Setelah mengantar Ramath, Biantara menghampiri Wira dan berkomentar, "Dusun Darmadi diincar banyak orang. Siapa pun ingin tinggal di Dusun Darmadi."Wira tersenyum dan menimpali, "Tentu saja. Di sini sangat aman dan anggota kita tersebar di berbagai tempat. Jadi, Dusun Darmadi sudah menjadi tempat yang penting. Orang yang tinggal di sini nggak perlu mengkhawatirkan apa pun lagi. Kalaupun ada perang di luar, penduduk di Dusun Darmadi tetap bisa hidup tenang."Wira menambahkan, "Tapi, mungkin sebentar lagi Provinsi Lowala akan dibangun menjadi tempat seperti ini." Dia sangat percaya diri dengan pemikirannya.Biantara menanggapi, "Semoga memang begitu."Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki di luar. Ainur berjalan masuk. Wira memandang Ainur sembari bertanya, "Ada apa?"Ainur adalah wanita yang bijak. Sejak kecil, dia dididik oleh keluarganya dengan baik. Sekarang, Wira sedang mengurus masalah penting. Jadi, kalau bukan karena urusan mendesak, Ainur tidak akan datang ke sini.Biantara b
Danu berucap, "Aku juga nggak menyangka Anton itu begitu keras kepala. Awalnya, aku hampir mendapatkan informasi darinya. Tapi, dia malah menghancurkan piring saat jam makan, lalu bunuh diri. Sekarang kita nggak mendapatkan informasi apa-apa ...."Sebenarnya, masalah ini bukan hanya salah Danu. Wira menimpali, "Sudahlah. Kita juga nggak bisa mengubah apa pun lagi karena Anton sudah mati. Kamu kabari Biantara, suruh dia lanjut selidiki tentang Aliran Kegelapan. Sekarang, kita hanya bisa berharap kepada Biantara."Sepertinya, Wira hanya bisa mengandalkan jaringan mata-mata Biantara. Danu mengangguk, lalu pergi dengan perasaan bersalah. Suasana hati Wira agak buruk karena kehilangan petunjuk tentang Aliran Kegelapan. Kala ini, dia sedang duduk di halaman rumahnya sambil minum arak. Kemunculan Aliran Kegelapan membuat Wira merasakan bahaya untuk pertama kalinya.Tiba-tiba, Dewina menghampiri Wira dan bertanya, "Suamiku, kamu kenapa? Apa kamu punya masalah?"Wira mendesah. Setelah menenggak
Tepat pada tengah malam, Wira baru saja tertidur, tetapi dia mendengar ada suara langkah yang tergesa-gesa di luar pintu dan diikuti dengan ketukan pintu yang cepat."Kak Wira, kamu sudah tidur?"Setelah mengenakan pakaiannya, Wira keluar dari kamarnya dan langsung melihat Biantara yang berdiri di depan pintu yang saat ini ekspresinya sangat muram."Ada apa?" Saat ini sudah larut malam. Wira berpikir jika Biantara datang mencarinya pada saat ini, kemungkinan besar sedang terjadi masalah besar."Terjadi masalah di Keluarga Birawa ya?" tanya Wira secara refleks."Nggak ada masalah di Keluarga Birawa. Lagi pula, ada Danu yang menjaga mereka, jadi kamu nggak perlu khawatir. Tapi, terjadi masalah dengan Doddy ...," kata Biantara sambil menggertakkan giginya, lalu segera menjelaskan situasinya dengan singkat. Ternyata, Doddy sudah kehilangan kontak sejak kemarin sore. Sebelum Doddy pergi, dia meminta Biantara untuk mengawasi dari samping karena khawatir dengan sifat impulsif Doddy akan menim
Biantara segera menjelaskan hubungan yang terkait dalam masalah ini.Ekspresi Wira menjadi sangat serius. Jarinya terus mengetuk keningnya, jelas dia juga sedang memikirkan strategi untuk selanjutnya. Harus diakui, kata-kata Biantara memang sangat masuk akal. Peranannya sekarang penting dan kehidupan dan harta semua orang di Provinsi Lowala dan Dusun Darmadi bergantung kepadanya. Jika terjadi masalah dengannya, mungkin akan berdampak besar dengan mereka. Konsekuensinya memang tidak bisa diprediksi. Namun, dia juga khawatir Biantara tidak bisa menangani situasi ini dengan baik. Jika semua ini benar-benar perbuatan Ciputra, pasti masalahnya tidak semudah itu."Begini saja. Aku sendiri yang pergi ke Provinsi Bina. Tapi, aku akan menyamar sebelum berangkat, pasti nggak akan ketahuan lawan. Aku juga akan membawa beberapa ahli bersamaku, orang-orangmu juga akan membantuku di sepanjang perjalanan. Dengan begini, semuanya pasti akan berjalan dengan lancar." Setelah dipikirkan lagi, Wira tetap
"Kak Wira, kami berdua juga ingin ikut," kata Danu.Danu melanjutkan sambil menggertakkan giginya, "Doddy adalah adik kandungku. Sekarang dia menghilang dan nggak diketahui situasinya, aku juga ingin menyelidikinya. Kak Wira, tolong bawa aku juga!"Nafis juga mengangguk, tetapi dia hanya ingin ikut pergi untuk berganti suasana. Melatih prajurit baru setiap hari memang agak membosankan. Kebetulan ada kesempatan sebagus ini, dia tentu saja harus memanfaatkan kesempatan ini untuk membantu Wira.Hal ini juga untuk menenangkan hati pasukan. Nafis memang mahir dalam memanah, tetapi dia tetap sulit untuk mendapatkan pengakuan dari semua orang di kemah militer karena dia masih sangat muda. Semuanya harus bergantung dengan reputasi Wira dan Doddy, sehingga dia ingin mencari cara untuk membuktikan dirinya. Jika tidak, prajurit baru di kemah militer pasti akan meragukan kemampuannya."Nggak boleh! Hanya kalian yang bisa kuandalkan di sini. Kalau kalian semua ikut bersamaku, siapa yang akan menjag
Kedua pria itu segera menganggukkan kepala."Kak Wira, aku juga akan membawa anggota jaringan mata-mata untuk bergerak diam-diam. Kita akan saling bekerja sama untuk segera menyelidiki kabar tentang Doddy," kata Biantara dengan cepat.Wira menganggukkan kepala. Setelah memberikan beberapa instruksi kepada Danu, dia pergi bersama beberapa orang di belakangnya ke dalam kegelapan malam.....Di kediaman Wira di Dusun Darmadi. Sebenarnya saat Wira pergi, Wulan dan yang lainnya sudah mendengar suara bising di luar. Namun, mereka tidak keluar untuk memeriksanya. Jika Wira memilih untuk tidak memberi tahu mereka, berarti Wira pasti memiliki alasannya sendiri. Bertanya terlalu banyak hanya akan membuat Wira tidak senang. Saat ini, mereka duduk di depan meja di mana terletak surat yang ditulis Wira tadi."Entah apa yang dipikirkan Wira. Terjadi masalah dengan Doddy di Provinsi Bina adalah masalah yang serius, tentu saja harus ditangani dengan hati-hati. Tapi, dia malah membawa Ainur pergi bersa
Penginapan Kencana adalah penginapan terbesar di Provinsi Bina. Saat ini Wira dan yang lainnya sudah memilih kamar, sedangkan Nafis bersama dua anggota jaringan mata-mata sedang menyelidiki kota. Biantara juga sudah menerima kabar dari Biantara. Meskipun semua saudara di markas Provinsi Bina sudah mati mengenaskan, efisiensi kerja Biantara sangat tinggi. Dia segera mengirim orang-orang baru ke sana dan mendirikan markas yang baru."Ayo kita jalan-jalan ke luar sebentar." Setelah mengganti pakaian, Wira dan Ainur berjalan keluar kamar. Setengah jam kemudian, keduanya tiba di depan sebuah pegadaian yang bernama Pegadaian Murni.Setelah masuk ke pegadaian itu dan mengawasi sekeliling sejenak, Wira menatap ke arah pemilik pegadaian itu dan berkata dengan tenang, "Berapa banyak uang yang bisa kudapat dengan giok ini?"Saat mengatakan itu, Wira mengeluarkan sebuah giok dari sakunya. Giok ini diberikan Biantara kepadanya sebelum dia meninggalkan Dusun Darmadi, sebuah lambang dari jaringan mat
"Lakukan saja apa yang harus kamu lakukan, nggak perlu khawatirkan hal lain." Setelah mengatakan itu dengan tenang, Wira langsung bangkit dan berjalan menuju pintu dengan diikuti Kusmanto yang mengantarnya. Saat keluar dari pegadaian, ekspresinya masih tetap muram.Ainur yang berada di belakang Wira berbisik, "Sayang, aku dengar sebelumnya kamu menangkap beberapa pengikut Aliran Kegelapan dan kamu juga sudah menyinggung orang dari Aliran Kegelapan karena keluarga kami. Menurutmu, apa masalah ini ada hubungannya dengan Aliran Kegelapan?"Pertanyaan Ainur ini langsung mengingatkan Wira. Apakah hal ini benar-benar ulah dari Aliran Kegelapan? Namun setelah dipikirkan kembali, dia merasa tidak mungkin juga. Meskipun orang dari Aliran Kegelapan ingin melawannya, mereka juga tidak perlu melakukannya di Provinsi Bina. Bukankah ini sama saja mencari masalah bagi mereka sendiri?"Aku tiba-tiba teringat suatu tempat. Kamu temani aku pergi mencari para ahli pembuat senjata itu. Aku rasa mereka mun
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai