Saat memasuki kediamannya, Wira mengamati sekeliling dengan sangat hati-hati. Dia khawatir akan ada sekelompok ahli bela diri yang tiba-tiba keluar dari salah satu kamar dan mengepung mereka atau menembakkan senjata tersembunyi. Selain Wira, ada beberapa orang yang sangat mahir menggunakan senjata tersembunyi juga. Mereka sudah berjalan cukup lama, tetapi tetap masih belum melihat ketiga istrinya.Saat Wira tiba di pintu kamar mereka, dia merasakan firasat buruk. Dia perlahan-lahan membuka pintu kamarnya dan tiba-tiba ada gumpalan debu yang memelesat keluar. Dia segera melindungi Julian yang berada di belakangnya."Hati-hati!"Terlihat seorang pembunuh yang muncul dengan sebuah pisau pendek di tangannya dan menyerang Wira. Setelah berteriak dengan keras, Julian menghalang di depan Wira. Untungnya, reaksi Hasto cepat sehingga keduanya terselamatkan.Saat pembunuh itu menunjukkan dirinya, Wira akhirnya melihat ketiga istrinya dan anaknya sedang diikat di dalam kamar. Dia berpikir pembunu
Saat dalam keadaan tak berdaya dan pembunuh itu menyerangnya, Wira segera mengeluarkan senjata tersembunyinya dari pinggangnya dan membidik kening pembunuh itu.Pembunuh itu menghindari serangan Wira, tetapi pipinya tergores sedikit. Tatapannya perlahan-lahan menjadi dingin dan menatap Wira dengan penuh niat membunuh.Saat ini, hal ini bukan masalah Wira sendirian lagi, Hasto harus segera turun tangan atau Wira pasti tidak akan bisa mengalahkan pembunuh ini. Keduanya bekerja sama dan segera menundukkan pembunuh ini, lalu mengorek informasi tentang Sekte Gunung dari pembunuh itu. Namun, pembunuh itu sudah bunuh diri dengan meminum racun. Wira lupa memeriksa mulutnya, sehingga tidak bisa menghentikannya.Dengan matinya pembunuh itu, mereka hanya bisa merencanakan langkah mereka selanjutnya. Dilihat dari insiden ini, Wira menyadari dia harus memperkuat perlindungan, tidak boleh membiarkan orang lain memanfaatkan kesempatan ini untuk masuk ke dusun lagi. Dia juga memutuskan untuk tidak men
Ishan memang hebat, tetapi kenapa bukan Ciputra sendiri yang memimpin pasukan? Berdasarkan sifat Ciputra, dia pasti akan turun tangan sendiri jika sudah memutuskan untuk berperang dengan Kerajaan Nuala. Dengan demikian, Ciputra baru bisa tenang. Namun, sepertinya sekarang Ciputra menyembunyikan sesuatu."Apa Kerajaan Nuala punya cara untuk menghadapi situasi ini?" tanya Wira. Dia mengetuk meja sambil memandang Biantara."Tentu saja ada. Mereka mengutus seorang jenderal yang hebat, namanya Prabu," jawab Biantara.Wira tentu pernah mendengar tentang Prabu. Dia memang orang yang hebat dan sangat kejam di medan perang. Setelah berhasil merebut sebuah kota, terkadang Prabu akan membantai semua penduduknya agar tidak ada kesalahan apa pun.Tidak disangka, Ishan bertarung dengan Prabu. Sepertinya, peperangan ini akan memakan banyak korban. Kemudian, Wira berpesan kepada Biantara, "Cepat utus orang untuk mengawasi situasinya. Kalau ada sesuatu yang terjadi, ingat beri tahu aku. Kamu harus mela
Setelah mendengar ucapan Jalil, pasukan Kerajaan Nuala langsung tertawa terbahak-bahak. Bashar tidak menyangka Jalil melawannya dengan cara seperti ini.Bashar berkata, "Pemikiranmu benar-benar berbeda dengan orang lain. Aku bisa maju ke medan perang di usia semuda ini karena aku punya kemampuan bertarung yang hebat dan pintar. Nggak seperti kamu yang sudah tua, tapi pangkatmu masih begitu rendah."Bashar juga tidak mau kalah. Mereka berdua saling bertatapan dengan niat membunuh yang intens. Kemudian, keduanya mulai bertarung dengan pedang mereka. Bashar dan Jalil terus melancarkan jurus andalan mereka.Jalil memang lebih tua dari Bashar, tetapi Jalil sama sekali tidak mengalah kepada Bashar. Bagaimanapun, kemampuan bertarung adalah yang terpenting di medan perang, bukan usia seseorang.Jalil yang menunggangi kuda terus menyerang Bashar. Dia melancarkan serangan mendadak, tetapi Bashar berhasil menghindarinya.Bashar juga serius bertarung. Dia melompat dari kudanya, lalu menginjak tomb
Sesudah memahami situasinya, Biantara menyampaikan laporan ini kepada Wira. Saat ini, Wira sudah siap rapat dan sedang bersama Farrel. Dia awalnya ingin memahami beberapa hal tentang Keluarga Barus, tetapi Farrel seperti orang yang hilang ingatan. Wanita ini tidak bisa mengingat apa-apa."Kak Wira, ada yang ingin kulaporkan." Begitu mendengar suara lantang Biantara, Wira pelan-pelan menoleh dan mengisyaratkannya untuk menunggu di ruangan samping. Dia akan segera ke sana.Sesudah Biantara pergi, Wira mengobrol lagi dengan Farrel. Dia merasa sangat enggan, ingin sekali mencari tahu apa yang terjadi sebelumnya."Tuan, aku benar-benar ingin memberitahumu semuanya, tapi nggak bisa ingat. Mungkin karena dikurung terlalu lama, makanya otakku ini jadi bermasalah," ucap Farrel.Wira mengernyit melihat Farrel yang tampak tidak berdaya. Bagaimana bisa hal seperti ini terjadi? Meskipun seseorang dikurung lama, mereka hanya akan merasa tertekan dan frustrasi, tidak akan linglung seperti ini, apalag
"Kak Wira, bawahanku bilang ada beberapa orang di kamp mereka yang memakai topeng, pakaian mereka juga terlihat aneh," jelas Biantara.Wira seketika memahaminya. Orang-orang ini seharusnya diutus oleh Sekte Gunung. Hanya saja, apa mereka tahu bahwa mereka berdiri di pihak yang berbeda? Mereka berasal dari tempat yang sama, tetapi malah harus saling membunuh. Jika benar seperti itu, bukankah Sekte Gunung terlalu kejam? Mereka bahkan tega membunuh orang sendiri."Awasi orang-orang itu dengan baik. Kalau ada situasi aneh, segera laporkan kepadaku. Kamu sudah boleh pergi kalau nggak ada hal lain lagi." Setelah mendengar ucapan Wira ini, Biantara pun pergi.Di sisi lain, perubahan benar-benar mulai terjadi di medan tempur. Di kamp Kerajaan Beluana, Ishan sedang mengobrol dengan sesosok yang misterius."Terima kasih sudah membantu hari ini. Tanpa kalian, kita akan sulit mengalahkan jenderal lawan," ucap Ishan. Bawahan Biantara melewati tempat ini, diam-diam menguping pembicaraan mereka."Sam
Raut wajah Prabu tampak sangat masam. Dia meletakkan cangkir tehnya, lalu menyibakkan tirai kamp dan berjalan ke luar.Banyak prajurit yang telah memasang postur pertahanan dengan ekspresi serius. Begitu Ishan melancarkan serangan, mereka bisa melawan kapan saja. Ini yang diharapkan dari pasukan elite yang dibina oleh Prabu!Sorot mata Prabu tampak serius saat menginstruksi, "Beri tahu semua prajurit untuk nggak bertindak gegabah. Dengarkan perintah dariku!""Baik, Jenderal!" Wakil jenderal yang berdiri di samping bergegas berlari ke luar dan memberi tahu semua orang pesan dari Prabu.Sementara itu, Prabu mengempaskan mantel bulunya dan segera berjalan ke depan. Kemudian, dia menatap ke kejauhan dengan angkuh.Tampak Ishan yang membawa 1.000 prajurit. Mereka semua mengepung pintu masuk kamp Kerajaan Nuala.Ishan menatap Prabu dengan ekspresi sombong sembari memicingkan mata. Terlihat pula senyuman bangganya, seolah-olah tidak takut pada Prabu."Jenderal Prabu, kita bertemu lagi," sapa
Ishan bertanya dengan dingin, "Bagaimana kalau aku bilang, aku akan membunuhmu dengan satu serangan?"Tatapan Prabu tampak mengejek. Dia menunjuk 1.000 pasukan di belakang Ishan, lalu bertanya balik, "Jadi, kamu menyiapkan 1.000 pasukan itu untuk melawanku?""Pasukan kami akan tiba sebentar lagi, takutnya kalian nggak akan sanggup melawan nanti. Jadi, apa kamu berani menerima tantanganku?" timpal Ishan sambil memicingkan mata.Ishan hanya berpura-pura mengerahkan pasukan untuk melawan Prabu. Dia telah mengatur pasukan untuk membakar bahan pangan lawan.Sayangnya, Ishan tidak tahu bahwa Prabu telah membuat persiapan sejak awal. Lagi pula, hal seperti membakar bahan pangan sudah sering terjadi di masa perang. Itu sebabnya, Prabu sudah membuat tindakan pencegahan. Dia tidak takut pada tantangan Ishan, bahkan merasa cukup menarik.Ishan menatapnya dengan tatapan meremehkan. Dia sudah mengutus ahli bela diri paling hebat, jadi tidak takut apa pun.Prabu juga menatapnya dengan senyuman mengh
Setelah melihat Wira yang duduk di dalam sel, Danu merasa hatinya sakit dan berteriak, "Cepat buka pintu sel ini! Kalian benar-benar berani sekali. Bahkan kakakku juga kalian berani tangkap?"Bukan hanya Adianto yang langsung tercengang begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana juga begitu. Danu adalah jenderal yang terkenal dan berkuasa. Di seluruh Provinsi Lowala, tidak ada yang bisa menandinginya dan bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Orang yang dipanggilnya kakak tentu saja adalah Wira.Adianto tidak berani percaya dengan apa yang didengarnya, tetapi kenyataannya sudah ada di depan matanya. Setelah menelan ludah, dia segera membuka pintu sel dan inisiatif masuk ke dalamnya. Dia hanya menundukkan kepala karena tidak berani menatap Wira dan berkata, "Tuan, sebelumnya aku nggak tahu apa-apa dan sudah menyinggungmu.""Aku mohon Tuan bisa memaafkanku, jangan menghukumku. Aku nggak akan mengulanginya lagi kelak."Pada saat ini, Adianto benar-benar ketakutan
"Menurutku, ini ide yang bagus. Kalau begitu, kita lakukan sesuai keinginanmu. Aku akan pergi memberi tahu rekan-rekanku di luar biar mereka membantuku memberi pelajaran pada anak ini. Sejujurnya, aku juga kesal dengan anak ini," kata Adianto sambil tersenyum sinis, lalu bersiap pergi bersama Ruben.Adianto memang tidak bisa langsung memutuskan semua hal yang ada di penjara bawah tanah, dia tetap harus melaporkannya pada atasannya. Namun, jabatannya lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di sana. Jika kerabatnya ingin masuk ke kota, semua juga pasti akan melewatinya. Oleh karena itu, dia tentu saja memiliki pengaruh tertentu.Namun, saat baru saja berbalik, Adianto dan Ruben melihat ada sekelompok orang mendekat. Terutama saat melihat orang yang berdiri di paling depan, Adianto langsung tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa."Saudaraku, ada apa?" tanya Ruben dengan ekspresi bingung."Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Jenderal Danu tiba-tiba datang ke penjara bawah tanah? Buka
"Aku mengerti. Melihat situasinya nggak beres, jadi kakakmu langsung pergi, 'kan? Orang bilang suami istri yang selalu bersama pun akan berpisah saat menghadapi bahaya, ternyata kakak adik pun seperti ini," sindir Sahim.Shafa malah tidak berbicara dan menjelaskan apa pun juga. Dia sebenarnya sudah menyadarinya saat tadi Wira berbicara dengan Kaffa. Wira bisa duduk di sini dengan begitu tenang pasti karena sudah memberikan tugas pada Kaffa. Kalau begitu, mengapa dia harus khawatir?Selain itu, Shafa tahu betul kebaikan kakaknya terhadapnya melebihi siapa pun. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu menjelaskan apa pun pada orang lain."Tutup mulutmu," kata Wira dengan kesal.Sahim langsung tidak berani berbicara lagi.Tepat pada saat itu, Ruben dan Adianto datang dan langsung berdiri di depan pintu sel."Sekarang kamu sudah tahu kekuatanku, 'kan? Tadi aku sebenarnya nggak ingin menyusahkan kalian dan menyuruh kalian cepat pergi, tapi kalian nggak mau dengar. Kalian malah mengusir para
Kaffa menyadari liontin giok ini memang berguna. Setelah mendengar perkataan Danu, dia tidak ragu-ragu dan langsung berkata, "Tuan Wira yang memberiku liontin giok ini sudah ditangkap kepala penjaga gerbang kota ke penjara bawah tanah. Jenderal Danu, cepat selamatkan dia."Kepala penjaga gerbang kota memang memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Danu. Kaffa merasa lebih yakin lagi, kali ini Wira dan adiknya pasti akan selamat.Swish.Mendengar perkataan Kaffa, ekspresi Danu langsung menjadi sangat muram dan napasnya pun menjadi terengah-engah. "Mereka berani menangkap kakakku? Benar-benar nggak tahu diri!"Setelah memaki sebentar, Danu langsung melambaikan tangan pada kedua penjaga di belakangnya. "Segera kumpulkan orang dan ikut aku ke penjara bawah tanah!"Tak lama kemudian, semua orang sudah siap dan berangkat menuju penjara bawah tanah.Kaffa juga segera mengikuti mereka. Dia ingin menyelamatkan adiknya dengan tangannya sendiri dan berter
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan