Alzam mengingatkan, "Yang Mulia, saya rasa cara ini kurang tepat. Tindakan Jenderal Bhurek terlalu gegabah. Kita nggak akan mendapatkan keuntungan apa pun."Bhurek menimpali dengan dingin, "Pak Alzam, sepertinya kamu terlalu takut. Jangan lupa, kita bisa pindah ke sini karena Wira. Sekarang, Wira begitu dekat dengan kita dan dia hanya membawa sedikit bawahan. Masa kita melewatkan kesempatan yang begitu bagus?"Sebagai jenderal Kerajaan Beluana, Bhurek tentu meremehkan orang terpelajar seperti ini. Bagi Bhurek, kalau bukan karena dirinya dan para prajurit yang melindungi Kerajaan Beluana, mana mungkin kerajaan mereka bisa menjadi seperti sekarang ini?Alzam menanggapi, "Jenderal Bhurek, bisa jadi ini bukan kesempatan untuk kita. Kemungkinan besar kita bisa celaka. Jangan lupa, kalaupun kamu membunuh Wira, apa yang kamu dapatkan?""Ratusan ribu pasukan Wira masih ada di Provinsi Lowala dan mereka sangat setia kepada Wira. Kalau terjadi sesuatu kepadanya, pasukan itu pasti akan terus meny
Harraz melanjutkan, "Kalau kita terus berperang, takutnya akan timbul banyak masalah. Pada saat itu, apa Jenderal Bhurek mampu bertanggung jawab?"Kata-kata Harraz sangat mengena di hati Bhurek sehingga dia berkeringat dingin. Bhurek pun menggeleng. Ciputra sangat mendukung Alzam dan Harraz, jadi Bhurek tidak berani bicara lagi. Kalau salah bicara, Bhurek bisa celaka.Ciputra berkata, "Jenderal Bhurek, aku tahu kamu berniat membantuku. Tapi, terkadang mengandalkan kekuatan fisik saja nggak bisa menyelesaikan masalah. Sebaiknya, kita pertimbangkan dulu setiap masalah yang dihadapi baik-baik. Kalau nggak, usaha kita akan sia-sia.""Alzam dan Harraz memang nggak pernah ikut berperang, tapi mereka memang kompeten. Selain itu, kalau bukan karena bantuan mereka, sekarang aku nggak mungkin punya kekuasaan sebesar ini dan nggak bisa memegang kekuasaan dengan stabil," lanjut Ciputra.Setelah dinasihati Ciputra, Bhurek mengangguk. Dia tidak berani berkomentar lagi. Ciputra menambahkan, "Aku puny
Di sebuah desa pegunungan yang terpencil. Wira dan yang lainnya mengikuti petunjuk dari peta dan baru tiba di desa pegunungan itu pada petang hari. Saat mereka melihat ke sekeliling, hanya ada puluhan rumah di desa itu dan sekitarnya terlihat sangat sepi. Namun, masih terlihat asap dari dapur di rumah-rumah itu, jadi jelas masih ada orang yang tinggal di desa ini."Kalian semua cepat turun dari kuda, kita akan masuk dengan jalan kaki dan cari tahu tentang kabar Doddy," perintah Wira kepada semua orang sambil menggendong Ainur untuk turun dari kuda. Nafis dan yang lainnya pun segera mengikutinya.Dalam sekejap, mereka sudah memasuki desa."Siapa kalian? Kenapa kalian datang ke sini?" Begitu Wira dan yang lainnya masuk ke desa, terlihat seorang pemuda mendekati mereka dari samping dan menghalangi di depan mereka.Wira berkata sambil tersenyum, "Anak Muda, temanku hilang, jadi aku datang ke sini untuk mencarinya."Setelah itu, Wira menggambarkan penampilan Doddy dengan singkat kepada pemu
Di belakang mereka, pria paruh baya itu sudah menyimpan uangnya dan sekarang sedang berdiri bersandar di pintu. Dia memperhatikan Wira dan yang lainnya, lalu berkata dengan tenang, "Aku memang sudah mengobati lukanya, tapi lukanya terlalu parah. Selain itu, obatku juga sangat terbatas. Aku sarankan kalian untuk segera membawanya ke kota yang lebih besar untuk diobati. Kalau nggak, meskipun dia nggak mati, dia juga nggak akan pernah bangun lagi dan hanya bisa berbaring lumpuh di tempat tidurnya.""Krak." Terdengar suara kepalan tangan Wira yang sangat kuat. Tidak bisa, dia tidak akan membiarkan Doddy untuk terus berbaring seperti ini."Nafis, segera siapkan kuda. Kita akan kembali ke Provinsi Bina dan segera mengobati Doddy. Nggak peduli harus menghabiskan berapa banyak uang pun aku akan menyembuhkan Doddy!" perintah Wira.Mendengar perintah Wira, Nafis segera menyiapkan semuanya. Wira dan yang lainnya menaikkan Doddy ke kuda dengan bantuan semua orang dan mereka langsung menuju Provins
Klang!Saat pisau itu hampir mengenai kepala Ramath, terdengar suara yang nyaring dan pisau itu langsung patah menjadi setengah. Sebuah sosok segera muncul dan melindungi Ramath di belakangnya. Orang itu adalah Danu.Danu menatap pria bertopeng di depannya dan tersenyum dingin, lalu berkata dengan nada yang muram, "Kak Wira sudah tahu tentang aksi kalian, kami sudah menunggu lama di sini. Untungnya penantian kami nggak sia-sia, kalian akhirnya datang juga."Setelah berkata demikian, Danu langsung menyerang orang itu. Dalam pertarungan yang singkat, orang itu sudah menunjukkan tanda-tanda akan kalah, jelas orang itu bukan tandingan Danu. Setelah diserang beberapa kali, tubuh orang itu sudah terluka karena serangannya sangat kejam. Meskipun Danu memiliki kesempatan untuk membunuh orang itu, dia memilih untuk tidak melakukannya. Membiarkan orang itu tetap hidup adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan informasi tentang aliran mereka.Satu jam kemudian, pertarungan hampir berakhir dan Da
Tabib di klinik terus memeriksa Doddy, tetapi tetap tidak ada kabar apa pun. Siapa yang bisa tidur dalam situasi seperti ini?Wira merasa sangat gelisah."Tuan, bagaimana dengan kondisi temanku?" Saat tabib keluar dari dalam ruangan, Wira segera mendekatinya dan bertanya."Kondisi temanmu nggak begitu bagus. Aku sudah memberinya obat terbaik dan kondisinya stabil untuk sementara ini. Tapi, apa dia bisa sadar atau nggak, semuanya tergantung dengan takdirnya ...," kata tabib itu sambil menghela napas tak berdaya."Tuan, asalkan kamu bisa menyembuhkan temanku, aku akan sangat berterima kasih!" Wira segera mengeluarkan uang dan menyerahkannya kepada tabib itu.Tabib itu menganggukkan kepala. "Jangan khawatir. Meskipun nggak dibayar, menyelamatkan orang tetap adalah tugasku."Meskipun tabib itu berkata demikian, dia tetap menyimpan uang itu ke dalam sakunya.Setelah perjalanan seharian tanpa berhenti, Wira dan yang lainnya sudah kelelahan dan saat ini mereka juga berusaha menahan rasa kantu
"Aku tentu saja nggak akan membiarkan hal ini begitu saja, ini hanya untuk sementara saja. Kelak aku pasti akan membalas dendam ini pada Ramath!" kata pemimpin Aliran Kegelapan itu dengan dingin. Bagaimana mungkin dia akan melepaskan Ramath begitu saja?"Sudahlah, cukup sampai di sini saja. Terus rekrut lebih banyak orang untuk masuk Aliran Kegelapan. Waktu kebangkitan kita sudah semakin dekat ...."Setelah merespons perintah pemimpin itu, satu per satu pengikut itu pun pamit.....Di Provinsi Bina. Saat Wira dan yang lainnya bangun, hari sudah menjelang sore. Baru saja turun tangga, mereka melihat Ciputra dan orang-orangnya sudah lama menunggunya.Saat ini, Ciputra sedang meminum teh dengan santai. Di lantai satu penginapan, selain Ciputra dan pemilik penginapan, hanya ada beberapa pengawal pribadi Ciputra di sana."Sudah bangun?" tanya Ciputra sambil mengernyitkan alis dan menatap Wira.Setelah meregangkan pinggangnya, Wira langsung duduk di meja yang sama dengan Ciputra dan menuangk
Ekspresi Nafis terlihat agak masam. Wira yang pergi sendirian sama saja dengan memasuki lubang harimau. Jika lalai sedikit saja, dia bisa kehilangan nyawanya. Bagaimana kalau Ciputra menyerang tanpa memedulikan hubungan masa lalu mereka?"Tenang saja, aku yakin dia bukan orang seperti itu. Dia seharusnya nggak akan melakukan apa pun padaku," ujar Wira dengan penuh percaya diri.Meskipun Nafis masih kurang menyetujuinya, dia hanya bisa mengangguk mengiakan. Lagi pula, Wira adalah atasannya.Dua jam kemudian, Wira dan lainnya telah melewati istana. Di belakang istana, terdapat pabrik yang sangat besar. Begitu berjalan masuk, langsung terdengar berbagai suara dentuman. Ketika melihat ke sekeliling, terlihat orang-orang sibuk memproduksi baja. Jelas, semua ini untuk membuat meriam."Sepertinya, kamu benar-benar berusaha keras," ucap Wira yang melipat lengannya dan tersenyum. Tatapannya tertuju pada Ciputra."Tentu saja. Aku akhirnya tahu kehebatan meriam pada perang waktu itu. Meriam tanga
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai
Kaffa tidak menyahut. Dia tidak percaya pada omongan para perampok ini. Penjahat selamanya adalah penjahat!Ini sama seperti orang baik. Tidak peduli apa yang terjadi, mereka tidak akan pernah tunduk pada kejahatan, apalagi mencelakai orang.Namun, karena Wira telah berbicara demikian, Kaffa tidak berani membantah lagi. Hanya saja, dia masih merasa agak enggan.Nyawa mereka semua ada di tangan Wira. Kaffa merasa agak takut setelah melihat Wira membunuh Jaguar tadi. Jika menyinggung Wira, nasibnya mungkin akan sama dengan Jaguar.Apalagi, Kaffa masih punya adik. Apa pun yang terjadi, dia harus memastikan keselamatan Shafa. Sekalipun nyawa taruhannya, dia tetap harus melindungi Shafa."Siapa namamu? Kulihat kamu sangat pintar bicara dan pintar menilai situasi," tanya Wira kepada pria berwajah tirus itu.Pria itu bergegas menghampiri Wira, lalu menyeka keringat dinginnya sambil memperkenalkan diri, "Namaku Sahim.""Sahim? Oke, aku sudah ingat." Wira mengangguk.Ketika melihat Wira berinis
Tidak ada yang gratis di dunia ini. Kini, seseorang yang begitu kuat dan punya kuasa tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Hal ini tentu membuat mereka merasa curiga."Letakkan senjata kalian sekarang juga! Kalau ada yang berani macam-macam, jangan salahkan aku mengambil tindakan," ancam Wira dengan dingin.Semua orang bertatapan. Tidak ada yang berani ragu sedikit pun. Mereka buru-buru melempar golok mereka ke samping.Di mana mereka, Wira tidak ada bedanya dengan malaikat maut. Jika terus berbasa-basi dengan Wira, takutnya mereka semua akan mati di sini. Tidak ada yang ingin mati!Sekalipun profesi mereka adalah perampok, mereka melakukannya hanya untuk bertahan hidup.Saat berikutnya, para perampok itu berlutut. Pria berwajah tirus itu berkata, "Kak Jaguar sudah mati. Mulai sekarang, kami akan mengikutimu! Kamu adalah bos kami! Kami nggak akan menentang perintahmu, sekalipun nyawa taruhannya!"Semua orang buru-buru menyatakan sikap mereka. Wira tersenyum dingin, lalu berujar, "Kalau b
"Kamu yakin besi di tanganmu itu bisa membunuhku? Kamu kira kami bakal takut?" Jaguar menatap Wira dengan tidak acuh. Orang-orang di belakangnya sontak tertawa, merasa nyali Wira terlalu besar.Jumlah mereka terlalu banyak. Sekalipun Wira dan kedua anak itu bernyawa sembilan, mereka tetap tidak akan bisa melawan. Sepertinya, Wira ketakutan hingga menjadi bodoh."Tuan muda kaya yang dimanjakan sejak kecil memang begini. Mereka nggak bisa menilai situasi dengan baik. Kalau begitu, gimana kalau kita bunuh saja mereka?" usul pria berwajah tirus itu."Kulihat kedua anak di belakangnya itu bukan dari keluarga kaya. Kita bunuh saja mereka supaya tuan muda ini tahu semenakutkan apa kematian. Dengan begini, dia nggak bakal berani bersikap sombong lagi."Kaffa dan Shafa sontak terkesiap. Jika mereka dibawa ke markas perampok, setidaknya mereka bisa mencari kesempatan untuk kabur. Namun, jika mati di sini, bukankah usaha mereka untuk bertahan hidup akan sia-sia? Mereka tidak ingin mati!""Gadis i
Begitu ucapan ini dilontarkan, orang-orang segera bersorak untuk menyetujuinya. Semua orang memaki Wira, membuat Wira terdengar seperti pendosa besar.Wira merasa kecewa. Dia mengusahakan yang terbaik untuk para rakyat, tetapi kebaikannya tidak diterima dan orang-orang bahkan menghinanya.Sebelum Wira bersuara, Kaffa tiba-tiba maju dan berkata dengan lantang, "Omong kosong apa yang kalian bicarakan? Tuan Wira sangat baik pada kita! Jalur perairan sangat menguntungkan bagi para rakyat. Semuanya mendapat keuntungan.""Bencana ini bisa terjadi juga karena ada orang yang melakukan korupsi. Orang-orang itu pasti memakai bahan yang murah. Ini bukan salah Tuan Wira!""Memangnya kalian nggak merasa bersalah menghinanya seperti ini? Jangan lupa. Kalau Tuan Wira nggak membuat kesepakatan dengan kerajaan lain, kita nggak bakal melewati kehidupan damai sekarang!"Wira cukup terkejut melihat keberanian Kaffa. Pemuda ini makin menarik saja. Dia tidak melupakan kebaikan orang lain. Sepertinya, Kaffa