Meskipun Wira dan yang lainnya bergerak secara diam-diam, gerakan mereka tetap ketahuan oleh Ciputra karena semua mata-mata Ciputra mengawasi di depan penginapan itu.Alzam dan Harraz segera datang menghadap dan saat ini keduanya sedang berada di dalam kamar Ciputra."Raja, jangan ragu-ragu lagi. Wira dan yang lainnya sudah bersiap untuk keluar kota. Kalau melewatkan kesempatan ini, nggak akan ada kesempatan lagi ...," kata Harraz dengan tergesa-gesa dan ekspresinya terlihat mengerikan.Alzam juga menyetujui pendapat Harraz. Saat ini adalah kesempatan paling baik untuk membunuh Wira dan tidak boleh dilewatkan. Jika tidak, nanti konsekuensinya akan besar.Ciputra terus-menerus mengelus keningnya. Dia juga memikirkan apakah tindakan ini layak dijalankan atau tidak dan tidak bisa langsung membuat keputusannya.Alzam dan Harraz terlihat gelisah. Sekarang, Wira sedang melarikan diri dan mungkin sebentar lagi akan meninggalkan Provinsi Bina. Jika sudah keluar dari provinsi itu, mereka mungki
Danu langsung melempar surat di tangannya ke atas meja, lalu mengenakan baju besinya dan segera mengayunkan tangan ke arah beberapa perwira di sampingnya. "Kalian segera bersiap-siap dan ikut aku keluar kota. Ada orang yang mengancam keselamatan Kak Wira, kita harus segera menuju Provinsi Bina untuk membantu Kak Wira!"Sekelompok perwira itu langsung menganggukkan kepala."Sebelum itu, pertahanan di Provinsi Lowala juga harus disiapkan dengan baik, nggak boleh membiarkan musuh memanfaatkan kesempatan ini. Meskipun keselamatan Kak Wira penting, keamanan Provinsi Lowala lebih penting."Setengah jam kemudian, semua orang sudah bersiap-siap dan mengikuti Danu pergi keluar kota. Semua urusan pemerintahan ataupun militer di Provinsi Lowala diserahkan kepada Osmaro untuk sementara waktu. Sementara itu, Danu memimpin sepuluh ribu kavaleri untuk segera menuju ke Provinsi Bina. Malam ini, semuanya pasti tidak akan bisa tidur nyenyak.....Saat ini, Wira dan yang lainnya sudah keluar dari kota da
Ekspresi Danu dan Doddy terlihat muram. Status Wira sangat tinggi dan penting, mereka tidak boleh membiarkan Wira berada dalam masalah."Kita datang ke sini bersama, jadi aku harus membawa kalian berdua pulang dengan aman juga. Kalau nggak, bagaimana aku bisa menjelaskan semua ini pada orang-orang di Dusun Darmadi?" kata Wira sambil mengernyitkan alis dan sikapnya sangat tegas, membuat semua orang di sekitarnya merasa sangat bersyukur."Penjelasan terbaik bagi mereka adalah kamu mati di sini!" Saat Wira dan yang lainnya sedang berbicara, Bhurek sudah memimpin tiga ribu kavaleri tiba di sana dan mendengar perkataan Wira juga. Saat ini, dia menunggang kuda dengan gagah sambil menggenggam tombak panjang dan menatap Wira yang berada di depannya dengan dingin.Namun, pandangan Bhurek lebih terfokus pada kotak di punggung Wira. Sebelumnya, Ciputra mengirim para ahli untuk pergi mencuri kotak itu, tetapi mereka gagal dan menimbulkan banyak korban. Ini membuktikan bahwa pasti ada barang yang b
Melihat bayangan pasukan Keluarga Darmadi yang makin mendekat, Bhurek akhirnya menggertakkan giginya dan memutuskan untuk mundur. Dia menyadari bahwa mempertahankan seluruh pasukannya lebih penting. Jelas-jelas sudah tahu tidak bisa menang, tetapi masih mengorbankan nyawa tiga ribu pengawal istana dengan sia-sia. Ini hanya akan membuat tanggung jawabnya makin besar dan Ciputra juga pasti tidak akan melepaskannya dengan mudah. Lebih baik pergi sekarang dan mencari cara untuk menghadapi Wira kelak.Wakil jenderal itu segera berteriak, "Sampaikan perintah Jenderal Bhurek, segera mundur dan kembali ke ibu kota! Nggak boleh ada kesalahan!"Bhurek dan yang lainnya datang dengan cepat dan pergi juga dengan cepat. Tak lama kemudian, mereka sudah menunggang kuda dan segera menuju ke ibu kota, tak berani tinggal lebih lama lagi."Sekelompok sampah yang nggak berguna. Aku masih ingin berlatih dengan mereka, nggak disangka sekelompok pengecut ini malah sudah lari ketakutan seperti ini." Melihat Bh
Wira menatap Ainur yang berada di pelukannya sambil tersenyum."Menegangkan .... Kalau aku bisa memilih, aku harap kelak nggak akan mengalami hal yang begitu menegangkan lagi. Aku hampir saja mati ketakutan," kata Ainur dengan volume suara yang sangat kecil. Dia tetap bersandar dalam pelukan Wira dan terus memikirkan kejadian tadi. Sungguh mengerikan karena dia hampir saja akan mati bersama dengan Wira.Wira mengelus rambut Ainur sambil menarik tali kuda dan berkata dengan tersenyum, "Kejadian menegangkan seperti ini pasti akan terjadi lagi karena suamimu ini begitu luar biasa. Ada begitu banyak orang yang ingin membunuhku di dunia ini sampai aku juga nggak bisa menghitungnya lagi."Ekspresi Wira tidak terlihat khawatir ataupun sedih sedikit pun. Orang-orang yang ingin membunuhnya semuanya adalah musuhnya. Selama dia menjalankan tugasnya dengan baik, itu saja sudah cukup baginya. Setidaknya para rakyat di sembilan provinsi ini sangat mendukungnya dan sangat berharap dia bisa menjadi ra
Beberapa orang di samping Bhurek hanya menganggukkan kepala dan langsung mengikutinya tanpa banyak berbicara lagi. Selama mereka bisa bertahan hidup, kelak pasti akan ada kesempatan untuk bangkit kembali.Pada saat yang bersamaan, salah seorang wanita di dalam kamar tidur istana itu yang berada di dalam pelukan Ciputra berkata, "Raja, apa Wira itu benar-benar begitu luar biasa sampai Jenderal Bhurek pun nggak mampu membunuhnya?""Apa dia begitu beruntung sampai bisa terus kabur dari kematian?" tanya wanita lainnya dengan suara yang nyaring dan tersenyum.Ciputra malah tersenyum dingin dan berkata dengan kesal, "Itu karena Bhurek bukan tandingan Wira! Menurutku, Bhurek adalah seorang sampah yang nggak berguna. Kalau bukan karena aku nggak punya bawahan yang bisa dimanfaatkan lagi, aku pasti sudah mencopot posisi jenderal utamanya. Apa dia benar-benar berpikir aku harus bergantung padanya untuk memimpin Kerajaan Beluana? Lucu! Dulu, aku juga pernah memimpin pasukan ke peperangan. Meskipu
Para anggota Keluarga Birawa bertatapan, lalu tersenyum dengan canggung. Ternyata, memang tidak ada yang bisa disembunyikan dari Wira.Ketika berbicara, mereka telah tiba di ruang tamu. Wira berujar, "Justru kami yang bertemu bahaya di perjalanan. Tapi, untung Danu tiba tepat waktu. Kalau nggak, kita mungkin nggak punya kesempatan untuk bertemu lagi."Wira menyesap tehnya dengan santai. Dia tidak terlihat seperti orang yang baru bertemu bahaya. Sebaliknya, wajah Ainur tampak pucat pasi. Meskipun Wira terus berada di sisinya, dia tetap merasa gelisah. Bagaimanapun, mereka hampir tewas!Ramath juga terkejut. Dia segera bertanya, "Di dunia ini, ternyata ada orang yang berani menyerang Tuan Wira? Apa orang itu sudah bosan hidup?"Wira tidak menjelaskan terlalu banyak. Kemudian, dia melambaikan tangan dan membalas, "Sudah, nggak perlu basa-basi begini. Kamu mengeluh panjang lebar tadi, pasti ada yang ingin diminta, 'kan?"Ramath menjilat bibirnya saat Wira mengungkapkan isi pikirannya. Dia
Selain itu, status mereka jelas tidak semulia Wira. Atas dasar apa mereka bersikap arogan seperti ini?Sore hari itu juga, seluruh Keluarga Birawa sibuk berkemas untuk pindah rumah, termasuk Ainur. Di sisi lain, Wira tiba di sebuah pangkalan bawah tanah."Di sini panas sekali. Kalau nggak tahu kalian ngapain, aku pasti mengira magma naik ke permukaan bumi!" ujar Wira sambil mengipasi diri sendiri dan menatap Osmaro di sebelah.Selama beberapa waktu ini, Wira tidak berada di Provinsi Lowala dan Danu pergi, jadi semua urusan pemerintahan dan militer menjadi tanggung jawab Osmaro. Sungguh tugas yang melelahkan!"Tuan Wira, semua senjata dan perisai dibuat sesuai keinginanmu. Aku sengaja membangun tempat penempaan di bawah tanah supaya nggak ada yang tahu. Tentunya, aku juga khawatir pihak lain tahu tentang senjata yang akan kita gunakan di masa depan," jelas Osmaro.Pemikiran Osmaro ini benar-benar menyeluruh. Pangkalan bawah tanah ini telah dibangun menjadi gudang senjata.Sarman dan lai
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai
Kaffa tidak menyahut. Dia tidak percaya pada omongan para perampok ini. Penjahat selamanya adalah penjahat!Ini sama seperti orang baik. Tidak peduli apa yang terjadi, mereka tidak akan pernah tunduk pada kejahatan, apalagi mencelakai orang.Namun, karena Wira telah berbicara demikian, Kaffa tidak berani membantah lagi. Hanya saja, dia masih merasa agak enggan.Nyawa mereka semua ada di tangan Wira. Kaffa merasa agak takut setelah melihat Wira membunuh Jaguar tadi. Jika menyinggung Wira, nasibnya mungkin akan sama dengan Jaguar.Apalagi, Kaffa masih punya adik. Apa pun yang terjadi, dia harus memastikan keselamatan Shafa. Sekalipun nyawa taruhannya, dia tetap harus melindungi Shafa."Siapa namamu? Kulihat kamu sangat pintar bicara dan pintar menilai situasi," tanya Wira kepada pria berwajah tirus itu.Pria itu bergegas menghampiri Wira, lalu menyeka keringat dinginnya sambil memperkenalkan diri, "Namaku Sahim.""Sahim? Oke, aku sudah ingat." Wira mengangguk.Ketika melihat Wira berinis
Tidak ada yang gratis di dunia ini. Kini, seseorang yang begitu kuat dan punya kuasa tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Hal ini tentu membuat mereka merasa curiga."Letakkan senjata kalian sekarang juga! Kalau ada yang berani macam-macam, jangan salahkan aku mengambil tindakan," ancam Wira dengan dingin.Semua orang bertatapan. Tidak ada yang berani ragu sedikit pun. Mereka buru-buru melempar golok mereka ke samping.Di mana mereka, Wira tidak ada bedanya dengan malaikat maut. Jika terus berbasa-basi dengan Wira, takutnya mereka semua akan mati di sini. Tidak ada yang ingin mati!Sekalipun profesi mereka adalah perampok, mereka melakukannya hanya untuk bertahan hidup.Saat berikutnya, para perampok itu berlutut. Pria berwajah tirus itu berkata, "Kak Jaguar sudah mati. Mulai sekarang, kami akan mengikutimu! Kamu adalah bos kami! Kami nggak akan menentang perintahmu, sekalipun nyawa taruhannya!"Semua orang buru-buru menyatakan sikap mereka. Wira tersenyum dingin, lalu berujar, "Kalau b
"Kamu yakin besi di tanganmu itu bisa membunuhku? Kamu kira kami bakal takut?" Jaguar menatap Wira dengan tidak acuh. Orang-orang di belakangnya sontak tertawa, merasa nyali Wira terlalu besar.Jumlah mereka terlalu banyak. Sekalipun Wira dan kedua anak itu bernyawa sembilan, mereka tetap tidak akan bisa melawan. Sepertinya, Wira ketakutan hingga menjadi bodoh."Tuan muda kaya yang dimanjakan sejak kecil memang begini. Mereka nggak bisa menilai situasi dengan baik. Kalau begitu, gimana kalau kita bunuh saja mereka?" usul pria berwajah tirus itu."Kulihat kedua anak di belakangnya itu bukan dari keluarga kaya. Kita bunuh saja mereka supaya tuan muda ini tahu semenakutkan apa kematian. Dengan begini, dia nggak bakal berani bersikap sombong lagi."Kaffa dan Shafa sontak terkesiap. Jika mereka dibawa ke markas perampok, setidaknya mereka bisa mencari kesempatan untuk kabur. Namun, jika mati di sini, bukankah usaha mereka untuk bertahan hidup akan sia-sia? Mereka tidak ingin mati!""Gadis i
Begitu ucapan ini dilontarkan, orang-orang segera bersorak untuk menyetujuinya. Semua orang memaki Wira, membuat Wira terdengar seperti pendosa besar.Wira merasa kecewa. Dia mengusahakan yang terbaik untuk para rakyat, tetapi kebaikannya tidak diterima dan orang-orang bahkan menghinanya.Sebelum Wira bersuara, Kaffa tiba-tiba maju dan berkata dengan lantang, "Omong kosong apa yang kalian bicarakan? Tuan Wira sangat baik pada kita! Jalur perairan sangat menguntungkan bagi para rakyat. Semuanya mendapat keuntungan.""Bencana ini bisa terjadi juga karena ada orang yang melakukan korupsi. Orang-orang itu pasti memakai bahan yang murah. Ini bukan salah Tuan Wira!""Memangnya kalian nggak merasa bersalah menghinanya seperti ini? Jangan lupa. Kalau Tuan Wira nggak membuat kesepakatan dengan kerajaan lain, kita nggak bakal melewati kehidupan damai sekarang!"Wira cukup terkejut melihat keberanian Kaffa. Pemuda ini makin menarik saja. Dia tidak melupakan kebaikan orang lain. Sepertinya, Kaffa