Biantara segera menjelaskan hubungan yang terkait dalam masalah ini.Ekspresi Wira menjadi sangat serius. Jarinya terus mengetuk keningnya, jelas dia juga sedang memikirkan strategi untuk selanjutnya. Harus diakui, kata-kata Biantara memang sangat masuk akal. Peranannya sekarang penting dan kehidupan dan harta semua orang di Provinsi Lowala dan Dusun Darmadi bergantung kepadanya. Jika terjadi masalah dengannya, mungkin akan berdampak besar dengan mereka. Konsekuensinya memang tidak bisa diprediksi. Namun, dia juga khawatir Biantara tidak bisa menangani situasi ini dengan baik. Jika semua ini benar-benar perbuatan Ciputra, pasti masalahnya tidak semudah itu."Begini saja. Aku sendiri yang pergi ke Provinsi Bina. Tapi, aku akan menyamar sebelum berangkat, pasti nggak akan ketahuan lawan. Aku juga akan membawa beberapa ahli bersamaku, orang-orangmu juga akan membantuku di sepanjang perjalanan. Dengan begini, semuanya pasti akan berjalan dengan lancar." Setelah dipikirkan lagi, Wira tetap
"Kak Wira, kami berdua juga ingin ikut," kata Danu.Danu melanjutkan sambil menggertakkan giginya, "Doddy adalah adik kandungku. Sekarang dia menghilang dan nggak diketahui situasinya, aku juga ingin menyelidikinya. Kak Wira, tolong bawa aku juga!"Nafis juga mengangguk, tetapi dia hanya ingin ikut pergi untuk berganti suasana. Melatih prajurit baru setiap hari memang agak membosankan. Kebetulan ada kesempatan sebagus ini, dia tentu saja harus memanfaatkan kesempatan ini untuk membantu Wira.Hal ini juga untuk menenangkan hati pasukan. Nafis memang mahir dalam memanah, tetapi dia tetap sulit untuk mendapatkan pengakuan dari semua orang di kemah militer karena dia masih sangat muda. Semuanya harus bergantung dengan reputasi Wira dan Doddy, sehingga dia ingin mencari cara untuk membuktikan dirinya. Jika tidak, prajurit baru di kemah militer pasti akan meragukan kemampuannya."Nggak boleh! Hanya kalian yang bisa kuandalkan di sini. Kalau kalian semua ikut bersamaku, siapa yang akan menjag
Kedua pria itu segera menganggukkan kepala."Kak Wira, aku juga akan membawa anggota jaringan mata-mata untuk bergerak diam-diam. Kita akan saling bekerja sama untuk segera menyelidiki kabar tentang Doddy," kata Biantara dengan cepat.Wira menganggukkan kepala. Setelah memberikan beberapa instruksi kepada Danu, dia pergi bersama beberapa orang di belakangnya ke dalam kegelapan malam.....Di kediaman Wira di Dusun Darmadi. Sebenarnya saat Wira pergi, Wulan dan yang lainnya sudah mendengar suara bising di luar. Namun, mereka tidak keluar untuk memeriksanya. Jika Wira memilih untuk tidak memberi tahu mereka, berarti Wira pasti memiliki alasannya sendiri. Bertanya terlalu banyak hanya akan membuat Wira tidak senang. Saat ini, mereka duduk di depan meja di mana terletak surat yang ditulis Wira tadi."Entah apa yang dipikirkan Wira. Terjadi masalah dengan Doddy di Provinsi Bina adalah masalah yang serius, tentu saja harus ditangani dengan hati-hati. Tapi, dia malah membawa Ainur pergi bersa
Penginapan Kencana adalah penginapan terbesar di Provinsi Bina. Saat ini Wira dan yang lainnya sudah memilih kamar, sedangkan Nafis bersama dua anggota jaringan mata-mata sedang menyelidiki kota. Biantara juga sudah menerima kabar dari Biantara. Meskipun semua saudara di markas Provinsi Bina sudah mati mengenaskan, efisiensi kerja Biantara sangat tinggi. Dia segera mengirim orang-orang baru ke sana dan mendirikan markas yang baru."Ayo kita jalan-jalan ke luar sebentar." Setelah mengganti pakaian, Wira dan Ainur berjalan keluar kamar. Setengah jam kemudian, keduanya tiba di depan sebuah pegadaian yang bernama Pegadaian Murni.Setelah masuk ke pegadaian itu dan mengawasi sekeliling sejenak, Wira menatap ke arah pemilik pegadaian itu dan berkata dengan tenang, "Berapa banyak uang yang bisa kudapat dengan giok ini?"Saat mengatakan itu, Wira mengeluarkan sebuah giok dari sakunya. Giok ini diberikan Biantara kepadanya sebelum dia meninggalkan Dusun Darmadi, sebuah lambang dari jaringan mat
"Lakukan saja apa yang harus kamu lakukan, nggak perlu khawatirkan hal lain." Setelah mengatakan itu dengan tenang, Wira langsung bangkit dan berjalan menuju pintu dengan diikuti Kusmanto yang mengantarnya. Saat keluar dari pegadaian, ekspresinya masih tetap muram.Ainur yang berada di belakang Wira berbisik, "Sayang, aku dengar sebelumnya kamu menangkap beberapa pengikut Aliran Kegelapan dan kamu juga sudah menyinggung orang dari Aliran Kegelapan karena keluarga kami. Menurutmu, apa masalah ini ada hubungannya dengan Aliran Kegelapan?"Pertanyaan Ainur ini langsung mengingatkan Wira. Apakah hal ini benar-benar ulah dari Aliran Kegelapan? Namun setelah dipikirkan kembali, dia merasa tidak mungkin juga. Meskipun orang dari Aliran Kegelapan ingin melawannya, mereka juga tidak perlu melakukannya di Provinsi Bina. Bukankah ini sama saja mencari masalah bagi mereka sendiri?"Aku tiba-tiba teringat suatu tempat. Kamu temani aku pergi mencari para ahli pembuat senjata itu. Aku rasa mereka mun
Di sembilan provinsi, semua orang tahu Wira memiliki senapan, tetapi mereka hanya menganggapnya sebagai senjata rahasia. Pantas saja Fredy memperkenalkan orang-orang ini kepadanya, tampaknya kemampuan mereka memang luar biasa.Pria itu berkata dengan ekspresi muram, "Kekuatan membunuh barang ini sangat besar, bahkan ahli bela diri pun nggak bisa menghindari serangan barang ini. Kalau kamu bisa punya barang ini, pasti latar belakangmu nggak biasa. Tapi, kita nggak ada masalah denganmu sebelumnya, jadi apa maksudmu ini?"Wira mendengus. Setelah menyimpan kembali senapan di tangannya, dia baru perlahan-lahan berkata, "Aku hanya ingin berbicara dengan pemimpin kalian. Setelah dia keluar dan bertemu denganku, kamu akan mengerti maksud kedatanganku ini bukan sebagai musuh."Setelah ragu sejenak, pria berotot itu baru berkata, "Kalau begitu, kamu tunggu aku di sini sebentar, aku akan mencari kakakku."Melihat pria berotot itu pergi, Wira berkata dengan nada kesal, "Memang cari masalah saja."
"Baiklah." Setelah pemimpin itu tersenyum, salah seorang pria berotot itu membuka pintu ruangannya. Namun pada detik berikutnya, terlihat mata pria itu langsung membelalak. "Di mana orangnya?"Dalam sekejap, Wira juga menjadi tegang. Dia segera bangkit dan keluar dari ruangan itu, tetapi dia tidak menemukan keberadaan Ainur.Pria yang duduk di kursi pemimpin itu juga bangkit dan berkata sambil mengernyitkan alisnya, "Apa yang terjadi?"Beberapa pria di sampingnya menggelengkan kepala, jelas hal ini tidak ada hubungannya dengan mereka. Mereka semua tadi berada di dalam ruangan itu dan tidak ada yang memperhatikan Ainur yang berada di luar.Sebenarnya, Wira juga tidak terlalu mengkhawatirkan Ainur yang menunggu di luar karena dia mengira paling-paling hanya berada di dalam selama beberapa menit saja. Selain itu, jarak tempat Ainur menunggu juga begitu dekat dengannya. Jika benar-benar terjadi sesuatu, Ainur hanya perlu menjerit saja dan Wira akan segera keluar. Namun, dia tidak menyangka
"Ini ...."Ekspresi pria yang memimpin itu terlihat tak berdaya. "Tuan, kami benar-benar nggak tahu di mana istrimu berada. Kalau nggak, kami pasti sudah melepaskannya. Bagaimana mungkin kami mempersulitmu lagi?"Semua orang di sekitar pemimpin itu juga mengiakan perkataan itu.Wira mengernyitkan alis saat melihat mereka sepertinya tidak sedang bercanda. Apakah situasi ini benar-benar tidak ada hubungannya dengan mereka? Kalau begitu, ke mana perginya Ainur?"Begini saja. Kalian segera bersiap-siap dan ikut aku meninggalkan tempat ini. Aku yakin tempat ini sudah tidak aman lagi." Hilangnya Ainur adalah peringatan bagi Wira bahwa pasti ada orang yang diam-diam mengawasinya di sekitar. Jika orang itu bisa menghindari pengawasan jaringan mata-mata, berarti orang itu memiliki niat buruk dan pasti bukan orang biasa. Dia tidak boleh meremehkan hal ini.Beberapa orang itu saling memandang, lalu segera menganggukkan kepala. Setelah bersiap-siap sebentar, mereka mengikuti Wira keluar. Saat ini,
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan
"Pakaiannya juga cukup bagus, sepertinya dia juga orang kaya. Dia nggak mungkin akan menipu kita, 'kan?"Melihat penampilan Wira, semua orang mulai goyah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada makanan sama saja kehilangan harga diri. Mereka harus segera mencari makanan untuk bertahan hidup.Namun, orang-orang berpikir mereka juga harus menghemat tenaga mereka. Sudah kekurangan makanan setiap harinya pun masih harus melakukan banyak pekerjaan, bahkan manusia besi juga tidak akan tahan. Sekarang Wira memberikan mereka makanan gratis, mereka tentu saja tidak akan menolaknya."Aku percaya dengan kata-kata Tuan ini. Tuan ini terlihat sangat serius, jelas bukan orang yang akan menipu kita. Lagi pula, jumlah kita banyak. Kalau nanti kita nggak mendapat makanan, kita bisa langsung menyerangnya. Masa kita yang sebanyak ini nggak bisa mengalahkan dia seorang?" kata seorang pria paruh baya yang keluar dari kerumunan dan langsung mengangkat tangannya.Tak lama kemudian, banyak orang yang mulai mele
"Mereka semua datang ke sini bersama orang kaya di desa," jelas Sahim.Tadi Sahim dan yang lainnya sudah siap untuk membantu orang-orang itu, tetapi mereka menjadi enggan untuk ikut campur setelah mengetahui kenyataannya. Orang-orang itu sendiri yang sukarela membawa barang-barang itu, mereka yang akan mendapat masalah jika bersikeras membantu.Lagi pula, pihak yang satunya bersedia bekerja dan pihak yang satunya lagi bersedia memberi, pada dasarnya ini hanya transaksi bisnis."Kenapa berhenti?" Saat Sahim melaporkan situasinya pada Wira, terdengar suara dengan nada kesal dari dalam kereta itu. Tak lama kemudian, seorang pria keluar dari kereta dan langsung menatap orang-orang di sekitarnya."Apa lagi yang bisa kalian lakukan di sini? Bentar lagi kita akan tiba di kota. Setelah masuk ke sana, aku akan memberikan tujuh kilogram beras pada kalian sesuai kesepakatan. Kalau kalian terus membuang-buang waktu di sini, kalian nggak akan mendapatkan apa-apa," lanjut pria itu.Wira pun menatap
Melihat pemandangan di depan, Wira merasa sakit kepala. Apakah mereka menganggapnya sebagai orang yang sangat baik? "Kalian bahkan nggak tahu apa yang kulakukan, tapi langsung ingin mengikutiku. Kalian nggak takut aku akan membahayakan kalian?"Semua orang langsung menggelengkan kepala.Terutama Sahim, dia adalah orang pertama yang berkata, "Aku percaya dengan kepribadian Tuan. Penampilan Tuan terlihat begitu rapi, sama sekali nggak seperti orang jahat. Lagi pula, nggak ada orang lagi yang lebih jahat dari kami di dunia ini, 'kan? Aku juga percaya kelak aku pasti akan berguna kalau kami mengikuti Tuan. Aku pasti bisa mewujudkan semua ambisiku."Wira pun tersenyum dan bertanya-tanya apa ambisi orang ini. Dengan penampilan yang buruk, Sahim ini memberikan kesan yang buruk dan terlihat seperti orang jahat.Namun, setelah Wira pikirkan lagi, membiarkan orang-orang ini mengikutinya juga bukan pilihan yang buruk. Setidaknya mereka bisa melakukan beberapa hal sesuai kemampuan mereka dan tidak
Dengan kemampuan para menteri hebat ini, mereka pasti bisa meyakinkan para rakyat. Itu sebabnya, tidak ada keributan yang terjadi."Kak, rupanya kamu orang Provinsi Lowala. Dari aksenmu, aku nggak bisa menilai asal-usulmu," ucap Shafa sambil menatap Wira."Aku bukan dari Provinsi Lowala. Aku cuma tinggal lebih lama di sini. Makanya, aku nggak punya aksen seperti mereka," sahut Wira.Sebenarnya tidak ada perbedaan besar pada aksen para penduduk di sembilan provinsi, kecuali yang berasal dari etnis minoritas. Sementara itu, Wira bukan berasal dari dunia ini sehingga aksennya tentu berbeda. Bagaimana mungkin mereka bisa menebak asal usulnya?Shafa bertanya, "Kalau begitu, kamu dari mana?""Rumahku sangat jauh dari sini. Sepertinya aku nggak bakal pernah bisa pulang lagi." Wira menggeleng sambil menghela napas.Wira sendiri sudah lupa dirinya sudah berapa lama dirinya berada di sini. Selain itu, dia tidak pernah menemukan jalan pulang.Namun, harus diakui bahwa kehidupan di sini sangat bai
Kaffa tidak menyahut. Dia tidak percaya pada omongan para perampok ini. Penjahat selamanya adalah penjahat!Ini sama seperti orang baik. Tidak peduli apa yang terjadi, mereka tidak akan pernah tunduk pada kejahatan, apalagi mencelakai orang.Namun, karena Wira telah berbicara demikian, Kaffa tidak berani membantah lagi. Hanya saja, dia masih merasa agak enggan.Nyawa mereka semua ada di tangan Wira. Kaffa merasa agak takut setelah melihat Wira membunuh Jaguar tadi. Jika menyinggung Wira, nasibnya mungkin akan sama dengan Jaguar.Apalagi, Kaffa masih punya adik. Apa pun yang terjadi, dia harus memastikan keselamatan Shafa. Sekalipun nyawa taruhannya, dia tetap harus melindungi Shafa."Siapa namamu? Kulihat kamu sangat pintar bicara dan pintar menilai situasi," tanya Wira kepada pria berwajah tirus itu.Pria itu bergegas menghampiri Wira, lalu menyeka keringat dinginnya sambil memperkenalkan diri, "Namaku Sahim.""Sahim? Oke, aku sudah ingat." Wira mengangguk.Ketika melihat Wira berinis
Tidak ada yang gratis di dunia ini. Kini, seseorang yang begitu kuat dan punya kuasa tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Hal ini tentu membuat mereka merasa curiga."Letakkan senjata kalian sekarang juga! Kalau ada yang berani macam-macam, jangan salahkan aku mengambil tindakan," ancam Wira dengan dingin.Semua orang bertatapan. Tidak ada yang berani ragu sedikit pun. Mereka buru-buru melempar golok mereka ke samping.Di mana mereka, Wira tidak ada bedanya dengan malaikat maut. Jika terus berbasa-basi dengan Wira, takutnya mereka semua akan mati di sini. Tidak ada yang ingin mati!Sekalipun profesi mereka adalah perampok, mereka melakukannya hanya untuk bertahan hidup.Saat berikutnya, para perampok itu berlutut. Pria berwajah tirus itu berkata, "Kak Jaguar sudah mati. Mulai sekarang, kami akan mengikutimu! Kamu adalah bos kami! Kami nggak akan menentang perintahmu, sekalipun nyawa taruhannya!"Semua orang buru-buru menyatakan sikap mereka. Wira tersenyum dingin, lalu berujar, "Kalau b
"Kamu yakin besi di tanganmu itu bisa membunuhku? Kamu kira kami bakal takut?" Jaguar menatap Wira dengan tidak acuh. Orang-orang di belakangnya sontak tertawa, merasa nyali Wira terlalu besar.Jumlah mereka terlalu banyak. Sekalipun Wira dan kedua anak itu bernyawa sembilan, mereka tetap tidak akan bisa melawan. Sepertinya, Wira ketakutan hingga menjadi bodoh."Tuan muda kaya yang dimanjakan sejak kecil memang begini. Mereka nggak bisa menilai situasi dengan baik. Kalau begitu, gimana kalau kita bunuh saja mereka?" usul pria berwajah tirus itu."Kulihat kedua anak di belakangnya itu bukan dari keluarga kaya. Kita bunuh saja mereka supaya tuan muda ini tahu semenakutkan apa kematian. Dengan begini, dia nggak bakal berani bersikap sombong lagi."Kaffa dan Shafa sontak terkesiap. Jika mereka dibawa ke markas perampok, setidaknya mereka bisa mencari kesempatan untuk kabur. Namun, jika mati di sini, bukankah usaha mereka untuk bertahan hidup akan sia-sia? Mereka tidak ingin mati!""Gadis i
Begitu ucapan ini dilontarkan, orang-orang segera bersorak untuk menyetujuinya. Semua orang memaki Wira, membuat Wira terdengar seperti pendosa besar.Wira merasa kecewa. Dia mengusahakan yang terbaik untuk para rakyat, tetapi kebaikannya tidak diterima dan orang-orang bahkan menghinanya.Sebelum Wira bersuara, Kaffa tiba-tiba maju dan berkata dengan lantang, "Omong kosong apa yang kalian bicarakan? Tuan Wira sangat baik pada kita! Jalur perairan sangat menguntungkan bagi para rakyat. Semuanya mendapat keuntungan.""Bencana ini bisa terjadi juga karena ada orang yang melakukan korupsi. Orang-orang itu pasti memakai bahan yang murah. Ini bukan salah Tuan Wira!""Memangnya kalian nggak merasa bersalah menghinanya seperti ini? Jangan lupa. Kalau Tuan Wira nggak membuat kesepakatan dengan kerajaan lain, kita nggak bakal melewati kehidupan damai sekarang!"Wira cukup terkejut melihat keberanian Kaffa. Pemuda ini makin menarik saja. Dia tidak melupakan kebaikan orang lain. Sepertinya, Kaffa