ainur. Aku dan Nafis mau keluar sebentar," ujar Wira. Doddy baru pulih sehingga istirahat adalah pilihan terbaik untuknya sekarang. Wira tidak mungkin membawanya pergi.Bisa dibilang, Wira dan Ciputra telah berteman kembali, bahkan Wira telah mengajari Ciputra cara membuat meriam. Namun, tidak akan ada yang tahu isi pikiran Ciputra.Selain itu, bawahan Ciputra mema
Ekspresi Wira tampak serius. Faktanya, dia masih belum meninggalkan Provinsi Bina karena ingin membalaskan dendam Doddy. Ini bukan hanya masalah Doddy, tetapi masalah mereka semua.Pihak lawan memiliki niat jahat. Jelas, targetnya bukan hanya Doddy, melainkan mereka semua. Jika tidak menemukan orang-orang yang bersembunyi di kegelapan itu, mereka yang akan menanggung konsekuensi fatal.Nafis tidak mengutarakan apa-apa. Kedatangannya ini hanya untuk melindungi Wira. Urusan lainnya tidak ada hubungan dengannya. Meskipun ingin membantu, dia tidak memiliki kecerdasan seperti itu.Ekspresi Kusmanto tampak serius. Setelah ragu-ragu sejenak, dia mengernyit dan berkata, "Tuan, aku terus memikirkan hal yang sama selama 2 hari ini. Menurutmu, apa mungkin semua ini berhubungan dengan Ciputra?""Bagaimanapun, Provinsi Bina adalah wilayah Ciputra. Nggak mungkin ada organisasi misterius yang nggak diketahuinya. Kalau memang ada, keselamatan Ciputra pasti terancam.""Selain itu, aku juga sudah menany
Saat berikutnya, beberapa orang di belakang langsung menyerbu ke depan. Namun, mereka tiba-tiba melihat Doddy yang telah maju untuk mengadang di depan pintu. Para ahli bela diri dari Provinsi Lowala juga telah tiba untuk berhadapan dengan para pria berpakaian hitam."Sialan! Kita sudah begitu berhati-hati, tapi masih ketahuan," ujar pria yang memimpin itu dengan tatapan dingin. Meskipun begitu, dia sama sekali tidak terlihat takut.Dalam sekejap, para pria berpakaian hitam mengeluarkan belati dari saku mereka dan memasang postur siap menyerang."Bunuh semuanya selain pria yang memimpin itu! Berani sekali mereka datang untuk mencuri! Cari mati!" seru Doddy. Dia menderita cedera parah dan baru pulih sehingga hatinya dipenuhi amarah.Karena ada yang berinisiatif untuk mengantar nyawa, Doddy tentu harus memberi mereka pelajaran untuk meredakan amarah dalam hatinya. Dia tidak peduli apa hubungan mereka dengan orang yang menyerangnya, tetapi yang pasti para pendatang ini berniat jahat.Seket
"Sebagian besar pencuri itu sudah kami bunuh, hanya sisa satu pemimpin mereka sedang kabur menuju ke luar kota!" jawab salah seorang dengan tergesa-gesa."Baiklah, aku mengerti. Apa orang itu mengenakan pakaian hitam dan menutupi wajahnya?" tanya Wira lagi.Orang itu segera berkata, "Benar!""Kalian segera kembali untuk menjaga Doddy dan Ainur, barangnya sudah bersamaku. Nggak peduli apa pun yang terjadi, kalian harus pastikan keamanan mereka berdua."Seiring perintah Wira, semua prajurit Wira segera kembali ke penginapan. Sementara itu, Wira dan Nafis langsung menuju ke luar kota.Kecepatan keduanya sangat luar biasa dan pemimpin pencuri itu juga sudah lelah karena sudah berlari sejauh itu, sehingga jarak antaranya dan Wira makin dekat. Begitu keluar kota, dia melihat hutan di sekitarnya dan segera masuk ke dalamnya."Ingin lari? Sayangnya, kamu nggak punya kesempatan itu," kata Wira sambil tersenyum dingin. Tadi, dia hanya terus mengejar pemimpin pencuri itu tanpa membunuhnya dan jug
Namun, Ciputra merasa pemimpin para ahli yang dikirimnya juga sudah terbunuh."Senjata tersembunyi apa yang disimpan di dalam kotak itu? Kenapa kekuatannya begitu luar biasa? Jarak mereka setidaknya ada ratusan meter, tapi senjata tersembunyi itu malah langsung mengenai orang kita. Kalau aku nggak melihatnya langsung, mungkin aku nggak akan percaya saat mendengar laporan ini dari orang lain," kata Ciputra dengan ekspresi yang sangat muram.Ciputra berpikir Wira benar-benar musuh yang mengerikan. Bukan hanya sangat cerdik, Wira juga bisa menciptakan begitu banyak barang aneh. Baik senapan, Meriam Darmadi, ataupun senapan runduk ini, semuanya adalah senjata membunuh yang luar biasa."Raja, bagaimana menurutmu kalau kita manfaatkan kesempatan ini untuk langsung membunuh Wira? Dengan begitu, kita juga bisa merebut kotak itu. Asalkan para sarjana kita menyelidikinya dengan baik, aku yakin kita akan segera menemukan prinsip senjata itu. Pada saat itu, kita juga bisa menciptakan senjata aneh
Sesuai dengan pemahaman Nafis, senjata yang memiliki kekuatan besar biasanya adalah senjata jarak dekat. Senjata tersembunyi jarak jauh seperti busur biasanya tidak memiliki kekuatan yang begitu besar. Sekarang, dia makin penasaran dengan nama senjata yang disimpan di dalam kotak itu dan mengapa senjata itu bisa memiliki kekuatan membunuhnya yang begitu besar."Kak Wira, bagaimana kalau kamu berikan benda ini padaku? Saat itu kamu juga menciptakannya untukku, 'kan? Asalkan kamu mengajariku cara menggunakannya, aku akan berlatih dengan tekun. Aku yakin nggak butuh waktu yang lama, aku sudah mahir menggunakannya," kata Nafis sambil menggosok tangannya dan menatap kotak misterius di punggung Wira dengan sangat bersemangat.Nafis sangat menyukai senjata ini. Jika dia tahu lebih awal bahwa senjata ini begitu luar biasa, saat itu dia tidak akan menolak tawaran Wira. Kekuatan senjata ini jauh lebih unggul daripada busur dan lebih mudah dibawa. Jika bisa memiliki senjata ini, kelak kemampuanny
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai
Kaffa tidak menyahut. Dia tidak percaya pada omongan para perampok ini. Penjahat selamanya adalah penjahat!Ini sama seperti orang baik. Tidak peduli apa yang terjadi, mereka tidak akan pernah tunduk pada kejahatan, apalagi mencelakai orang.Namun, karena Wira telah berbicara demikian, Kaffa tidak berani membantah lagi. Hanya saja, dia masih merasa agak enggan.Nyawa mereka semua ada di tangan Wira. Kaffa merasa agak takut setelah melihat Wira membunuh Jaguar tadi. Jika menyinggung Wira, nasibnya mungkin akan sama dengan Jaguar.Apalagi, Kaffa masih punya adik. Apa pun yang terjadi, dia harus memastikan keselamatan Shafa. Sekalipun nyawa taruhannya, dia tetap harus melindungi Shafa."Siapa namamu? Kulihat kamu sangat pintar bicara dan pintar menilai situasi," tanya Wira kepada pria berwajah tirus itu.Pria itu bergegas menghampiri Wira, lalu menyeka keringat dinginnya sambil memperkenalkan diri, "Namaku Sahim.""Sahim? Oke, aku sudah ingat." Wira mengangguk.Ketika melihat Wira berinis
Tidak ada yang gratis di dunia ini. Kini, seseorang yang begitu kuat dan punya kuasa tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Hal ini tentu membuat mereka merasa curiga."Letakkan senjata kalian sekarang juga! Kalau ada yang berani macam-macam, jangan salahkan aku mengambil tindakan," ancam Wira dengan dingin.Semua orang bertatapan. Tidak ada yang berani ragu sedikit pun. Mereka buru-buru melempar golok mereka ke samping.Di mana mereka, Wira tidak ada bedanya dengan malaikat maut. Jika terus berbasa-basi dengan Wira, takutnya mereka semua akan mati di sini. Tidak ada yang ingin mati!Sekalipun profesi mereka adalah perampok, mereka melakukannya hanya untuk bertahan hidup.Saat berikutnya, para perampok itu berlutut. Pria berwajah tirus itu berkata, "Kak Jaguar sudah mati. Mulai sekarang, kami akan mengikutimu! Kamu adalah bos kami! Kami nggak akan menentang perintahmu, sekalipun nyawa taruhannya!"Semua orang buru-buru menyatakan sikap mereka. Wira tersenyum dingin, lalu berujar, "Kalau b
"Kamu yakin besi di tanganmu itu bisa membunuhku? Kamu kira kami bakal takut?" Jaguar menatap Wira dengan tidak acuh. Orang-orang di belakangnya sontak tertawa, merasa nyali Wira terlalu besar.Jumlah mereka terlalu banyak. Sekalipun Wira dan kedua anak itu bernyawa sembilan, mereka tetap tidak akan bisa melawan. Sepertinya, Wira ketakutan hingga menjadi bodoh."Tuan muda kaya yang dimanjakan sejak kecil memang begini. Mereka nggak bisa menilai situasi dengan baik. Kalau begitu, gimana kalau kita bunuh saja mereka?" usul pria berwajah tirus itu."Kulihat kedua anak di belakangnya itu bukan dari keluarga kaya. Kita bunuh saja mereka supaya tuan muda ini tahu semenakutkan apa kematian. Dengan begini, dia nggak bakal berani bersikap sombong lagi."Kaffa dan Shafa sontak terkesiap. Jika mereka dibawa ke markas perampok, setidaknya mereka bisa mencari kesempatan untuk kabur. Namun, jika mati di sini, bukankah usaha mereka untuk bertahan hidup akan sia-sia? Mereka tidak ingin mati!""Gadis i
Begitu ucapan ini dilontarkan, orang-orang segera bersorak untuk menyetujuinya. Semua orang memaki Wira, membuat Wira terdengar seperti pendosa besar.Wira merasa kecewa. Dia mengusahakan yang terbaik untuk para rakyat, tetapi kebaikannya tidak diterima dan orang-orang bahkan menghinanya.Sebelum Wira bersuara, Kaffa tiba-tiba maju dan berkata dengan lantang, "Omong kosong apa yang kalian bicarakan? Tuan Wira sangat baik pada kita! Jalur perairan sangat menguntungkan bagi para rakyat. Semuanya mendapat keuntungan.""Bencana ini bisa terjadi juga karena ada orang yang melakukan korupsi. Orang-orang itu pasti memakai bahan yang murah. Ini bukan salah Tuan Wira!""Memangnya kalian nggak merasa bersalah menghinanya seperti ini? Jangan lupa. Kalau Tuan Wira nggak membuat kesepakatan dengan kerajaan lain, kita nggak bakal melewati kehidupan damai sekarang!"Wira cukup terkejut melihat keberanian Kaffa. Pemuda ini makin menarik saja. Dia tidak melupakan kebaikan orang lain. Sepertinya, Kaffa