"Sebenarnya, aku sudah melupakan semua permasalahan kita sejak awal." Wira menyesap teh itu, lalu meneruskan, "Aku tiba-tiba datang kemari karena ada urusan lain, bukan untuk mencari masalah denganmu. Jadi, kamu nggak perlu begitu berwaspada dariku.""Jujur saja, Doddy hilang di sini. Setelah menemukannya, aku akan membawa orang-orangku pergi. Aku nggak akan berlama-lama kok. Aku juga khawatir kamu berpikir macam-macam, makanya nggak mengabarimu tentang kedatanganku. Tolong jangan salah paham," ujar Wira dengan sopan.Ciputra menggeleng dan membalas, "Aku nggak menyalahkanmu atas masalah ini. Aku menemuimu juga bukan karena terus mengawasimu. Bagaimanapun, tempat ini wilayahku, pasti ada mata-mataku di sekitar sini.""Makanya, aku bisa langsung tahu begitu kamu tiba di sini. Tapi, aku nggak ngerti, kenapa Doddy bisa hilang?" tanya Ciputra.Wira terus menatap mata Ciputra, tetapi pria ini sepertinya tidak berbohong. Apa mungkin hilangnya Doddy berkaitan dengan Aliran Kegelapan? Tidak mu
"Baik!" Pria kekar itu mengiakan, lalu segera menuju ke luar."Tenang saja, aku sudah menyuruh orang menyelidikinya. Aku yakin kita akan segera mendapatkan petunjuk," ujar Ciputra yang beralih menatap Wira. Dulu, dia dan Wira termasuk sahabat baik. Dia tentu tahu betapa dekatnya Wira dengan Doddy."Terima kasih. Kalau kamu berhasil menemukannya, aku pasti akan membalas kebaikanmu kelak," sahut Wira. Kemudian, dia menyesap tehnya lagi.Bisa dibilang, Wira dan Ciputra masih bermusuhan sekarang. Mereka bisa bekerja sama juga karena memiliki kepentingan masing-masing. Wira tidak mungkin membiarkan Ciputra membantunya secara cuma-cuma. Dia hanya akan digosipi kalau seperti itu.Setelah mengobrol sejenak, Wira akhirnya pamit dan kembali ke kamarnya. Saat ini, dia mengadakan rapat bersama Nafis dan lainnya.Ekspresi semua orang tampak masam. Tanpa perlu bertanya, Wira sudah tahu apa yang terjadi. Pasti masih belum ada kabar tentang Doddy."Masa Doddy menghilang begitu saja? Nggak masuk akal s
Di belakangnya, tampak Ainur yang perlahan-lahan mendekat dan meletakkan jaket di bahu Wira. "Baguslah kalau sudah ada informasi tentang Doddy. Kalau informasinya benar, kita bisa segera bertemu dengannya!"Saking antusiasnya, Wira sampai mengepalkan tangannya dengan erat. Tertulis jelas lokasi Doddy di atas surat itu.Wira melirik sekilas pria yang mengantar surat itu, lalu berucap, "Sampaikan rasa terima kasihku kepada Ciputra. Kalau lokasinya benar, aku akan datang menemuinya untuk mengucapkan terima kasih."Pria itu tidak menanggapi dan langsung pergi. Sementara itu, Wira menginstruksi, "Segera berkemas, kita akan berangkat sekarang juga. Aku sudah punya lokasi Doddy. Tapi menurut informasi, Doddy terluka dan kesadarannya kurang baik. Kita baru bisa memastikan keadaannya setelah melihatnya."Setelah sibuk tak menentu beberapa hari ini, mereka akhirnya mendapatkan informasi tentang lokasi Doddy. Perjalanan ini memang tidak sia-sia.Sejam kemudian, Wira dan lainnya akhirnya berangkat
Alzam mengingatkan, "Yang Mulia, saya rasa cara ini kurang tepat. Tindakan Jenderal Bhurek terlalu gegabah. Kita nggak akan mendapatkan keuntungan apa pun."Bhurek menimpali dengan dingin, "Pak Alzam, sepertinya kamu terlalu takut. Jangan lupa, kita bisa pindah ke sini karena Wira. Sekarang, Wira begitu dekat dengan kita dan dia hanya membawa sedikit bawahan. Masa kita melewatkan kesempatan yang begitu bagus?"Sebagai jenderal Kerajaan Beluana, Bhurek tentu meremehkan orang terpelajar seperti ini. Bagi Bhurek, kalau bukan karena dirinya dan para prajurit yang melindungi Kerajaan Beluana, mana mungkin kerajaan mereka bisa menjadi seperti sekarang ini?Alzam menanggapi, "Jenderal Bhurek, bisa jadi ini bukan kesempatan untuk kita. Kemungkinan besar kita bisa celaka. Jangan lupa, kalaupun kamu membunuh Wira, apa yang kamu dapatkan?""Ratusan ribu pasukan Wira masih ada di Provinsi Lowala dan mereka sangat setia kepada Wira. Kalau terjadi sesuatu kepadanya, pasukan itu pasti akan terus meny
Harraz melanjutkan, "Kalau kita terus berperang, takutnya akan timbul banyak masalah. Pada saat itu, apa Jenderal Bhurek mampu bertanggung jawab?"Kata-kata Harraz sangat mengena di hati Bhurek sehingga dia berkeringat dingin. Bhurek pun menggeleng. Ciputra sangat mendukung Alzam dan Harraz, jadi Bhurek tidak berani bicara lagi. Kalau salah bicara, Bhurek bisa celaka.Ciputra berkata, "Jenderal Bhurek, aku tahu kamu berniat membantuku. Tapi, terkadang mengandalkan kekuatan fisik saja nggak bisa menyelesaikan masalah. Sebaiknya, kita pertimbangkan dulu setiap masalah yang dihadapi baik-baik. Kalau nggak, usaha kita akan sia-sia.""Alzam dan Harraz memang nggak pernah ikut berperang, tapi mereka memang kompeten. Selain itu, kalau bukan karena bantuan mereka, sekarang aku nggak mungkin punya kekuasaan sebesar ini dan nggak bisa memegang kekuasaan dengan stabil," lanjut Ciputra.Setelah dinasihati Ciputra, Bhurek mengangguk. Dia tidak berani berkomentar lagi. Ciputra menambahkan, "Aku puny
Di sebuah desa pegunungan yang terpencil. Wira dan yang lainnya mengikuti petunjuk dari peta dan baru tiba di desa pegunungan itu pada petang hari. Saat mereka melihat ke sekeliling, hanya ada puluhan rumah di desa itu dan sekitarnya terlihat sangat sepi. Namun, masih terlihat asap dari dapur di rumah-rumah itu, jadi jelas masih ada orang yang tinggal di desa ini."Kalian semua cepat turun dari kuda, kita akan masuk dengan jalan kaki dan cari tahu tentang kabar Doddy," perintah Wira kepada semua orang sambil menggendong Ainur untuk turun dari kuda. Nafis dan yang lainnya pun segera mengikutinya.Dalam sekejap, mereka sudah memasuki desa."Siapa kalian? Kenapa kalian datang ke sini?" Begitu Wira dan yang lainnya masuk ke desa, terlihat seorang pemuda mendekati mereka dari samping dan menghalangi di depan mereka.Wira berkata sambil tersenyum, "Anak Muda, temanku hilang, jadi aku datang ke sini untuk mencarinya."Setelah itu, Wira menggambarkan penampilan Doddy dengan singkat kepada pemu
Di belakang mereka, pria paruh baya itu sudah menyimpan uangnya dan sekarang sedang berdiri bersandar di pintu. Dia memperhatikan Wira dan yang lainnya, lalu berkata dengan tenang, "Aku memang sudah mengobati lukanya, tapi lukanya terlalu parah. Selain itu, obatku juga sangat terbatas. Aku sarankan kalian untuk segera membawanya ke kota yang lebih besar untuk diobati. Kalau nggak, meskipun dia nggak mati, dia juga nggak akan pernah bangun lagi dan hanya bisa berbaring lumpuh di tempat tidurnya.""Krak." Terdengar suara kepalan tangan Wira yang sangat kuat. Tidak bisa, dia tidak akan membiarkan Doddy untuk terus berbaring seperti ini."Nafis, segera siapkan kuda. Kita akan kembali ke Provinsi Bina dan segera mengobati Doddy. Nggak peduli harus menghabiskan berapa banyak uang pun aku akan menyembuhkan Doddy!" perintah Wira.Mendengar perintah Wira, Nafis segera menyiapkan semuanya. Wira dan yang lainnya menaikkan Doddy ke kuda dengan bantuan semua orang dan mereka langsung menuju Provins
Klang!Saat pisau itu hampir mengenai kepala Ramath, terdengar suara yang nyaring dan pisau itu langsung patah menjadi setengah. Sebuah sosok segera muncul dan melindungi Ramath di belakangnya. Orang itu adalah Danu.Danu menatap pria bertopeng di depannya dan tersenyum dingin, lalu berkata dengan nada yang muram, "Kak Wira sudah tahu tentang aksi kalian, kami sudah menunggu lama di sini. Untungnya penantian kami nggak sia-sia, kalian akhirnya datang juga."Setelah berkata demikian, Danu langsung menyerang orang itu. Dalam pertarungan yang singkat, orang itu sudah menunjukkan tanda-tanda akan kalah, jelas orang itu bukan tandingan Danu. Setelah diserang beberapa kali, tubuh orang itu sudah terluka karena serangannya sangat kejam. Meskipun Danu memiliki kesempatan untuk membunuh orang itu, dia memilih untuk tidak melakukannya. Membiarkan orang itu tetap hidup adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan informasi tentang aliran mereka.Satu jam kemudian, pertarungan hampir berakhir dan Da
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah
Bukan hanya Adjie dan yang lainnya, bahkan Wira yang berdiri di depan Kunaf pun tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka Bimala malah mengerahkan pasukan besar hanya untuk menangkapnya, benar-benar menghargainya.Agha yang mudah emosi pun langsung menendang Kunaf dan memarahi, "Katakan dengan jelas, kali ini ada berapa banyak pasukan utara yang dikirim?"Kunaf meludah ke tanah, lalu tertawa dingin dan berkata, "Hehe. Semuanya ada 100 ribu pasukan untuk menjaga perbatasan. Begitu pasukan besar itu tiba, kalian semua nggak akan bisa kabur lagi. Kalau kalian melepasku sekarang ...."Namun, sebelum Kunaf selesai berbicara, Nafis langsung menendang tubuh Kunaf untuk memaksanya menahan kata-kata berikutnya. "Melepaskanmu? Kamu bermimpi. Sayangnya, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup lagi."Tak disangka, ekspresi Kunaf malah tetap datar saat mendengar perkataan Nafis. Sebaliknya, dia malah tertawa dan berkata, "Hehe. Nggak masalah. Lagi pula, kal
Adjie menganggukkan kepalanya karena sangat setuju dengan pengaturan Agha. Jika terjadi sesuatu yang tak terduga pada saat seperti ini, semua usaha mereka sebelumnya akan sia-sia.Saat ini, di gerbang kota. Wira yang sedang memimpin sekelompok orang pun memandang ke langit di kejauhan, lalu memanggil Nafis dan bertanya dengan nada pelan, "Ada kabar dari para mata-mata?"Begitu menguasai kota, Wira langsung mengirim banyak mata-mata untuk menyambut 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala.Nafis memberi hormat dan menjawab, "Belum ada kabar. Tapi, berdasarkan informasi sebelumnya dari para mata-mata, mereka harusnya sudah dekat."Wira menganggukkan kepala. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun pada saat seperti ini.Tepat pada saat itu, ada seorang prajurit yang berlari mendekat. Setelah melihat keduanya, dia langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, Kak Nafis, Kak Adjie dan yang lainnya sudah kembali. Mereka bahkan berhasil menangkap Kunaf."Mendengar laporan itu, Nafis merasa sangat sen
Mendengar Latif berkata demikian, Adjie merasa agak ragu karena saat ini situasinya sangat mendesak. Jika dia melepaskan mereka begitu saja, dia akan kesulitan.Menyadari Adjie sepertinya merasa agak kesulitan, Latif yang berdiri di depan pintu tersenyum dan berkata sambil memberi hormat, "Kalau Kak Adjie merasa agak kesulitan, kamu bisa menahan kami di halaman ini dulu. Selama nyawa kami nggak terancam, kami bisa menerima cara lainnya."Melihat Latif yang begitu pengertian, Adjie membalas hormat itu dengan tersenyum. Setelah ragu sejenak, dia berkata perlahan-lahan, "Melihat Jenderal Latif begitu sungkan, aku akan terus terang saja. Saat fajar nanti, 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala akan langsung masuk ke kota.""Sekarang kami sudah menguasai gerbang kota dan kediaman wali kota juga. Begitu pasukan tiba mereka bisa langsung menerobos masuk tanpa hambatan."Kata-kata Adjie ini membuat Latif sangat bersemangat karena tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menjadi seorang penjaga
Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala
Selama mereka bisa menguasai tembok kota, saat fajar tiba dan pasukan Kerajaan Nuala memasuki kota, mereka dapat bergerak menuju tiga gerbang lainnya melalui jalur yang menghubungkan tembok kota.Nafis memberi hormat, lalu segera memimpin 100 orang untuk naik. Begitu mereka mencapai tembok kota, mereka mendapati bahwa para prajurit musuh di sana ternyata tertidur dengan bersandar pada dinding.Wira yang baru saja naik ke tembok juga melihat pemandangan itu dan hanya bisa tersenyum getir. Setelah beberapa saat, dia memberi isyarat untuk tetap diam dan memberi isyarat tangan untuk membunuh mereka.Orang-orang di belakangnya langsung mengerti maksudnya. Dengan hati-hati, mereka berjalan berjongkok menuju para prajurit yang sedang tertidur.Para prajurit dari pasukan utara itu bahkan tidak menyadari bahwa tidur mereka kali ini akan membawa mereka ke akhir hayat.....Sementara itu, di kediaman Kunaf.Meskipun kota dalam keadaan siaga penuh, sebagai tempat kediaman penguasa tertinggi di kot
Setelah pasukan terbagi, Wira memimpin kelompoknya keluar dari hutan lebat.Karena Kunaf telah mengeluarkan perintah untuk menangkap Wira, gerbang kota berada dalam keadaan siaga penuh.Namun, karena Kunaf yakin bahwa Wira telah melarikan diri ke utara, dia lantas menarik kembali setengah dari pasukannya.Melihat jumlah patroli di gerbang kota berkurang, Nafis berbisik, "Tuan, kenapa jumlah prajurit tampak jauh lebih sedikit dibandingkan siang tadi? Jangan-jangan ini jebakan?"Wira tersenyum dan menyahut, "Nggak. Ini pasti karena Latif memberi tahu Kunaf kita kabur ke utara."Mendengar itu, yang lainnya tersenyum kecil. Jika Kunaf benar-benar mempercayai informasi itu,berarti dia benar-benar bodoh.Bagaimana mungkin mereka yang telah melarikan diri dari utara justru kembali ke arah sana? Itu sama saja mencari mati!"Nafis, kamu yang memimpin di depan. Sebarkan pasukan, jangan berkumpul di satu tempat. Habisi prajurit musuh yang menjaga gerbang, lalu kenakan seragam mereka. Lakukan den
Mendengar laporan itu, Kunaf langsung berseri-seri dan segera menyuruh para penari untuk pergi.Setelah aula menjadi kosong, Kunaf menatap Latif dengan penuh antusiasme. Dia bahkan lupa menyuruhnya berdiri.Kunaf sangat memahami perintah dari Bimala. Tidak peduli apa pun caranya, Wira harus ditangkap. Jika berhasil, Kunaf bisa meninggalkan tempat ini.Latif perlahan-lahan berdiri, lalu menangkupkan tangannya sambil berujar dengan tenang, "Lapor, Jenderal. Kami telah mencari di dalam hutan untuk waktu yang lama, tapi nggak menemukan jejak musuh. Aku menduga mereka sudah meninggalkan area ini.""Nggak ada jejak?" Ekspresi Kunaf yang tadinya bersemangat langsung berubah. Dia lantas terdiam beberapa saat sebelum mengerutkan kening dan bertanya, "Kalau begitu, apa ada informasi dari penjaga gerbang?"Latif bertugas di benteng utama, jadi pertanyaan itu masih berada dalam ranah tanggung jawabnya. Dia segera menjawab, "Saat kembali, aku sudah menanyakan kepada penjaga gerbang. Hingga saat ini
Mengingat semua hal besar yang telah dilakukan oleh Wira, Latif merasa sangat bersemangat. Ini adalah pertama kalinya dia bertemu langsung dengan Wira.Latif segera menangkupkan tangan dan berkata, "Aku sudah lama mengetahui nama besar Tuan Wira. Hari ini, aku akhirnya bisa bertemu langsung denganmu. Ini benar-benar suatu kehormatan bagiku. Aku Latif, mohon ampuni nyawaku."Wira terkekeh-kekeh dan membalas, "Haha. Dengan cara pencarian seperti ini, kamu nggak takut Kunaf mengetahuinya dan memenggal kepalamu?"Saat berbicara, Wira menunjuk ke arah para prajurit yang masih memegang obor di kejauhan. Kini, dia sudah bisa menebak maksud Latif. Rupanya, dia sedang berusaha membantu Wira sebagai tanda persahabatan.Latif hanya bisa tertawa canggung dan berkata dengan suara rendah, "Jujur saja, aku nggak terlalu menyukai Kunaf. Lagian, dia nggak ada di sini. Dia nggak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi.""Hari ini, ketika aku melihat Tuan berada dalam situasi sulit, aku ingin membantu sebi