Wira berpikir ini adalah cerita kakek bodoh memindahkan gunung versi modern. Dia tidak menyangka ternyata bangsa Kuta ini begitu luar biasa dan memiliki kemampuan seperti ini."Luar biasa!" kata Wira dengan terkejut."Selanjutnya adalah mengekstrak batu besar. Pakai alat-alat ini untuk mengekstrak batu besar yang bisa kamu angkat, itu saja! Hanya tiga ini saja latihan kami sehari-hari. Dua latihan kekuatan dan satu latihan pertempuran, bagaimana?"Setelah Kusno selesai berbicara, Wira langsung mengacungkan ibu jarinya. Dia belum pernah melihat metode latihan yang begitu sederhana dan kasar. Satu hari berlalu dengan cepat. Tubuhnya kelelahan dan hendak tidur, tetapi baru saja berbaring, dia sudah diangkat Hasto untuk bangun."Bangun, nggak boleh tidur."Wira menjadi bingung dan bertanya, "Nggak boleh tidur? Ini ....""Ini adalah saatnya tubuhmu dalam kondisi paling lemah. Makin lemah, latihannya akan makin efektif. Kamu ikut aku kultivasi satu putaran kecil sekarang, aku akan pakai ener
Hasto tersenyum, lalu memandang Wira dan berkata dengan tenang, "Kelak, semua prosesnya akan sesuai dengan yang kamu lakukan hari ini. Setelah sebulan, kalau kamu bisa mengalahkan Kusno, berarti kamu sudah lulus."Mendengar perkataan itu, Wira merasa tidak berani percaya dengan hal itu. "Mengalahkan Kusno ... apa mungkin bisa?"Kusno sangat luar biasa. Di antara begitu banyak pemuda bangsa Kuta, dia bisa dianggap yang terbaik."Kenapa nggak mungkin? Dia memang sangat kuat, tapi dia nggak punya energi spiritual. Kalau berbicara soal potensi, dia pasti nggak bisa menandingimu. Jadi, asalkan kamu sungguh-sungguh, pasti bisa melampauinya. Aku bisa menjamin tentang hal ini." Hasto sangat yakin terhadap Wira.Mendengar perkataan itu, Wira menarik napas dalam-dalam dan menganggukkan kepalanya. "Baiklah, aku pasti akan berusaha!"Hati Wira sudah mulai merasa yakin, sehingga dia mulai berusaha keras di latihan selanjutnya. Proses latihannya sangat sulit, tetapi dia memang berkembang dengan sang
Saat memikirkan Julian, meskipun Wira menyadari tiga bulan ini adalah waktu yang singkat, mungkin masih ada peluang jika dimanfaatkan dengan tepat. Namun, dia selalu tidak tahu apa yang akan terjadi setelah tiga bulan, karena Hasto tidak mengatakannya dan Wira juga tidak bertanya. Dia berpikir mungkin Hasto ada alasannya sendiri untuk tidak mengatakannya. Waktu berlalu dengan cepat dan waktu satu bulan sudah tiba."Ayo, Wira. Para pemuda bangsa Kuta sudah kamu kalahkan, hanya aku yang tersisa. Tapi, aku merasa aku sekarang juga bukan tandinganmu lagi." Kusno berdiri di air dan tertawa terbahak-bahak."Wira, semangat!""Kalahkan Kusno!""Orang ini selalu menindas kami, kalahkan dia!""Hahaha. Beri dia sebuah pelajaran!"Para pemuda bangsa Kuta berkumpul di tepi danau dan menyaksikan pertarungan ini dengan sangat bersemangat.Wira tersenyum dan melompat ke dalam air. Kali ini, dia terlihat sangat percaya diri.Sementara itu, Kusno juga langsung melangkah maju ke arah Wira. Dia sangat kua
Pria tua itu sepertinya sudah sangat lama tidak mandi, mengganti pakaian, dan sekujur tubuhnya sangat bau hingga menyengat hidung.Melihat pria tua itu, Hasto langsung memberi hormat dan berkata, "Senior, saya datang menjenguk Anda dan membawa seseorang untuk bermain dengan Anda."Pria tua itu berdiri di depan Wira dan langsung menatap Wira dengan tajam.Wira juga buru-buru memberi hormat dan berkata, "Wira memberi hormat kepada senior."Namun, setelah Wira memberi hormat, pria tua itu tetap menatapnya dengan tajam. Yang lebih pentingnya lagi, tatapan pria itu dipenuhi dengan kebingungan.Dengan ekspresi yang terlihat bingung, Wira memandang ke arah Hasto yang sedang menggelengkan kepalanya.Pada saat itu, pria tua itu tiba-tiba berbicara dan membuat Wira langsung tertegun. "Nak, kamu ... bisa main petak umpet?"Mendengar perkataan itu, Wira merasa bingung dan hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia merasa otak pria tua itu sepertinya agak bermasalah."Baiklah, kamu tangkap aku ...." S
Wira menjadi bingung saat melihat gerakan pria tua itu begitu cepat. Dalam sekejap mata, kelinci panggangnya sudah diambil. Dia ingin merebutnya kembali, tetapi pria tua gila itu langsung menggigit kelinci itu. Hanya dengan beberapa langkah ringan saja, pria tua itu sudah berlari hingga beberapa meter jauhnya. Kecepatan pria tua itu benar-benar membuatnya terkesan, terutama gaya langkahnya yang aneh dan agak unik. Memang terlihat aneh, tetapi kecepatannya sangat luar biasa, seolah-olah hanya terlihat bayangan saja saat pria tua itu berada di depannya."Keahlian yang bagus. Kalau bisa menguasai gerakan ini, bukankah aku akan menjadi tak terkalahkan?"Wira merasa sangat terkesan dan akhirnya mengerti juga mengapa Hasto membawanya ke sini. Awalnya, Hasto melatih fisiknya hingga memperoleh kekuatan yang luar biasa, tetapi gerakannya menjadi terlalu kaku. Meskipun sangat kuat, serangan juga harus bisa mengenai lawan. Jika tidak bisa mengenai lawan, kekuatan itu juga tidak berguna.Oleh kare
Wira berbicara dengan sangat kesal, tetapi pria tua gila itu sama sekali tidak memedulikannya dan langsung menghilang bersama rusa panggang itu. Dia sangat ingin menangis, tetapi dia akhirnya memiliki sebuah rencana untuk menghadapi pria tua itu juga. Selanjutnya, dia hanya akan memanggang sedikit daging buruannya saja, dia ingin lihat apakah pria tua itu masih bisa langsung merampas semuanya.Wira merasa tak berdaya dan hanya bisa terus berburu. Dia akhirnya berhasil menangkap seekor ayam liar, lalu membersihkannya dan memanggangnya. Dengan cerdas, dia memotongnya menjadi potongan kecil dan memanggangnya. Selain itu, dia juga membuat tujuh atau delapan api unggun dengan sepotong ayam panggang di atasnya. Dia tidak percaya pria tua gila itu bisa langsung merampas semua daging itu di depan matanya.Tak lama kemudian, ayam panggangnya sudah matang dan wanginya pun mulai menyebar. Tanpa banyak bicara, dia bersiap untuk mengambil dagingnya. Siapa sangka, pria tua gila itu tiba tepat pada w
Pada saat ini, Hasto berdiri di tempat yang gelap dan selalu mengawasi. Dia tersenyum dan diam-diam berpikir Wira ini memang pandai. Namun saat melihat pria tua itu, dia selalu menghelakan napasnya dan tatapannya terlihat tidak tega dan sedih."Hah ...." Hasto menghela napas, lalu menghilang.Pada saat ini, Wira masih terus mengejar, tetapi pria tua itu benar-benar membuatnya tidak punya pilihan lain selain menyerah. Tak lama kemudian, dia akhirnya mengakhiri pengejaran hari ini.Wira duduk di bawah pondok kayunya dan diam-diam mengeluarkan sepotong paha ayam yang belum dipanggang. Melihat sudah larut malam, dia pun mulai memanggangnya. Tepat pada saat itu, pria tua gila itu tiba-tiba berada di belakangnya. Gerakan pria itu sangat pelan, sehingga dia tidak menyadari kedatangan pria itu. Dia merasa sangat cemas dan perlahan-lahan memanggangnya. Tak lama kemudian, paha ayam itu pun matang. Dia tersenyum saat menajamkan pendengarannya dan tidak menyadari kedatangan pria tua itu."Sepertin
Tanpa ragu sedikit pun, pria tua itu segera berucap, "Beri tahu aku tujuanmu datang kemari dan siapa kamu."Wira tertegun sejenak, lalu membalas, "Pak Tua, ini bukan satu pertanyaan!" Ini 2 pertanyaan yang digabungkan olehnya menjadi satu. Apa pria tua ini sedang mengerjainya?"Diam, kamu harus menjawab jujur kalau berada di sini. Hal ini sangat penting!" ujar pria tua itu dengan serius. Mendengar ini, Wira tidak terlalu peduli. Bagaimanapun, pria tua ini kadang sadar kadang tidak. Mungkin, dia akan melupakan Wira sebentar lagi.Wira merasa pria tua ini belum tentu bisa mengingat ucapannya, bahkan belum tentu paham. Jadi, tanpa ragu sedikit pun, dia menyahut, "Namaku Wira, aku dari Dusun Darmadi. Aku sudah bertani sejak kecil dan pernah lolos ujian. Aku sudah punya istri, kehidupanku sangat bahagia."Sesudah mendengar perkenalan ini, pria tua itu termangu. Dia bertanya, "Heh? Kamu bertani sejak kecil? Kamu bukan orang Sekte Langit atau Sekte Gunung?"Pertanyaan pria tua ini lagi-lagi m
"Selain itu, pemikiran Raja Ararya dan Raja Kresna juga nggak sama denganmu. Kenapa Ratu masih membiarkan mereka pergi? Sekarang hanya ada mereka bertiga saja, kita bisa langsung menyingkirkan mereka," kata kepala kasim itu.Berhubung karena tidak ada asisten yang bisa diandalkan Senia lagi, kepala kasim pun naik jabatan. Sekarang, dia selalu berada di sisi Senia kapan pun. Namun, ide-ide yang diberikannya semuanya adalah ide buruk karena dia hanya seorang kasim biasa yang tidak memiliki pandangan jauh ke depan. Untungnya, dia pandai berbicara, sehingga dia lebih disukai dan bisa tetap berada di sisi Senia.Senia berkata, "Kamu pikir aku nggak ingin menyingkirkan mereka? Sejak aku naik takhta, mereka selalu menjadi masalah besar bagiku. Aku sudah lama ingin menyingkirkan mereka. Tapi, mereka punya kekuasaan militer dan sekarang juga adalah saat yang penting untuk merekrut orang. Kalau terjadi pemberontakan internal, situasinya akan makin nggak terkendali dan itu nggak menguntungkanku."
Senia berkata dengan nada yang tetap tegas, "Sudahlah, aku ini juga nggak makan manusia. Aku hanya ingin melihat, apa aku bisa memberikan jabatan yang bagus untuk putramu ini. Perang akan terjadi sebentar lagi. Setelah Dahlan kembali nanti, dia akan membawa kabar dari Kerajaan Beluana. Kalau Kerajaan Beluana bersedia kerja sama dengan kita, kita bisa langsung berperang dengan Wira.""Pada saat itu, nggak peduli seberapa hebat pun Wira, dia nggak akan bisa menghadapi kerja sama kedua kerajaan ini."Setelah mengatakan itu, Senia kembali duduk di takhta dan menuangkan teh untuk dirinya sendiri dengan tatapan yang sangat tajam.Ararya dan Kresna saling memandang dengan ekspresi terkejut. Pantas saja mereka tidak melihat Dahlan setelah mereka kembali ke istana, ternyata dia sudah menuju ke Kerajaan Beluana. Senia jelas berencana untuk bekerja sama dengan Kerajaan Beluana dalam melawan Wira.Sayangnya, Wira memiliki hubungan yang baik dengan Kerajaan Nuala juga, bahkan bersahabat dengan berb
"Sebelum kalian berangkat, aku sudah bisa menebak hasilnya akan seperti ini. Kalau Wira bisa disingkirkan dengan begitu mudah, saat itu aku juga nggak perlu begitu repot-repot dan akhirnya sia-sia begitu saja. Mungkin langit nggak ingin Wira mati di tangan orang lain," gumam Senia.Senia tiba-tiba berdiri setelah mengatakan itu dan mendekati Kresna, Ararya, dan Dwipangga. Dia menatap mereka dengan tatapan yang sangat dingin, bahkan Ararya dan Kresna pun merinding.Sementara itu, Dwipangga yang selalu berdiri di samping juga terus menatap Senia dengan tatapan yang penuh dengan niat membunuh. Semua hal ini dimulai dari wanita di depannya ini. Jika tidak, mereka juga tidak akan berakhir begitu menyedihkan. Selama dia bisa membunuh wanita di depannya ini, semua masalah akan selesai.Ararya secara refleks menoleh dan menatap Dwipangga. Ayah dan anak ini memiliki ikatan yang sangat kuat dan saling memahami pemikiran masing-masing. Hanya dengan melihat tatapan Dwipangga, dia sudah tahu apa ya
"Selain itu, ini sudah termasuk hasil yang cukup bagus. Wira bukan orang biasa, mana mungkin kita bisa membunuhnya dengan mudah. Saat itu Ratu juga sudah berkali-kali mencoba membunuh Wira, tapi pada akhirnya Wira tetap berhasil melarikan diri. Dia bahkan rugi sendiri. Dia sendiri juga nggak bisa menyelesaikan tugas ini, mana mungkin kita bisa menyelesaikannya," kata Kresna.Kresna sudah berhubungan dengan Senia jauh lebih lama daripada Ararya. Selain itu, Ararya juga biasanya tidak peduli dengan urusan pemerintahan. Dibandingkan dengan Ararya, dia tentu saja jauh lebih memahami Senia.Ararya perlahan-lahan berkata, "Benar. Kalau memang itu sudah takdirnya, kita juga nggak bisa menghindar. Selama kita bisa menghindari masalah hari ini, kelak nggak akan ada begitu banyak masalah lagi.""Kita hanya perlu menunggu saatnya bertemu dengan Tuan Wira dengan sabar saja, lalu merencanakan strategi yang sempurna dan mengatasi semua ini. Setelah itu, kita bisa meninggalkan wilayah tandus di utara
Semua orang itu memahami kepribadian Wira, makanya mereka bersedia berada di sisi Wira dan melayaninya. Meskipun Wira adalah pemimpin yang menyerahkan semua tanggung jawab pada mereka, mereka juga tidak pernah mengeluh. Mereka hanya ingin melakukan tugas mereka dengan baik untuk membantu meringankan beban Wira dan menjaga kestabilan sembilan provinsi.Kresna berkata dengan tegas, "Nggak perlu. Kalau kamu adalah Senia, aku tentu saja akan curiga dia ingin menggunakan Gina untuk mengancamku. Senia memang bisa melakukan hal seperti itu. Tapi, sekarang orang yang ada di depanku adalah kamu, aku tahu sikap dan juga kepribadianmu. Lagi pula, Gina nggak aman di sisiku karena semua orang mengira dia sudah mati.""Kalau dia muncul di hadapan mereka lagi, mungkin itu akan membawa masalah yang nggak perlu bagi Gina. Aku takut bukan hanya nggak membantunya kalau sudah seperti itu, malahan akan membahayakannya ...."Selama tahu Gina masih hidup, itu saja sudah cukup bagi Kresna. Soal kapan mereka a
Wira berkata, "Baiklah. Kalau kalian berdua tulus ingin bergabung denganku dan bertobat, aku akan melupakan semua hal yang terjadi sebelumnya. Aku akan mengatur langkah selanjutnya. Kalau ingin bersandiwara, kita harus berakting dengan sungguh-sungguh agar kalian juga bisa menjelaskannya saat kembali nanti.""Aku akan bersiap-siap dulu, lalu pergi ke utara untuk bertemu dengan kalian dan melawan Senia bersama-sama."Setelah mengatakan itu, Wira tersenyum yang menunjukkan kerja sama mereka sudah tercapai. Jika bisa mengalahkan Senia tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga, ini juga termasuk hal luar biasa dan dunia ini juga bisa damai untuk sementara waktu. Ini adalah hasil yang selalu diharapkannya. Pada saat itu, dia tidak perlu mengkhawatirkan nasib para rakyat di sembilan provinsi lagi."Terima kasih banyak, Tuan Wira," kata Kresna dan Ararya sambil memberi hormat setelah saling memandang. Mendapatkan pemimpin yang bijaksana adalah sebuah anugerah besar.Setelah semua sudah selesai d
Kresna pun menghela napas panjang. "Tuan Wira, kamu pasti masih ingat dengan peristiwa yang terjadi di Provinsi Yonggu saat itu, 'kan? Sebenarnya aku juga nggak berniat melakukannya, tapi Senia sudah menyandera seluruh keluargaku. Meskipun enggan, aku juga terpaksa harus melakukannya. Kalau nggak, seluruh keluargaku akan mati dan akhirnya memilih untuk nggak kerja sama denganmu."Setelah mengatakan itu, Kresna menundukkan kepala dan terdiam cukup lama. Saat di Provinsi Yonggu, dia sudah kehilangan salah satu orang kepercayaannya yang paling andal dan sekaligus kekasihnya yaitu Gina. Saat itu, Wira sudah memberinya jalan, tetapi dia tidak memilihnya. Oleh karena itu, sekarang menyesal pun sudah tidak ada gunanya.Ararya yang berada di samping juga segera menambahkan, "Tuan Wira, kami juga punya beberapa kartu truf di tangan kami. Selama bertahun-tahun ini, kami terus merekrut pasukan. Kalau nggak dalam situasi mendesak, kami juga nggak ingin memberontak. Nggak ada orang yang ingin menya
Di dalam penginapan.Karena penginapan ini terletak di tempat yang terpencil, biasanya tidak banyak tamu yang datang ke sana. Hari ini juga hanya Wira dan rombongannya yang menginap di sana.Setelah sempat keluar, pemilik penginapan yang tidak menyangka Wira dan rombongannya akan kembali lagi terlihat sangat senang dan segera menyiapkan hidangan terbaik lagi. Bagaimanapun juga, mereka sangat murah hati. Hanya menginap satu hari saja, pemilik penginapan sudah menerima penghasilan yang cukup banyak."Kalau semua makanannya sudah dihidangkan, kamu pergi dulu saja. Nggak ada kabar dari kami, kalian jangan masuk ke sini lagi," kata Wira sambil mengeluarkan seratus ribu gabak dan melemparkannya pada pemilik penginapan itu.Mata pemilik penginapan itu langsung bersinar, lalu segera menganggukkan kepala dan pergi dari sana. Penginapan yang begitu luas itu hanya tersisa Wira dan yang lainnya.Wira tidak bernafsu makan karena baru saja selesai makan, bahkan tidak ingin minum. Dia menatap Ararya
Ekspresi Lucy yang selalu berdiri di belakang Wira juga menjadi dingin."Tuan Wira, kami sama sekali nggak punya niat buruk. Kedatangan kami kali ini hanya untuk membahas sesuatu denganmu. Sejujurnya, kami berdua juga terpaksa bertemu dengan Tuan Wira dengan cara seperti ini," kata Kresna.Ararya dan Kresna segera turun dari kuda mereka dan memerintah pasukan di belakang mereka untuk berhenti, lalu mendekati Wira. Dwipangga juga segera mengikut di belakang mereka."Ada urusan apa kalian mencariku?" tanya Wira. Selama ini, hubungannya dengan kedua orang di depannya ini tidak begitu dekat, meskipun sebelumnya mereka sempat berinteraksi. Namun, sejak hubungannya dengan Senia makin memburuk, hubungan mereka juga makin merenggang.Lagi pula, orang yang berbeda suku pasti memiliki pemikiran yang berbeda. Apalagi kedua raja di depannya ini juga berasal dari wilayah tandus di utara, Wira tentu saja tidak memiliki kesan baik terhadap mereka."Nggak perlu berpura-pura di depan kami. Kamu sudah l