"Baiklah." Setelah pemimpin itu tersenyum, salah seorang pria berotot itu membuka pintu ruangannya. Namun pada detik berikutnya, terlihat mata pria itu langsung membelalak. "Di mana orangnya?"Dalam sekejap, Wira juga menjadi tegang. Dia segera bangkit dan keluar dari ruangan itu, tetapi dia tidak menemukan keberadaan Ainur.Pria yang duduk di kursi pemimpin itu juga bangkit dan berkata sambil mengernyitkan alisnya, "Apa yang terjadi?"Beberapa pria di sampingnya menggelengkan kepala, jelas hal ini tidak ada hubungannya dengan mereka. Mereka semua tadi berada di dalam ruangan itu dan tidak ada yang memperhatikan Ainur yang berada di luar.Sebenarnya, Wira juga tidak terlalu mengkhawatirkan Ainur yang menunggu di luar karena dia mengira paling-paling hanya berada di dalam selama beberapa menit saja. Selain itu, jarak tempat Ainur menunggu juga begitu dekat dengannya. Jika benar-benar terjadi sesuatu, Ainur hanya perlu menjerit saja dan Wira akan segera keluar. Namun, dia tidak menyangka
"Ini ...."Ekspresi pria yang memimpin itu terlihat tak berdaya. "Tuan, kami benar-benar nggak tahu di mana istrimu berada. Kalau nggak, kami pasti sudah melepaskannya. Bagaimana mungkin kami mempersulitmu lagi?"Semua orang di sekitar pemimpin itu juga mengiakan perkataan itu.Wira mengernyitkan alis saat melihat mereka sepertinya tidak sedang bercanda. Apakah situasi ini benar-benar tidak ada hubungannya dengan mereka? Kalau begitu, ke mana perginya Ainur?"Begini saja. Kalian segera bersiap-siap dan ikut aku meninggalkan tempat ini. Aku yakin tempat ini sudah tidak aman lagi." Hilangnya Ainur adalah peringatan bagi Wira bahwa pasti ada orang yang diam-diam mengawasinya di sekitar. Jika orang itu bisa menghindari pengawasan jaringan mata-mata, berarti orang itu memiliki niat buruk dan pasti bukan orang biasa. Dia tidak boleh meremehkan hal ini.Beberapa orang itu saling memandang, lalu segera menganggukkan kepala. Setelah bersiap-siap sebentar, mereka mengikuti Wira keluar. Saat ini,
Sementara itu, pria yang dipanggil sebagai ketua itu tetap menutup matanya untuk beristirahat. Setelah mendengar perkataan beberapa orang itu, ekspresinya berubah dan berkata dengan nada dingin, "Gila! Sekarang kita masih punya urusan penting. Kalau Wira mengejar kita, tapi kalian malah sedang bersenang-senang dengan wanitanya. Bagaimana kita bisa melawannya? Dasar bodoh, kalian harus ingat Wira punya senapan. Senjata itu sangat kuat, bisa dibilang adalah senjata terbaik. Kalian semua cari mati ya?"Mendengar perkataan itu, semua pria itu baru membatalkan niat mereka.Sementara itu, Ainur masih ketakutan karena ini pertama kalinya dia mengalami situasi seperti ini."Ketua, aku lupa memberitahumu satu hal. Nama wanita ini adalah Ainur, anggota Keluarga Birawa. Kita ada dendam kesumat dengannya. Jangan lupa, kita bisa menghadapi masalah yang begitu besar semuanya karena ulah ayahnya," kata salah seorang pria.Dalam sekejap, ekspresi pemimpin itu menjadi sangat muram. Dia perlahan-lahan b
"Situasi sudah seperti ini, tapi kalian masih berani mengancamku? Benar-benar idiot." Wira terkekeh-kekeh, lalu menarik pelatuknya lagi hingga seorang pria terjatuh ke tanah.Ekspresi pelindung itu terlihat masam. Dia mengernyit dan berkata, "Oke. Kalau begitu, aku akan membunuh wanitamu ini."Sambil berbicara, pelindung itu sontak mengangkat pisau di tangannya, lalu hendak menggores leher Ainur.Ainur seketika berteriak ketakutan dan memejamkan mata. Terdengar suara tembakan, lalu seluruh wajahnya tiba-tiba terkena cairan yang lengket.Ainur tanpa sadar menjulurkan tangan untuk menyeka. Ketika membuka mata, dia mendapati bahwa pelindung itu sudah tewas. Sementara itu, wajah dan tangannya sendiri dipenuhi darah.Wira segera membawa Ainur ke sisinya untuk melindunginya. Kemudian, dia berkata, "Nggak perlu khawatir, aku bisa mengatasinya."Ainur mengangguk dan tidak berani berbicara. Pada saat yang sama, orang-orang itu bertatapan dan hendak melarikan diri, tetapi tiba-tiba terdengar sua
Wira akhirnya makin yakin dengan pemikirannya. Aliran Kegelapan ini punya tujuan lain. Mereka bukan hanya sudah masuk ke wilayahnya, tetapi juga sudah melakukan sesuatu pada Ciputra. Sepertinya, dunia ini memang tidak pernah bisa damai."Kami sudah menjelaskan semuanya, sisanya kami nggak tahu lagi ....""Tuan, tolong berbelaskasihan dan lepaskan kami ....""Kami nggak bakal mengganggumu lagi kelak!"Beberapa orang itu sibuk memohon ampun."Gimana menurutmu?" Wira tidak langsung menanggapi mereka, melainkan menatap Ainur yang berdiri di belakangnya.Ainur seperti anak kucing yang ketakutan. Dia menelan ludahnya, lalu menjawab dengan lirih, "Tadi mereka ingin menindasku. Kalau bukan karena pelindung itu, mungkin mereka sudah berhasil. Kamu sudah tahu apa yang harus dilakukan, 'kan?"Ekspresi orang-orang itu sontak dipenuhi keputusasaan. Bukan hanya Wira yang memahami maksud Ainur, tetapi orang-orang itu juga. Wanita ini menginginkan nyawa mereka!Saat berikutnya, ekspresi Wira berubah d
Wira menatap Nafis sembari berkata, "Orang-orang ini dari Aliran Kegelapan. Segera beri tahu Biantara kalau orang-orang ini ingin membunuh Ramath. Suruh dia buat persiapan. Selama aku nggak berada di Dusun Darmadi, dia dan Danu harus mengurus semuanya dengan baik."Nafis segera mengangguk dan membalas, "Tenang saja, Kak. Kami akan mengatur semuanya dengan baik."Dalam sekejap, Wira dan Ainur telah sampai di penginapan. Saat ini, para ahli senjata ada di dalam. Begitu pintu terbuka, mereka langsung berdiri, tetapi tidak berani menatap mata Wira.Mereka sudah mengetahui identitas Wira. Kesenjangan di antara kedua belah pihak sungguh besar. Ketika teringat pada sikap mereka yang sebelumnya dan istri Wira hilang gara-gara mereka, mereka pun menjadi sangat ketakutan. Bagaimanapun, mudah saja bagi Wira untuk membunuh mereka."Ainur, kamu istirahat di kamarmu dulu, ya," ujar Wira. Ainur mengangguk ringan dan keluar. Kedua anggota jaringan mata-mata pun mengikutinya karena khawatir Ainur hilan
Wira mengangguk dan menyahut, "Nggak perlu terburu-buru kok. Sekarang, yang penting kalian membantuku membuat senjata. Sisanya bisa dibicarakan lagi nanti. Aku akan mengatur orang untuk mengantar kalian ke Dusun Darmadi. Keselamatan kalian akan terjamin. Setibanya di dusun, kalian hanya perlu fokus bekerja. Aku nggak akan merugikan kalian."Orang-orang itu pun mengangguk dengan tatapan bersyukur. Setelah menyelesaikan kesepakatan ini, mereka tidak perlu mencemaskan biaya hidup lagi. Apalagi, mereka akan membuat senjata dengan besi dingin. Jika orang-orang mengetahuinya, reputasi mereka akan meningkat."Masih ada yang ingin kutanyakan. Waktu di wilayah kalian, aku pernah bilang ada saudaraku yang datang mencari kalian. Dia bahkan membawa surat dari Fredy. Apa kalian pernah melihatnya?" tanya Wira.Orang-orang itu bertatapan sesaat, lalu sama-sama menggeleng. Sarman berkata, "Tuan, kami nggak punya kesan apa pun terhadap orang seperti itu. Kami juga nggak mendapat surat yang ditulis Fred
Wira menoleh memandang ke arah sumber suara. Yang memanggilnya adalah seorang pelayan, mereka sempat bertemu di lantai bawah sebelumnya.Wira bertanya dengan heran, "Ada urusan apa?"Pelayan itu menunjuk lantai bawah sambil menjawab, "Ada yang ingin bertemu denganmu di ruang privat lantai 2. Katanya ingin berbicara berdua denganmu."Ketika berbicara, pelayan itu tidak lupa melirik sekilas Nafis yang berada di samping. Jelas, dia sedang memberi peringatan kepada Nafis.Nafis tanpa sadar menyentuh busurnya dengan tatapan waspada. Jelas sekali, pendatang ini punya niat jahat dan telah mengetahui identitas mereka. Kalau yang berbicara ini bukan pelayan, Nafis pasti sudah membunuhnya sejak tadi."Oke, aku akan pergi menemuinya nanti. Kamu sudah bisa melanjutkan pekerjaanmu," ucap Wira sambil melambaikan tangannya kepada pelayan itu.Kemudian, Wira menatap Nafis dan berkata, "Kita nggak tahu siapa orang itu, tapi dia sudah pasti mengetahui jejakku karena tahu ada orang lain bersamaku. Apalag
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m