Tepat pada tengah malam, Wira baru saja tertidur, tetapi dia mendengar ada suara langkah yang tergesa-gesa di luar pintu dan diikuti dengan ketukan pintu yang cepat."Kak Wira, kamu sudah tidur?"Setelah mengenakan pakaiannya, Wira keluar dari kamarnya dan langsung melihat Biantara yang berdiri di depan pintu yang saat ini ekspresinya sangat muram."Ada apa?" Saat ini sudah larut malam. Wira berpikir jika Biantara datang mencarinya pada saat ini, kemungkinan besar sedang terjadi masalah besar."Terjadi masalah di Keluarga Birawa ya?" tanya Wira secara refleks."Nggak ada masalah di Keluarga Birawa. Lagi pula, ada Danu yang menjaga mereka, jadi kamu nggak perlu khawatir. Tapi, terjadi masalah dengan Doddy ...," kata Biantara sambil menggertakkan giginya, lalu segera menjelaskan situasinya dengan singkat. Ternyata, Doddy sudah kehilangan kontak sejak kemarin sore. Sebelum Doddy pergi, dia meminta Biantara untuk mengawasi dari samping karena khawatir dengan sifat impulsif Doddy akan menim
Biantara segera menjelaskan hubungan yang terkait dalam masalah ini.Ekspresi Wira menjadi sangat serius. Jarinya terus mengetuk keningnya, jelas dia juga sedang memikirkan strategi untuk selanjutnya. Harus diakui, kata-kata Biantara memang sangat masuk akal. Peranannya sekarang penting dan kehidupan dan harta semua orang di Provinsi Lowala dan Dusun Darmadi bergantung kepadanya. Jika terjadi masalah dengannya, mungkin akan berdampak besar dengan mereka. Konsekuensinya memang tidak bisa diprediksi. Namun, dia juga khawatir Biantara tidak bisa menangani situasi ini dengan baik. Jika semua ini benar-benar perbuatan Ciputra, pasti masalahnya tidak semudah itu."Begini saja. Aku sendiri yang pergi ke Provinsi Bina. Tapi, aku akan menyamar sebelum berangkat, pasti nggak akan ketahuan lawan. Aku juga akan membawa beberapa ahli bersamaku, orang-orangmu juga akan membantuku di sepanjang perjalanan. Dengan begini, semuanya pasti akan berjalan dengan lancar." Setelah dipikirkan lagi, Wira tetap
"Kak Wira, kami berdua juga ingin ikut," kata Danu.Danu melanjutkan sambil menggertakkan giginya, "Doddy adalah adik kandungku. Sekarang dia menghilang dan nggak diketahui situasinya, aku juga ingin menyelidikinya. Kak Wira, tolong bawa aku juga!"Nafis juga mengangguk, tetapi dia hanya ingin ikut pergi untuk berganti suasana. Melatih prajurit baru setiap hari memang agak membosankan. Kebetulan ada kesempatan sebagus ini, dia tentu saja harus memanfaatkan kesempatan ini untuk membantu Wira.Hal ini juga untuk menenangkan hati pasukan. Nafis memang mahir dalam memanah, tetapi dia tetap sulit untuk mendapatkan pengakuan dari semua orang di kemah militer karena dia masih sangat muda. Semuanya harus bergantung dengan reputasi Wira dan Doddy, sehingga dia ingin mencari cara untuk membuktikan dirinya. Jika tidak, prajurit baru di kemah militer pasti akan meragukan kemampuannya."Nggak boleh! Hanya kalian yang bisa kuandalkan di sini. Kalau kalian semua ikut bersamaku, siapa yang akan menjag
Kedua pria itu segera menganggukkan kepala."Kak Wira, aku juga akan membawa anggota jaringan mata-mata untuk bergerak diam-diam. Kita akan saling bekerja sama untuk segera menyelidiki kabar tentang Doddy," kata Biantara dengan cepat.Wira menganggukkan kepala. Setelah memberikan beberapa instruksi kepada Danu, dia pergi bersama beberapa orang di belakangnya ke dalam kegelapan malam.....Di kediaman Wira di Dusun Darmadi. Sebenarnya saat Wira pergi, Wulan dan yang lainnya sudah mendengar suara bising di luar. Namun, mereka tidak keluar untuk memeriksanya. Jika Wira memilih untuk tidak memberi tahu mereka, berarti Wira pasti memiliki alasannya sendiri. Bertanya terlalu banyak hanya akan membuat Wira tidak senang. Saat ini, mereka duduk di depan meja di mana terletak surat yang ditulis Wira tadi."Entah apa yang dipikirkan Wira. Terjadi masalah dengan Doddy di Provinsi Bina adalah masalah yang serius, tentu saja harus ditangani dengan hati-hati. Tapi, dia malah membawa Ainur pergi bersa
Penginapan Kencana adalah penginapan terbesar di Provinsi Bina. Saat ini Wira dan yang lainnya sudah memilih kamar, sedangkan Nafis bersama dua anggota jaringan mata-mata sedang menyelidiki kota. Biantara juga sudah menerima kabar dari Biantara. Meskipun semua saudara di markas Provinsi Bina sudah mati mengenaskan, efisiensi kerja Biantara sangat tinggi. Dia segera mengirim orang-orang baru ke sana dan mendirikan markas yang baru."Ayo kita jalan-jalan ke luar sebentar." Setelah mengganti pakaian, Wira dan Ainur berjalan keluar kamar. Setengah jam kemudian, keduanya tiba di depan sebuah pegadaian yang bernama Pegadaian Murni.Setelah masuk ke pegadaian itu dan mengawasi sekeliling sejenak, Wira menatap ke arah pemilik pegadaian itu dan berkata dengan tenang, "Berapa banyak uang yang bisa kudapat dengan giok ini?"Saat mengatakan itu, Wira mengeluarkan sebuah giok dari sakunya. Giok ini diberikan Biantara kepadanya sebelum dia meninggalkan Dusun Darmadi, sebuah lambang dari jaringan mat
"Lakukan saja apa yang harus kamu lakukan, nggak perlu khawatirkan hal lain." Setelah mengatakan itu dengan tenang, Wira langsung bangkit dan berjalan menuju pintu dengan diikuti Kusmanto yang mengantarnya. Saat keluar dari pegadaian, ekspresinya masih tetap muram.Ainur yang berada di belakang Wira berbisik, "Sayang, aku dengar sebelumnya kamu menangkap beberapa pengikut Aliran Kegelapan dan kamu juga sudah menyinggung orang dari Aliran Kegelapan karena keluarga kami. Menurutmu, apa masalah ini ada hubungannya dengan Aliran Kegelapan?"Pertanyaan Ainur ini langsung mengingatkan Wira. Apakah hal ini benar-benar ulah dari Aliran Kegelapan? Namun setelah dipikirkan kembali, dia merasa tidak mungkin juga. Meskipun orang dari Aliran Kegelapan ingin melawannya, mereka juga tidak perlu melakukannya di Provinsi Bina. Bukankah ini sama saja mencari masalah bagi mereka sendiri?"Aku tiba-tiba teringat suatu tempat. Kamu temani aku pergi mencari para ahli pembuat senjata itu. Aku rasa mereka mun
Di sembilan provinsi, semua orang tahu Wira memiliki senapan, tetapi mereka hanya menganggapnya sebagai senjata rahasia. Pantas saja Fredy memperkenalkan orang-orang ini kepadanya, tampaknya kemampuan mereka memang luar biasa.Pria itu berkata dengan ekspresi muram, "Kekuatan membunuh barang ini sangat besar, bahkan ahli bela diri pun nggak bisa menghindari serangan barang ini. Kalau kamu bisa punya barang ini, pasti latar belakangmu nggak biasa. Tapi, kita nggak ada masalah denganmu sebelumnya, jadi apa maksudmu ini?"Wira mendengus. Setelah menyimpan kembali senapan di tangannya, dia baru perlahan-lahan berkata, "Aku hanya ingin berbicara dengan pemimpin kalian. Setelah dia keluar dan bertemu denganku, kamu akan mengerti maksud kedatanganku ini bukan sebagai musuh."Setelah ragu sejenak, pria berotot itu baru berkata, "Kalau begitu, kamu tunggu aku di sini sebentar, aku akan mencari kakakku."Melihat pria berotot itu pergi, Wira berkata dengan nada kesal, "Memang cari masalah saja."
"Baiklah." Setelah pemimpin itu tersenyum, salah seorang pria berotot itu membuka pintu ruangannya. Namun pada detik berikutnya, terlihat mata pria itu langsung membelalak. "Di mana orangnya?"Dalam sekejap, Wira juga menjadi tegang. Dia segera bangkit dan keluar dari ruangan itu, tetapi dia tidak menemukan keberadaan Ainur.Pria yang duduk di kursi pemimpin itu juga bangkit dan berkata sambil mengernyitkan alisnya, "Apa yang terjadi?"Beberapa pria di sampingnya menggelengkan kepala, jelas hal ini tidak ada hubungannya dengan mereka. Mereka semua tadi berada di dalam ruangan itu dan tidak ada yang memperhatikan Ainur yang berada di luar.Sebenarnya, Wira juga tidak terlalu mengkhawatirkan Ainur yang menunggu di luar karena dia mengira paling-paling hanya berada di dalam selama beberapa menit saja. Selain itu, jarak tempat Ainur menunggu juga begitu dekat dengannya. Jika benar-benar terjadi sesuatu, Ainur hanya perlu menjerit saja dan Wira akan segera keluar. Namun, dia tidak menyangka
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah
Bukan hanya Adjie dan yang lainnya, bahkan Wira yang berdiri di depan Kunaf pun tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka Bimala malah mengerahkan pasukan besar hanya untuk menangkapnya, benar-benar menghargainya.Agha yang mudah emosi pun langsung menendang Kunaf dan memarahi, "Katakan dengan jelas, kali ini ada berapa banyak pasukan utara yang dikirim?"Kunaf meludah ke tanah, lalu tertawa dingin dan berkata, "Hehe. Semuanya ada 100 ribu pasukan untuk menjaga perbatasan. Begitu pasukan besar itu tiba, kalian semua nggak akan bisa kabur lagi. Kalau kalian melepasku sekarang ...."Namun, sebelum Kunaf selesai berbicara, Nafis langsung menendang tubuh Kunaf untuk memaksanya menahan kata-kata berikutnya. "Melepaskanmu? Kamu bermimpi. Sayangnya, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup lagi."Tak disangka, ekspresi Kunaf malah tetap datar saat mendengar perkataan Nafis. Sebaliknya, dia malah tertawa dan berkata, "Hehe. Nggak masalah. Lagi pula, kal
Adjie menganggukkan kepalanya karena sangat setuju dengan pengaturan Agha. Jika terjadi sesuatu yang tak terduga pada saat seperti ini, semua usaha mereka sebelumnya akan sia-sia.Saat ini, di gerbang kota. Wira yang sedang memimpin sekelompok orang pun memandang ke langit di kejauhan, lalu memanggil Nafis dan bertanya dengan nada pelan, "Ada kabar dari para mata-mata?"Begitu menguasai kota, Wira langsung mengirim banyak mata-mata untuk menyambut 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala.Nafis memberi hormat dan menjawab, "Belum ada kabar. Tapi, berdasarkan informasi sebelumnya dari para mata-mata, mereka harusnya sudah dekat."Wira menganggukkan kepala. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun pada saat seperti ini.Tepat pada saat itu, ada seorang prajurit yang berlari mendekat. Setelah melihat keduanya, dia langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, Kak Nafis, Kak Adjie dan yang lainnya sudah kembali. Mereka bahkan berhasil menangkap Kunaf."Mendengar laporan itu, Nafis merasa sangat sen
Mendengar Latif berkata demikian, Adjie merasa agak ragu karena saat ini situasinya sangat mendesak. Jika dia melepaskan mereka begitu saja, dia akan kesulitan.Menyadari Adjie sepertinya merasa agak kesulitan, Latif yang berdiri di depan pintu tersenyum dan berkata sambil memberi hormat, "Kalau Kak Adjie merasa agak kesulitan, kamu bisa menahan kami di halaman ini dulu. Selama nyawa kami nggak terancam, kami bisa menerima cara lainnya."Melihat Latif yang begitu pengertian, Adjie membalas hormat itu dengan tersenyum. Setelah ragu sejenak, dia berkata perlahan-lahan, "Melihat Jenderal Latif begitu sungkan, aku akan terus terang saja. Saat fajar nanti, 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala akan langsung masuk ke kota.""Sekarang kami sudah menguasai gerbang kota dan kediaman wali kota juga. Begitu pasukan tiba mereka bisa langsung menerobos masuk tanpa hambatan."Kata-kata Adjie ini membuat Latif sangat bersemangat karena tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menjadi seorang penjaga
Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala
Selama mereka bisa menguasai tembok kota, saat fajar tiba dan pasukan Kerajaan Nuala memasuki kota, mereka dapat bergerak menuju tiga gerbang lainnya melalui jalur yang menghubungkan tembok kota.Nafis memberi hormat, lalu segera memimpin 100 orang untuk naik. Begitu mereka mencapai tembok kota, mereka mendapati bahwa para prajurit musuh di sana ternyata tertidur dengan bersandar pada dinding.Wira yang baru saja naik ke tembok juga melihat pemandangan itu dan hanya bisa tersenyum getir. Setelah beberapa saat, dia memberi isyarat untuk tetap diam dan memberi isyarat tangan untuk membunuh mereka.Orang-orang di belakangnya langsung mengerti maksudnya. Dengan hati-hati, mereka berjalan berjongkok menuju para prajurit yang sedang tertidur.Para prajurit dari pasukan utara itu bahkan tidak menyadari bahwa tidur mereka kali ini akan membawa mereka ke akhir hayat.....Sementara itu, di kediaman Kunaf.Meskipun kota dalam keadaan siaga penuh, sebagai tempat kediaman penguasa tertinggi di kot
Setelah pasukan terbagi, Wira memimpin kelompoknya keluar dari hutan lebat.Karena Kunaf telah mengeluarkan perintah untuk menangkap Wira, gerbang kota berada dalam keadaan siaga penuh.Namun, karena Kunaf yakin bahwa Wira telah melarikan diri ke utara, dia lantas menarik kembali setengah dari pasukannya.Melihat jumlah patroli di gerbang kota berkurang, Nafis berbisik, "Tuan, kenapa jumlah prajurit tampak jauh lebih sedikit dibandingkan siang tadi? Jangan-jangan ini jebakan?"Wira tersenyum dan menyahut, "Nggak. Ini pasti karena Latif memberi tahu Kunaf kita kabur ke utara."Mendengar itu, yang lainnya tersenyum kecil. Jika Kunaf benar-benar mempercayai informasi itu,berarti dia benar-benar bodoh.Bagaimana mungkin mereka yang telah melarikan diri dari utara justru kembali ke arah sana? Itu sama saja mencari mati!"Nafis, kamu yang memimpin di depan. Sebarkan pasukan, jangan berkumpul di satu tempat. Habisi prajurit musuh yang menjaga gerbang, lalu kenakan seragam mereka. Lakukan den
Mendengar laporan itu, Kunaf langsung berseri-seri dan segera menyuruh para penari untuk pergi.Setelah aula menjadi kosong, Kunaf menatap Latif dengan penuh antusiasme. Dia bahkan lupa menyuruhnya berdiri.Kunaf sangat memahami perintah dari Bimala. Tidak peduli apa pun caranya, Wira harus ditangkap. Jika berhasil, Kunaf bisa meninggalkan tempat ini.Latif perlahan-lahan berdiri, lalu menangkupkan tangannya sambil berujar dengan tenang, "Lapor, Jenderal. Kami telah mencari di dalam hutan untuk waktu yang lama, tapi nggak menemukan jejak musuh. Aku menduga mereka sudah meninggalkan area ini.""Nggak ada jejak?" Ekspresi Kunaf yang tadinya bersemangat langsung berubah. Dia lantas terdiam beberapa saat sebelum mengerutkan kening dan bertanya, "Kalau begitu, apa ada informasi dari penjaga gerbang?"Latif bertugas di benteng utama, jadi pertanyaan itu masih berada dalam ranah tanggung jawabnya. Dia segera menjawab, "Saat kembali, aku sudah menanyakan kepada penjaga gerbang. Hingga saat ini
Mengingat semua hal besar yang telah dilakukan oleh Wira, Latif merasa sangat bersemangat. Ini adalah pertama kalinya dia bertemu langsung dengan Wira.Latif segera menangkupkan tangan dan berkata, "Aku sudah lama mengetahui nama besar Tuan Wira. Hari ini, aku akhirnya bisa bertemu langsung denganmu. Ini benar-benar suatu kehormatan bagiku. Aku Latif, mohon ampuni nyawaku."Wira terkekeh-kekeh dan membalas, "Haha. Dengan cara pencarian seperti ini, kamu nggak takut Kunaf mengetahuinya dan memenggal kepalamu?"Saat berbicara, Wira menunjuk ke arah para prajurit yang masih memegang obor di kejauhan. Kini, dia sudah bisa menebak maksud Latif. Rupanya, dia sedang berusaha membantu Wira sebagai tanda persahabatan.Latif hanya bisa tertawa canggung dan berkata dengan suara rendah, "Jujur saja, aku nggak terlalu menyukai Kunaf. Lagian, dia nggak ada di sini. Dia nggak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi.""Hari ini, ketika aku melihat Tuan berada dalam situasi sulit, aku ingin membantu sebi