Wira merasa sangat lapar dan perlu mencari sesuatu untuk mengisi energinya. Jika tidak, dia akan mati kelaparan sebelum lombanya dimulai. Bagaimanapun juga, dia berasal dari zaman modern dan pernah menyukai video petualangan, dia tidak menyangka hal itu akan berguna di tempat seperti ini. Sesuai metode yang pernah dijelaskan di video itu, dia membuat sebuah perangkap sederhana dan sekarang hanya tinggal mencari umpan. Namun, dari mana dia bisa mendapatkan umpan?Saat Wira sedang berpikir, terdengar suara gesekan dari semak-semak di sekitarnya. Dia menjadi tegang dan menggenggam pisau kecilnya dengan erat. Jika ada binatang buas, dia akan berjuang hingga mati. Namun, hanya seekor kelinci liar yang langsung melompat ke depannya.Setelah memastikan tidak ada binatang buas lainnya, Wira menghela napas lega, lalu memandang kelinci liar yang berbaring di depannya. Dia berpikir kelinci liar itu adalah umpan yang didapatkan secara cuma-cuma.Setelah mendapatkan umpan dengan mudah, Wira mengura
Para pengawal itu berpikir apakah orang seperti ini benar-benar membutuhkan perlindungan dari mereka?"Bagaimana kalau kita kembali saja? Lihatlah saja, dia sepertinya nggak perlu kita lindungi!""Ini adalah perintah dari Tuan Juna, sebaiknya kita tetap tunggu di sini. Meskipun dia nggak butuh kita lindungi, kita tetap harus berada di sini."Para pengawal di sekitar sudah tercengang melihat tindakan Wira dan membahas apakah mereka seharusnya pergi. Namun pada akhirnya, mereka tetap tinggal di sana, karena mereka tidak bisa membangkang perintah dari Juna.Jika tidak memiliki batu api di tengah hutan belantara ini, Wira harus membuat api dengan cara tradisional lagi. Tempat ini berbeda dengan zamannya, tidak memiliki korek api yang praktis, sehingga bisa menyimpannya di dalam saku dan dibawa ke mana pun. Sekarang, dia harus membawa dua batu berat dan sudah berusaha keras pun belum tentu berhasil membuat api.Wira menggunakan pisau kecilnya untuk menyembelih rusa liar itu dan memotongnya
Para pengawal ini memiliki kemampuan bela diri yang hebat, tetapi mereka sangat mengagumi Wira juga. Meskipun mereka dilemparkan ke Hutan Kematian ini, mereka mungkin tidak bisa memikirkan cara seperti ini dan bertahan selama tiga hari. Dibandingkan dengan mereka Wira jelas lebih hebat, sehingga mereka memutuskan akan memohon Wira untuk menjadi guru mereka setelah kembali nanti. Meskipun Wira tidak setuju, mereka akan melakukan segalanya agar Wira menerima mereka.Pada akhirnya, hari pertama sudah berlalu dan Wira pergi ke tepi sungai dengan aman. Saat malam hari, dia mencari sebuah pohon besar, lalu memanjat ke atasnya untuk tidur. Dengan cara ini, dia bisa mencegah binatang liar yang berkeliaran di malam hari menemukannya.Para pengawal itu pun melaporkan kabar bahwa Wira telah melewati hari pertama dengan selamat ini ke kediaman Keluarga Triaji."Lihatlah. Aku sudah bilang Wira pasti akan baik-baik saja dan pasti senang. Dia sangat cerdas dan pikirannya tajam, bagaimana mungkin hari
"Apa suara kita begitu besar? Kenapa dia kelihatan begitu gusar?"Para pengawal ini sudah mengikuti Juan selama bertahun-tahun, termasuk ahli bela diri top. Mereka tidak mungkin membuat kesalahan kecil seperti ini.Jadi, hanya ada 2 kemungkinan, yaitu Wira terlalu hebat. Namun, basis kultivasi Wira jelas berada di bawah mereka. Kemungkinan lainnya yaitu pendengaran Wira terlalu tajam.Namun, setelah dipikir-pikir, kedua kemungkinan ini terdengar agak aneh. Lantas, bagaimana caranya Wira menemukan mereka?Wira menggeleng dengan tak berdaya. Apa para pengawal ini tidak bisa mengecilkan suara mereka? Kalaupun ingin berdiskusi, suara mereka tidak seharusnya sekuat itu.Wira tidak tahu bahwa hanya dia yang bisa mendengarnya. Orang lain bahkan tidak bisa menemukan keberadaan para pengawal ini.Wira seakan-akan sendirian di hutan belantara. Dia sudah melihat beberapa ekor binatang buas yang memasang ekspresi ganas, tetapi tidak ada yang bertenaga untuk menerkamnya."Maaf sekali, aku hanya bis
Kedua pria berpakaian hitam ini sangat cerewet. Apa mereka tidak tahu penjahat mati karena berbicara terlalu banyak? Jika situasi seperti ini terus berlanjut, Wira yakin mereka akan gagal menjalankan misi hari ini.Wira menguap, sama sekali tidak peduli pada kedua pria berpakaian hitam itu. Di sisi lain, mereka sungguh gusar karena ini pertama kalinya diperlakukan seperti ini. Jadi, kedua pria itu langsung mengeluarkan senjata mereka dan menerjang ke arah Wira.Wira tidak melancarkan serangan dan hanya mundur selangkah. Saat berikutnya, beberapa pengawal sontak menyerbu dan mengadang di hadapan Wira."Lancang sekali! Ini tes ketiga yang diberikan Tuan Juan! Siapa yang mengutus kalian kemari?""Tuan, jangan takut, kami akan melindungimu!"Para pengawal ini tidak pernah berbicara dengan orang yang harus mereka lindungi. Ini karena Wira terlalu keren dan hebat, makanya mereka ingin mendekatinya.Kedua pria berpakaian hitam itu pun tidak menduga akan bertemu masalah seperti ini. Wira bukan
Para pengawal ini bersikap sangat sopan di hadapan Wira, membuat Wira merasa kurang terbiasa. Wira berucap, "Kalau begitu, sampaikan terima kasihku kepada Tuan Juan."Selesai mengatakan itu, Wira menyuruh mereka pergi. Apabila ada para pengawal ini di sekitarnya, mungkin juga ada mata-mata dari kelompok lain."Baik!" seru para pengawal itu, lalu menghilang dari hadapan Wira. Kecepatan mereka sangat tinggi.Hari ini adalah hari terakhir Wira di Hutan Kematian. Dilihat dari kondisi sekarang, seharusnya tidak akan ada masalah apa pun.Wira meregangkan pinggangnya dan melanjutkan perjalanan. Hutan ini sebenarnya cukup menarik, tetapi dia tidak melakukan penjelajahan karena tujuannya adalah mendapatkan persetujuan untuk mengikuti sayembara.Lantaran hari ini hari terakhir dan tidak ada yang bisa dilakukan, Wira memutuskan untuk berkeliling. Dia berjalan sendirian, sementara para pengawal itu masih melindunginya.Di sisi lain, Julian dan Hasto bertemu setiap hari untuk mendiskusikan keselama
"Ternyata ada juga serigala bodoh begini, padahal serigala sangat cerdas dan licik," gumam Wira. Kemudian, dia menarik benang tersebut lagi sehingga serigala itu makin mendekat.Tepat ketika Wira sudah hampir bisa menyentuh serigala itu, ibu serigala malah bangun. Dia sontak membuka mata dan merasa aneh melihat daging yang tiba-tiba muncul. Dia pun melompat ke depan, menggigit anaknya dan melemparkannya kembali.Ini gawat, ibu serigala tidak mungkin membiarkan masalah ini berlalu. Dengan demikian, ibu serigala mendekati daging tersebut dan menemukan benang di belakangnya!"Auw ...!" Ibu serigala melolong, ini adalah peringatan untuk Wira agar dia tidak mendekat ataupun mencoba mengambil anaknya.Ibu serigala sedang dalam kondisi lemah. Dia bisa merasakan basis kultivasi Wira dan kehebatannya sehingga tidak ingin mengambil risiko.Ketika Wira berniat untuk mundur, tiba-tiba terdengar suara keras dari luar gua, seolah-olah ada yang menyerang. Seketika, gua pun mulai runtuh.Tanpa memedul
Hanya saja, kekuatan pemuda ini hebat juga. Dia berhasil menghancurkan batu di depan hanya dengan sekali serangan."Huh! Jangan seperti tikus yang terus bersembunyi. Aku akan merasa bosan kalau begini. Bukannya kamu berhasil mengalahkan Tuan Muda Keluarga Ranggau? Kenapa malah begitu lemah sekarang?" tanya pemuda itu sambil mendarat dengan perlahan.Pemuda itu pun menatap Wira dengan sinis, berharap Wira bisa mengerahkan seluruh kekuatannya untuk bertarung dengannya. Jika tidak, dia akan merasa Wira menghinanya.Wira tidak ingin bertarung dengannya dan ingin menjelaskan alasan di balik semua ini. Siapa sangka, pemuda itu menerjang ke arahnya lagi, bahkan semua serangan yang dilancarkannya sangat fatal. Kurang ajar, dia ingin membunuh Wira!"Apa semua yang berasal dari 8 keluarga terbesar nggak ngerti bahasa manusia? Atau kalian nggak punya telinga dan otak? Kalian memang nggak sanggup bertahan di Hutan Kematian selama 3 hari jika sendirian, tapi mudah saja bagiku!" seru Wira.Wira mula
Setelah melihat Wira yang duduk di dalam sel, Danu merasa hatinya sakit dan berteriak, "Cepat buka pintu sel ini! Kalian benar-benar berani sekali. Bahkan kakakku juga kalian berani tangkap?"Bukan hanya Adianto yang langsung tercengang begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana juga begitu. Danu adalah jenderal yang terkenal dan berkuasa. Di seluruh Provinsi Lowala, tidak ada yang bisa menandinginya dan bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Orang yang dipanggilnya kakak tentu saja adalah Wira.Adianto tidak berani percaya dengan apa yang didengarnya, tetapi kenyataannya sudah ada di depan matanya. Setelah menelan ludah, dia segera membuka pintu sel dan inisiatif masuk ke dalamnya. Dia hanya menundukkan kepala karena tidak berani menatap Wira dan berkata, "Tuan, sebelumnya aku nggak tahu apa-apa dan sudah menyinggungmu.""Aku mohon Tuan bisa memaafkanku, jangan menghukumku. Aku nggak akan mengulanginya lagi kelak."Pada saat ini, Adianto benar-benar ketakutan
"Menurutku, ini ide yang bagus. Kalau begitu, kita lakukan sesuai keinginanmu. Aku akan pergi memberi tahu rekan-rekanku di luar biar mereka membantuku memberi pelajaran pada anak ini. Sejujurnya, aku juga kesal dengan anak ini," kata Adianto sambil tersenyum sinis, lalu bersiap pergi bersama Ruben.Adianto memang tidak bisa langsung memutuskan semua hal yang ada di penjara bawah tanah, dia tetap harus melaporkannya pada atasannya. Namun, jabatannya lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di sana. Jika kerabatnya ingin masuk ke kota, semua juga pasti akan melewatinya. Oleh karena itu, dia tentu saja memiliki pengaruh tertentu.Namun, saat baru saja berbalik, Adianto dan Ruben melihat ada sekelompok orang mendekat. Terutama saat melihat orang yang berdiri di paling depan, Adianto langsung tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa."Saudaraku, ada apa?" tanya Ruben dengan ekspresi bingung."Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Jenderal Danu tiba-tiba datang ke penjara bawah tanah? Buka
"Aku mengerti. Melihat situasinya nggak beres, jadi kakakmu langsung pergi, 'kan? Orang bilang suami istri yang selalu bersama pun akan berpisah saat menghadapi bahaya, ternyata kakak adik pun seperti ini," sindir Sahim.Shafa malah tidak berbicara dan menjelaskan apa pun juga. Dia sebenarnya sudah menyadarinya saat tadi Wira berbicara dengan Kaffa. Wira bisa duduk di sini dengan begitu tenang pasti karena sudah memberikan tugas pada Kaffa. Kalau begitu, mengapa dia harus khawatir?Selain itu, Shafa tahu betul kebaikan kakaknya terhadapnya melebihi siapa pun. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu menjelaskan apa pun pada orang lain."Tutup mulutmu," kata Wira dengan kesal.Sahim langsung tidak berani berbicara lagi.Tepat pada saat itu, Ruben dan Adianto datang dan langsung berdiri di depan pintu sel."Sekarang kamu sudah tahu kekuatanku, 'kan? Tadi aku sebenarnya nggak ingin menyusahkan kalian dan menyuruh kalian cepat pergi, tapi kalian nggak mau dengar. Kalian malah mengusir para
Kaffa menyadari liontin giok ini memang berguna. Setelah mendengar perkataan Danu, dia tidak ragu-ragu dan langsung berkata, "Tuan Wira yang memberiku liontin giok ini sudah ditangkap kepala penjaga gerbang kota ke penjara bawah tanah. Jenderal Danu, cepat selamatkan dia."Kepala penjaga gerbang kota memang memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Danu. Kaffa merasa lebih yakin lagi, kali ini Wira dan adiknya pasti akan selamat.Swish.Mendengar perkataan Kaffa, ekspresi Danu langsung menjadi sangat muram dan napasnya pun menjadi terengah-engah. "Mereka berani menangkap kakakku? Benar-benar nggak tahu diri!"Setelah memaki sebentar, Danu langsung melambaikan tangan pada kedua penjaga di belakangnya. "Segera kumpulkan orang dan ikut aku ke penjara bawah tanah!"Tak lama kemudian, semua orang sudah siap dan berangkat menuju penjara bawah tanah.Kaffa juga segera mengikuti mereka. Dia ingin menyelamatkan adiknya dengan tangannya sendiri dan berter
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak
Setelah mengatakan itu, Wira menatap Kaffa yang berdiri di belakangnya. Dia mengeluarkan sebuah liontin giok dan diam-diam menyerahkannya ke tangan Kaffa, lalu berbisik, "Kamu ambil liontin giok ini dan pergi mencari orang yang bernama Danu di dalam kota. Danu sangat terkenal di sana, jadi kamu hanya perlu bertanya pada orang-orang di sana saja. Kamu pasti akan menemukannya.""Aku akan menjaga adikmu dan nggak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya."Kaffa mengenakan pakaian biasa dan terlihat seperti pengemis. Ditambah lagi, situasi di sekitar sedang kacau dan jaraknya yang lebih jauh dari Wira, sehingga orang-orang sulit untuk mengenalinya. Situasi ini justru menguntungkan, setidaknya dia bisa memanfaatkan situasinya untuk mencari celah dan pergi meminta bantuan dari Danu.Setelah ragu sejenak dan melihat Shafa yang menganggukkan kepala, Kaffa menggertakkan giginya dan berkata, "Kalau begitu, maaf merepotkan Kak Wira."Setelah mengatakan itu, Kaffa diam-diam pergi dari sana.Sementa
Wira bertanya-tanya apakah Lucy sudah memberi tahu orang-orang di Provinsi Lowala tentang situasinya, sehingga para prajurit ini datang untuk menjemputnya."Tuan Ruben, akhirnya kamu datang juga. Aku dengar kamu menghadapi beberapa masalah di sini, jadi aku sengaja datang ke sini untuk melihatnya. Kelihatannya situasimu memang seperti yang mereka katakan, benar-benar ada orang nggak tahu diri yang berani mencari masalah denganmu," kata pria yang menunggang kuda dengan nada dingin sambil menatap Wira."Siapa kamu ini? Kamu tahu siapa pria yang berdiri di depanmu ini? Dia adalah Tuan Ruben yang sangat terkenal. Lihatlah dirimu ini, masih berani melawan Tuan Ruben? Cepat tangkap preman ini," lanjut pria itu.Seiring perintah dari pria yang menunggang kuda itu, para prajurit langsung maju dan segera mengepung Wira dan yang lainnya.Sahim langsung ketakutan sampai kakinya lemas. Sejak zaman dahulu, rakyat takut pada prajurit sudah menjadi situasi yang wajar. Saat teringat dengan semua tinda
"Baiklah. Aku percaya perkataan Tuan ini, jadi aku akan ikut dia ke kota dan melihatnya sendiri," kata pria paruh baya itu lagi dan menjadi orang pertama yang mendukung Wira.Melihat ada yang mulai goyah, yang lainnya juga segera mendukung Wira. Dalam sekejap, banyak orang yang sudah berdiri di belakang Wira.Sementara itu, hanya tersisa sebagian korban bencana yang berdiri di pihak pria gemuk itu, selain beberapa pengawalnya. Namun, hanya dengan orang-orang ini saja, jelas tidak akan cukup untuk mengangkat semua makanan dan hartanya ke dalam kota."Sialan, kamu ini sengaja membuat keributan, 'kan?" kata pria gemuk itu dengan nada dingin dan menatap Wira sambil mengernyitkan alis. Semua rencananya sudah matang, hanya tinggal menyelesaikannya saja. Namun, Wira yang tidak tahu diri ini tiba-tiba muncul dan mengacaukan segalanya. Siapa pun yang menghadapi situasi seperti ini pasti akan marah.Wira malah tersenyum. "Semua yang kukatakan ini benaran, kenapa kamu begitu marah?""Dasar bereng
Penampilan Kaffa dan Shafa memang membuat orang sulit untuk percaya Wira bisa memberikan orang-orang itu cukup uang untuk membeli beras.Wira melanjutkan, "Kalian semua mungkin masih belum tahu, ada kantin umum yang khusus untuk para korban bencana dia Provinsi Lowala. Asalkan kalian pergi makan di sana setiap harinya, setidaknya masalah makanan kalian bisa terselesaikan. Meskipun aku benar-benar nggak bisa memberi kalian makanan, kalian juga nggak akan mati kelaparan begitu kalian masuk ke Provinsi Lowala.""Soal tempat tinggal, aku yakin kelak itu juga akan perlahan-lahan terselesaikan. Kehidupan kalian pasti akan membaik."Sebelum datang ke sini, Wira sudah mendengar dari Lucy bahwa situasi di Provinsi Lowala tidak separah yang dibayangkannya.Osmaro dan yang lainnya bisa mengendalikan situasinya dalam waktu singkat dan bahkan mencegah pemberontakan karena mereka menyediakan cukup banyak persediaan makanan dan tempat perlindungan bagi para korban bencana juga. Kebutuhan makanan dan