Namun, Ciputra merasa pemimpin para ahli yang dikirimnya juga sudah terbunuh."Senjata tersembunyi apa yang disimpan di dalam kotak itu? Kenapa kekuatannya begitu luar biasa? Jarak mereka setidaknya ada ratusan meter, tapi senjata tersembunyi itu malah langsung mengenai orang kita. Kalau aku nggak melihatnya langsung, mungkin aku nggak akan percaya saat mendengar laporan ini dari orang lain," kata Ciputra dengan ekspresi yang sangat muram.Ciputra berpikir Wira benar-benar musuh yang mengerikan. Bukan hanya sangat cerdik, Wira juga bisa menciptakan begitu banyak barang aneh. Baik senapan, Meriam Darmadi, ataupun senapan runduk ini, semuanya adalah senjata membunuh yang luar biasa."Raja, bagaimana menurutmu kalau kita manfaatkan kesempatan ini untuk langsung membunuh Wira? Dengan begitu, kita juga bisa merebut kotak itu. Asalkan para sarjana kita menyelidikinya dengan baik, aku yakin kita akan segera menemukan prinsip senjata itu. Pada saat itu, kita juga bisa menciptakan senjata aneh
Sesuai dengan pemahaman Nafis, senjata yang memiliki kekuatan besar biasanya adalah senjata jarak dekat. Senjata tersembunyi jarak jauh seperti busur biasanya tidak memiliki kekuatan yang begitu besar. Sekarang, dia makin penasaran dengan nama senjata yang disimpan di dalam kotak itu dan mengapa senjata itu bisa memiliki kekuatan membunuhnya yang begitu besar."Kak Wira, bagaimana kalau kamu berikan benda ini padaku? Saat itu kamu juga menciptakannya untukku, 'kan? Asalkan kamu mengajariku cara menggunakannya, aku akan berlatih dengan tekun. Aku yakin nggak butuh waktu yang lama, aku sudah mahir menggunakannya," kata Nafis sambil menggosok tangannya dan menatap kotak misterius di punggung Wira dengan sangat bersemangat.Nafis sangat menyukai senjata ini. Jika dia tahu lebih awal bahwa senjata ini begitu luar biasa, saat itu dia tidak akan menolak tawaran Wira. Kekuatan senjata ini jauh lebih unggul daripada busur dan lebih mudah dibawa. Jika bisa memiliki senjata ini, kelak kemampuanny
Nafis tidak akan membiarkan apa pun terjadi pada Wira. Jika tidak, dia tidak akan bisa mempertanggungjawabkan hal ini pada Danu dan yang lainnya. Selain itu, dia juga akan mengecewakan kerja keras semua orang.Hari sudah hampir petang saat keduanya kembali ke penginapan, tetapi matahari masih belum tenggelam. Wira memanggil semuanya ke dalam kamarnya dan saat ini semuanya sudah berkumpul."Kenapa memilih bergerak pada malam hari? Lagi pula, sekarang kita masih belum menemukan siapa yang menyerangku waktu itu. Benar-benar mau pergi begitu saja?" kata Doddy dengan nada yang tak puas. Ini adalah pertama kalinya dia diserang orang secara diam-diam, tentu saja dia ingin membalas dendam ini.Ainur tidak mengatakan apa-apa karena dia merasa dia tidak berhak untuk berbicara. Asalkan Wira sudah membuat keputusannya, dia akan mengikuti Wira.Jari Wira mengetuk meja beberapa kali dengan lembut, lalu ekspresinya tiba-tiba menjadi serius dan berkata, "Sekarang aku sudah yakin orang-orang yang menye
Meskipun Wira dan yang lainnya bergerak secara diam-diam, gerakan mereka tetap ketahuan oleh Ciputra karena semua mata-mata Ciputra mengawasi di depan penginapan itu.Alzam dan Harraz segera datang menghadap dan saat ini keduanya sedang berada di dalam kamar Ciputra."Raja, jangan ragu-ragu lagi. Wira dan yang lainnya sudah bersiap untuk keluar kota. Kalau melewatkan kesempatan ini, nggak akan ada kesempatan lagi ...," kata Harraz dengan tergesa-gesa dan ekspresinya terlihat mengerikan.Alzam juga menyetujui pendapat Harraz. Saat ini adalah kesempatan paling baik untuk membunuh Wira dan tidak boleh dilewatkan. Jika tidak, nanti konsekuensinya akan besar.Ciputra terus-menerus mengelus keningnya. Dia juga memikirkan apakah tindakan ini layak dijalankan atau tidak dan tidak bisa langsung membuat keputusannya.Alzam dan Harraz terlihat gelisah. Sekarang, Wira sedang melarikan diri dan mungkin sebentar lagi akan meninggalkan Provinsi Bina. Jika sudah keluar dari provinsi itu, mereka mungki
Danu langsung melempar surat di tangannya ke atas meja, lalu mengenakan baju besinya dan segera mengayunkan tangan ke arah beberapa perwira di sampingnya. "Kalian segera bersiap-siap dan ikut aku keluar kota. Ada orang yang mengancam keselamatan Kak Wira, kita harus segera menuju Provinsi Bina untuk membantu Kak Wira!"Sekelompok perwira itu langsung menganggukkan kepala."Sebelum itu, pertahanan di Provinsi Lowala juga harus disiapkan dengan baik, nggak boleh membiarkan musuh memanfaatkan kesempatan ini. Meskipun keselamatan Kak Wira penting, keamanan Provinsi Lowala lebih penting."Setengah jam kemudian, semua orang sudah bersiap-siap dan mengikuti Danu pergi keluar kota. Semua urusan pemerintahan ataupun militer di Provinsi Lowala diserahkan kepada Osmaro untuk sementara waktu. Sementara itu, Danu memimpin sepuluh ribu kavaleri untuk segera menuju ke Provinsi Bina. Malam ini, semuanya pasti tidak akan bisa tidur nyenyak.....Saat ini, Wira dan yang lainnya sudah keluar dari kota da
Ekspresi Danu dan Doddy terlihat muram. Status Wira sangat tinggi dan penting, mereka tidak boleh membiarkan Wira berada dalam masalah."Kita datang ke sini bersama, jadi aku harus membawa kalian berdua pulang dengan aman juga. Kalau nggak, bagaimana aku bisa menjelaskan semua ini pada orang-orang di Dusun Darmadi?" kata Wira sambil mengernyitkan alis dan sikapnya sangat tegas, membuat semua orang di sekitarnya merasa sangat bersyukur."Penjelasan terbaik bagi mereka adalah kamu mati di sini!" Saat Wira dan yang lainnya sedang berbicara, Bhurek sudah memimpin tiga ribu kavaleri tiba di sana dan mendengar perkataan Wira juga. Saat ini, dia menunggang kuda dengan gagah sambil menggenggam tombak panjang dan menatap Wira yang berada di depannya dengan dingin.Namun, pandangan Bhurek lebih terfokus pada kotak di punggung Wira. Sebelumnya, Ciputra mengirim para ahli untuk pergi mencuri kotak itu, tetapi mereka gagal dan menimbulkan banyak korban. Ini membuktikan bahwa pasti ada barang yang b
Melihat bayangan pasukan Keluarga Darmadi yang makin mendekat, Bhurek akhirnya menggertakkan giginya dan memutuskan untuk mundur. Dia menyadari bahwa mempertahankan seluruh pasukannya lebih penting. Jelas-jelas sudah tahu tidak bisa menang, tetapi masih mengorbankan nyawa tiga ribu pengawal istana dengan sia-sia. Ini hanya akan membuat tanggung jawabnya makin besar dan Ciputra juga pasti tidak akan melepaskannya dengan mudah. Lebih baik pergi sekarang dan mencari cara untuk menghadapi Wira kelak.Wakil jenderal itu segera berteriak, "Sampaikan perintah Jenderal Bhurek, segera mundur dan kembali ke ibu kota! Nggak boleh ada kesalahan!"Bhurek dan yang lainnya datang dengan cepat dan pergi juga dengan cepat. Tak lama kemudian, mereka sudah menunggang kuda dan segera menuju ke ibu kota, tak berani tinggal lebih lama lagi."Sekelompok sampah yang nggak berguna. Aku masih ingin berlatih dengan mereka, nggak disangka sekelompok pengecut ini malah sudah lari ketakutan seperti ini." Melihat Bh
Wira menatap Ainur yang berada di pelukannya sambil tersenyum."Menegangkan .... Kalau aku bisa memilih, aku harap kelak nggak akan mengalami hal yang begitu menegangkan lagi. Aku hampir saja mati ketakutan," kata Ainur dengan volume suara yang sangat kecil. Dia tetap bersandar dalam pelukan Wira dan terus memikirkan kejadian tadi. Sungguh mengerikan karena dia hampir saja akan mati bersama dengan Wira.Wira mengelus rambut Ainur sambil menarik tali kuda dan berkata dengan tersenyum, "Kejadian menegangkan seperti ini pasti akan terjadi lagi karena suamimu ini begitu luar biasa. Ada begitu banyak orang yang ingin membunuhku di dunia ini sampai aku juga nggak bisa menghitungnya lagi."Ekspresi Wira tidak terlihat khawatir ataupun sedih sedikit pun. Orang-orang yang ingin membunuhnya semuanya adalah musuhnya. Selama dia menjalankan tugasnya dengan baik, itu saja sudah cukup baginya. Setidaknya para rakyat di sembilan provinsi ini sangat mendukungnya dan sangat berharap dia bisa menjadi ra
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi
Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu
Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me
Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah
Bukan hanya Adjie dan yang lainnya, bahkan Wira yang berdiri di depan Kunaf pun tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka Bimala malah mengerahkan pasukan besar hanya untuk menangkapnya, benar-benar menghargainya.Agha yang mudah emosi pun langsung menendang Kunaf dan memarahi, "Katakan dengan jelas, kali ini ada berapa banyak pasukan utara yang dikirim?"Kunaf meludah ke tanah, lalu tertawa dingin dan berkata, "Hehe. Semuanya ada 100 ribu pasukan untuk menjaga perbatasan. Begitu pasukan besar itu tiba, kalian semua nggak akan bisa kabur lagi. Kalau kalian melepasku sekarang ...."Namun, sebelum Kunaf selesai berbicara, Nafis langsung menendang tubuh Kunaf untuk memaksanya menahan kata-kata berikutnya. "Melepaskanmu? Kamu bermimpi. Sayangnya, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup lagi."Tak disangka, ekspresi Kunaf malah tetap datar saat mendengar perkataan Nafis. Sebaliknya, dia malah tertawa dan berkata, "Hehe. Nggak masalah. Lagi pula, kal
Adjie menganggukkan kepalanya karena sangat setuju dengan pengaturan Agha. Jika terjadi sesuatu yang tak terduga pada saat seperti ini, semua usaha mereka sebelumnya akan sia-sia.Saat ini, di gerbang kota. Wira yang sedang memimpin sekelompok orang pun memandang ke langit di kejauhan, lalu memanggil Nafis dan bertanya dengan nada pelan, "Ada kabar dari para mata-mata?"Begitu menguasai kota, Wira langsung mengirim banyak mata-mata untuk menyambut 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala.Nafis memberi hormat dan menjawab, "Belum ada kabar. Tapi, berdasarkan informasi sebelumnya dari para mata-mata, mereka harusnya sudah dekat."Wira menganggukkan kepala. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun pada saat seperti ini.Tepat pada saat itu, ada seorang prajurit yang berlari mendekat. Setelah melihat keduanya, dia langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, Kak Nafis, Kak Adjie dan yang lainnya sudah kembali. Mereka bahkan berhasil menangkap Kunaf."Mendengar laporan itu, Nafis merasa sangat sen
Mendengar Latif berkata demikian, Adjie merasa agak ragu karena saat ini situasinya sangat mendesak. Jika dia melepaskan mereka begitu saja, dia akan kesulitan.Menyadari Adjie sepertinya merasa agak kesulitan, Latif yang berdiri di depan pintu tersenyum dan berkata sambil memberi hormat, "Kalau Kak Adjie merasa agak kesulitan, kamu bisa menahan kami di halaman ini dulu. Selama nyawa kami nggak terancam, kami bisa menerima cara lainnya."Melihat Latif yang begitu pengertian, Adjie membalas hormat itu dengan tersenyum. Setelah ragu sejenak, dia berkata perlahan-lahan, "Melihat Jenderal Latif begitu sungkan, aku akan terus terang saja. Saat fajar nanti, 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala akan langsung masuk ke kota.""Sekarang kami sudah menguasai gerbang kota dan kediaman wali kota juga. Begitu pasukan tiba mereka bisa langsung menerobos masuk tanpa hambatan."Kata-kata Adjie ini membuat Latif sangat bersemangat karena tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menjadi seorang penjaga
Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala