Julian buru-buru berbicara. Melihat tindakan Senia, dia merasa sangat canggung. Mereka sudah memperlakukan satu sama lain sebagai kakak adik, mengapa Senia masih harus berlutut?"Nona Julian, hormat ini selain untuk berterima kasih, ini juga karena perbedaan status kita. Awalnya, saya nggak tahu identitas Anda, jadi baru memperlakukanmu sebagai adik. Sekarang saya sudah tahu, tentu saja aku nggak berani melanggar batasan ...."Senia menarik napas dalam-dalam. Wanita di depannya ini adalah calon pewaris Sekte Langit dan identitasnya sangat mulia, bagaimana bisa dibandingkan dengan dia yang hanya ibu suri biasa. Sebelumnya, dia tidak tahu ada kekuatan seperti ini di dunia ini. Sekarang dia sudah tahu, sehingga dia makin terkejut dengan identitas Julian."Aduh. Kak Senia, tolong jangan bercanda lagi, kita ini teman dan kakak adik. Kalau kamu bersikap begitu, kelihatannya jadi buruk. Cepat berdiri!" Setelah mengatakan itu, Julian buru-buru membantu Senia untuk berdiri.Pada saat itu, Senia
"Melibatkannya ke dalam duniaku, aku merasa itu benar-benar ... nggak seharusnya!" kata Julian dengan jujur. Dia benar-benar tidak tega membiarkan Wira terlibat ke dalam dunia mereka. Dia tahu itu adalah jalan yang sulit.Setelah mendengar perkataan itu, Senia buru-buru berkata, "Wira mungkin saja akan bersedia. Di dunia ini, dia sudah mampu menguasai segalanya. Kalau dia bersedia, dia akan menjadi penguasa tak tertandingi. Mungkin saja jalan itu baru bisa membuatnya penuh dengan semangat. Kalau nggak, dia sudah bisa mengendalikan dunia dengan usianya saat ini. Apa dia ingin terus hidup seperti ini seumur hidupnya? Aku yakin Wira pasti akan menyukai dunia kalian!"Senia menyadari Wira memang terlihat seperti orang yang tidak memiliki banyak ambisi, tetapi dia bisa melihat apa yang sebenarnya diinginkan oleh Wira. Wira tidak begitu tertarik dengan dunia ini, karena dia adalah orang yang suka mengendalikan segala sesuatu sendiri. Jika Wira menyadari masih ada jalan lain yang baru dan ber
Wira dan yang lainnya sudah sering melewati perjalanan pulang ke Provinsi Lowala ini, sehingga mereka tidak mengkhawatirkan apa pun.Saat memikirkan akan kembali ke Dusun Darmadi, Wira merasa sangat bersemangat. Dia sudah tidak bertemu dengan Wulan dan dian setelah pergi selama setengah tahun ini, dia sangat merindukan mereka. Selama perjalanan, dia bahkan terus bernyanyi.Sementara itu, Dewina merasa agak kecewa, bukan karena akan pulang ke Dusun Darmadi. Namun, karena sudah setengah tahun di sana, dia malah masih belum hamil. Hal ini membuatnya sangat frustrasi.Setiap kali ada kesempatan selama setengah tahun ini, keduanya akan bermesraan hingga larut malam. Setiap kali selalu berakhir gembira, tetapi dia tetap belum hamil. Awalnya, dia mengira ada masalah kesehatannya, tetapi ternyata bukan itu penyebabnya. Semua itu hanya karena belum takdirnya untuk memiliki anak saja, sehingga dia merasa sangat frustrasi. Sudah setengah tahun berlalu, dia seharusnya sudah hamil, tetapi siapa yan
Untuk menghadapi salah satu Pasukan Zirah Hitam, bahkan Biantara sendiri pun tidak mungkin bisa langsung membunuhnya dalam sekejap mata. Selain itu, para prajurit itu bertindak dengan sangat cepat, dia sendiri juga tidak bisa melihat dengan jelas gerakan mereka. Namun, dia melihat para perampok itu bisa menghabisi para Pasukan Zirah Hitam itu dengan mudah. Kecepatan para perampok itu sungguh luar biasa."Siapa kalian sebenarnya?"Mendengar Biantara membentak, para perampok itu tertawa. "Sudah kubilang, tinggalkan harta dan wanita kalian. Kalau nggak, kalian pasti akan mati!"Biantara tahu mereka akan menghadapi kesulitan hari ini. Tanpa berpikir panjang, dia segera berteriak, "Kak Wira, cepat lari, orang-orang ini aneh!"Awalnya, Wira tidak menganggap serius hal itu dan masih duduk di dalam kereta kuda. Mendengar perkataan Biantara, dia pun buru-buru turun dari kereta untuk melihat situasinya dan langsung menjadi bingung. Ternyata, para Pasukan Zirah Hitam itu semuanya sudah mati.Pada
Setelah Wira dan Biantara sama-sama menarik pelatuk senapan, mereka langsung berhasil menembak mati beberapa orang.Pada saat itu, tekanan Julian berkurang. Dia memukul pingsan seseorang, lalu menendang yang satunya lagi hingga terbang.Para perampok itu menjadi terkejut dan memandang Wira dengan ekspresi tidak percaya dengan kejadian itu.Wira dan Biantara juga tidak berbelaskasihan dan terus menembak. Setelah beberapa saat, dari sepuluh orang itu hanya tersisa dua orang yang masih hidup. Namun melihat rencana mereka sudah terungkap, dua orang yang tersisa itu juga langsung menembak diri mereka sendiri.Saat melihat mereka sudah mati, Wira baru menghelakan napas lega dan buru-buru mendekat. "Julian, kamu baik-baik saja, 'kan?"Sebelumnya, Julian hampir saja kehilangan nyawanya saat mereka sedang berlatih bersama, sehingga kali ini Wira pun merasa sangat khawatir. Namun untungnya, Julian baik-baik saja. "Tenang saja, Tuan. Aku baik-baik saja."Julian memang berkata seperti itu, tetapi
"Jadi ... aku hanya bisa pergi."Setelah Julian mengatakan itu, Wira mengernyitkan alisnya dan berkata, "Julian, aku tahu ada banyak hal yang kamu sembunyikan dari kami, tapi aku pikir ... setidaknya kita sudah berteman, ada beberapa hal yang harusnya kamu katakan kepadaku. Apalagi, aku juga tahu ada beberapa hal yang nggak bisa kamu sembunyikan dariku terlalu lama!"Apa yang dikatakan Wira memang benar. Dia tahu tentang Sekte Langit dan Sekte Gunung, sehingga meskipun Julian menyembunyikannya, suatu hari nanti dia pasti akan tahu.Julian menatap Wira dan menarik napas dalam-dalam. Setelah mempertimbangkannya sejenak, dia baru berkata, "Tuan, aku nggak bermaksud menyembunyikannya darimu, tapi ... kamu sudah tahu pun nggak akan ada cara! Aku ... adalah orang yang akan mati suatu hari nanti. Lebih cepat atau lama mati pun sama saja! Aku nggak mengatakannya karena aku nggak ingin kalian mengkhawatirkanku ...."Julian langsung berbicara. Saat mengatakan itu, matanya mulai memerah.Mendenga
Sejak kecil hingga dewasa, Julian dan Rossa harus menjalani pelatihan yang ketat seumur hidupnya demi satu pertarungan yang diadakan setiap 60 tahun sekali ini. Mereka terus berlatih dan nyawa mereka ditentukan hanya dalam satu pertarungan itu, mereka tidak merasakan kebahagiaan.Bagi Julian, hal ini membuatnya makin menderita. Pasalnya, dia sudah menderita penyakit Fisik Bulan Dingin ini sejak kecil dan makin parah seiring dengan bertambahnya usia. Sekarang, dia sudah hampir tidak bisa mengendalikan penyakitnya itu. Sejujurnya, dia bisa hidup sekarang pun sudah termasuk sebuah keajaiban.Saat ini, melihat pertarungan di Gunung Langit sudah makin dekat, hati Julian pun perlahan-lahan merasa tenang. Dia menyadari kematian tidak menakutkan, melainkan harapan yang terus-menerus meningkat hingga menjadi keputusasaan yang paling menakutkan.Melihat ekspresi Julian yang sedih, membuat Dewina merasa makin kasihan. Dibandingkan dengan Julian, dia merasa dirinya benar-benar sangat bahagia. Mesk
Wira hanya peduli dengan keselamatan Julian. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu menatap Julian dan berkata, "Julian, aku tahu kamu sangat mementingkan Sekte Langit. Tapi menurutku, ayah dan ibumu nggak ingin melihatmu menjadi korban. Jadi, anggap saja hal ini nggak pernah terjadi."Pemikiran Wira sangat sederhana, dia hanya khawatir Julian akan berada dalam masalah. Selain berharap agar Julian tetap aman, dia tidak memiliki keinginan lainnya. Oleh karena itu, dia tentu saja berpikir pertarungan di Gunung Langit ini adalah hal yang paling berbahaya.Mendengar perkataan itu, Julian menghela napas. Dia mengerti maksud perkataan Wira dan tahu perannya sangat kecil. Dia juga pernah berpikir untuk melepaskan semuanya dan menikmati hidupnya yang tersisa beberapa tahun ini. Namun, dia juga berpikir untuk menanggung tanggung jawab ini. Bagaimanapun juga, dia adalah anggota Keluarga Triaji. Jika mundur sekarang, dia tidak memiliki keberanian untuk menghadapi leluhurnya."Tuan, aku mengerti, tap
Mendengar kata dari selatan ke utara, Zaki dan Joko langsung tertegun dan kembali melihat peta di depan mereka.Setelah mengamati petanya dari sudut pandang berbeda, Zaki langsung terkejut sampai keringat dinginnya mengalir dan berkata dengan pelan, "Aku mengerti sekarang. Kalau tebakanku benar, mereka akan memblokir kita sepenuhnya di wilayah utara kalau mereka berhasil merebut Gunung Linang ini. Dengan begitu, seluruh wilayah dari Gunung Linang ke selatan akan dikuasai Wira."Mendengar perkataan itu, Darsa tersenyum.Setelah mendengar analisis Zaki, Joko yang berdiri di samping juga akhirnya mengerti situasinya dan berkata, "Ternyata begitu. Kalau begitu, selama pasukan Wira belum berhasil merebut Pulau Hulu dan bergerak ke Gunung Linang, mereka akan terus menyerang kita, 'kan?"Mendengar perkataan itu, semua orang tersenyum.Sementara itu, Darsa menganggukkan kepala dan berkata, "Benar. Sekarang mereka sudah menggunakan rencana saluran air dan kavaleri untuk menyerang kita pun masih
Zaki menambahkan, "Benar. Tuan, setelah memenangkan pertempuran ini, Wira pasti akan langsung pergi. Dia mana mungkin melancarkan serangan kedua."Mendengarkan perkataan keduanya, Darsa tersenyum dan berkata, "Aku tentu saja sangat yakin. Apa kalian tahu kenapa Wira bisa menyerang kita?"Kedua orang itu langsung tertegun sejenak karena sebelumnya mereka memang tidak memikirkan alasan di balik serangan itu.Zaki langsung tercengang sejenak, lalu berkata, "Tuan, bukankah mereka menyerang karena ingin merebut Pulau Hulu ini? Apa mereka punya tujuan lain?"Mendengar pertanyaan itu, Darsa tersenyum. Namun, dia tidak langsung menjawab, melainkan menatap Joko dan berkata sambil tersenyum, "Menurut kalian?"Joko juga tertegun karena dia tidak menyangka Darsa akan melemparkan pertanyaan ini padanya. Setelah berpikir sejenak, dia baru menjawab, "Menurutku, Wira memang ingin merebut Pulau Hulu ini. Tapi, apa mereka ada rencana di balik ini, aku masih belum terpikirkan."Semua orang juga langsung
Mendengar Darsa memuji dan bahkan memberikan penilaian yang sangat tinggi terhadap orang yang bernama Adjie ini, Zaki mengernyitkan alis dan berkata, "Tuan, kenapa kamu malah memuji musuh kita? Menurutku, nggak peduli siapa pun dia, tombakku ini pasti akan membunuhnya."Semua orang sudah terbiasa dengan temperamen Zaki yang buruk, sehingga kebanyakan dari mereka hanya tersenyum.Beberapa saat kemudian, Joko yang berdiri di samping pun tersenyum dan berkata, "Orang ini memang pandai menyusun strategi. Kalau tebakanku nggak salah, rencana membuka saluran air ini pasti ide dari Adjie, 'kan?"Joko menatap Guntur yang sedang berlutut saat mengatakan itu, jelas sedang bertanya pada Guntur.Setelah tertegun sejenak, Guntur baru berkata, "Benar, dia juga yang mengatur strategi penyerangan kami tadi. Tapi, kami benar-benar nggak menyangka dia bisa begitu keterlaluan sampai menjadikan orang-orang dari Desa Riwut sebagai umpan."Zaki mendengus, lalu langsung menendang Guntur dan berteriak dengan
Mendengar perkataan Darsa, semua orang menganggukkan kepala. Menurut mereka, apa yang dikatakan Darsa memang masuk akal.Pada saat itu, pintu tenda tiba-tiba terbuka dan Joko berjalan masuk. Setelah memberi salam pada Zaki, dia menatap Darsa dan berkata, "Aku sudah menangani semua perintah Tuan Darsa, sekarang tinggal menunggu laporan dari mata-mata. Kami sudah mengerahkan banyak mata-mata. Kalau ada informasi, mereka pasti akan segera melaporkannya."Mendengar laporan itu, Darsa merasa sangat puas. Dia menatap semua orang dan berkata, "Baiklah. Karena semuanya sudah diatur, sekarang kita akan menyusun rencana perang. Bisa dipastikan para perampok di Desa Riwut sudah bergabung dengan pasukan Wira. Apa kita berhasil menangkap salah satu dari mereka?"Tepat pada saat itu, salah seorang wakil jenderal yang bertugas untuk membersihkan medan perang memberi hormat dan berkata, "Tuan, sebelumnya kami memang berhasil menangkap satu tahanan. Orang ini tadinya berpura-pura mati, tapi untungnya p
Mendengar perkataan itu, Darsa menganggukkan kepala. Melihat Joko hendak pergi, dia baru teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Oh ya. Setelah selesai mengatur semuanya, datang lagi ke sini. Aku harus merencanakan beberapa hal lagi untuk langkah selanjutnya.""Baik!" jawab Joko.Setelah Joko pergi, Darsa mengernyitkan alis. Pada saat itu, dia melihat Zaki masuk dari luar. Dia langsung tertegun sejenak saat melihat Zaki, lalu bertanya, "Bagaimana? Pikiranmu sudah jernih?"Mendengar pertanyaan Darsa, Zaki menganggukkan kepala dan langsung berkata sambil memberi hormat, "Tuan Darsa, maaf, sebelumnya aku memang terlalu gegabah. Tapi, kali ini ada begitu banyak saudara kita yang tewas, aku benar-benar merasa nggak rela."Darsa tersenyum, lalu berkata, "Hehe. Ini bukan masalah, kita akan membalasnya lain kali. Kali ini mereka memang menang, tapi menang dan kalah adalah hal yang biasa dalam dunia peperangan. Kalau kamu putus asa dan hanya memikirkan soal balas dendam karena kekalahan k
Setelah pasukan utara kembali ke kemah, Darsa tidak bisa menahan amarahnya saat melihat ekspresi Zaki dan berkat, "Zaki, sebagai jenderal garis depan, kenapa kamu begitu gegabah? Musuh pasti sudah menyiapkan jebakan di depan makanya mereka mundur, tapi kamu malah masih ingin membawa pasukan untuk mengejar mereka."Mendengar perkataan itu, wajah Zaki langsung memerah. Setelah terdiam sejenak, dia baru berkata, "Kali ini memang aku yang salah perhitungan. Tapi, musuh kita benar-benar licik. Kalau kita terus membiarkan mereka begitu, kita akan terus dipermainkan mereka."Ekspresi Darsa langsung terlihat kecewa dan berkata dengan marah, "Tipu muslihat adalah hal yang biasa dalam perang dan ini sudah menjadi aturan sejak dulu. Apa yang kamu pikirkan? Aku beri tahu kamu, aku akan melupakan kesalahanmu kali ini kalau kamu bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik."Darsa mendengus, lalu menoleh pada Joko dan berkata dengan pelan, "Bawa orang-orangmu untuk menghitung jumlah korban dan pasukan
Pengirim pesan itu segera memberi hormat, lalu langsung berjalan keluar.Setelah pengirim pesan itu pergi, Darsa baru menghela napas. Saat ini, semuanya sudah direncanakan, tetapi tergantung pada takdir apakah ini akan berhasil atau tidak. Jika 10 ribu pasukan ini masih tidak bisa membawa kembali Joko dan Zaki, situasinya akan makin merepotkan.Saat itu, Wira yang berada di medan perang tiba-tiba menoleh dan melihat musuh sudah mengerahkan tambahan 10 ribu pasukan pun terkejut karena hal ini di luar perkiraannya. Dia tidak menyangka musuh masih memiliki pasukan sebanyak ini dan sebelumnya mereka juga sudah menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Mengapa mereka tidak langsung mengerahkan seluruh pasukan?Sebelumnya, Wira dan pasukannya sudah berhasil menghancurkan semangat bertarung pasukan utara. Namun, begitu melihat musuh mendapat pasukan tambahan lagi sekarang, mereka langsung terkejut. Mereka tidak menduga musuh mereka ternyata begitu hebat.Tepat pada saat itu, salah seorang yang te
Begitu kedua belah pihak bertabrakan, suara benturannya langsung bergema dan kekuatan yang dahsyat membuat keduanya terlempar dari kuda mereka.Joko bisa begitu dipercaya Darsa karena ternyata kekuatannya memang luar biasa. Dia mendengus, dan segera memutar tubuhnya sambil mengayunkan senjatanya, lalu mendarat di tanah. Serangannya seharusnya sudah sangat cepat, tetapi dia tidak menyangka Arhan malah lebih cepat. Saat kakinya menyentuh tanah, Arhan sudah kembali menyerangnya.Keduanya bertarung dengan sangat sengit, membuat suasana medan perang menjadi makin kacau.Namun, pertarungan antara kedua orang itu malah membuat pasukan utara makin terdesak. Menurut mereka, kekuatan musuh mereka ini benar-benar luar biasa. Bahkan ada salah seorang prajurit yang berkata, "Kenapa pasukan musuh begitu kuat? Ini benar-benar merepotkan."Banyak prajurit lainnya yang menganggukkan kepala juga. Menurut mereka, kemampuan pasukan musuh kali ini benar-benar sangat hebat dan di luar perkiraan mereka. Bahk
Hayam menganggukkan kepala setelah mendengar Adjie berkata seperti itu, lalu segera berbalik dan memimpin pasukannya mendekati Wira.Saat melihat Agha juga memimpin pasukan untuk datang mengepung, Darsa yang berada di dalam tenda langsung terkejut. Dia selalu mengira bala bantuan dari pihak musuh hanya pasukan kavaleri yang bersembunyi di kegelapan, tetapi ternyata masih ada begitu banyak infanteri.Ekspresi Darsa langsung menjadi muram saat teringat dengan banjir yang tiba-tiba terjadi sebelumnya. Setelah tertegun sesaat, dia akhirnya menyadari semua itu adalah bagian dari jebakan yang sudah direncanakan musuh. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, bantu Zaki untuk mundur, sekarang bukan saatnya untuk menyerang."Ekspresi Joko berubah, lalu menganggukkan kepala dan berkata, "Baik, kita akan segera menerobos keluar."Namun, saat melihat pasukan musuh, seseorang yang berada di samping Joko berkata, "Sialan. Kita benar-benar nggak menyangka hal ini, tapi kekuatan mereka memang lu