Biantara mengutus hampir 20 orang untuk mengantarkan makanan tersebut. Raja Ararya tadinya tidak terlalu peduli karena merasa dirinya telah mencicipi semua hidangan lezat di dunia ini. Namun saat melihat begitu banyak hidangan yang diantarkan, dia langsung termangu. Dia tidak pernah melihat semua hidangan ini sebelumnya.Setelah selesai meletakkan semua hidangan tersebut, para bawahan itu pun langsung pergi. Wira menyalakan api pada tungku hot pot. Tak lama kemudian, aroma yang nikmat memenuhi seluruh ruangan. Wira telah selesai menyiapkan saus untuk hot pot dan menyodorkannya ke hadapan Raja Ararya serta dirinya."Wira ... makanan apa semua ini?" tanya Raja Ararya. Aroma masakan itu sangat harum, dia tidak pernah mencoba masakan seperti ini sebelumnya."Ini namanya hot pot. Cara makannya mudah saja, masukkan saja semua bahannya untuk direbus. Setelah itu, ambil makanannya dan celup ke saus ini saja!" Setelah berkata demikian, Wira memperagakan cara makannya.Wira mencelupkan daging sa
Wira langsung tertawa dan menimpali, "Raja Ararya, kalau kamu suka, aku akan memberimu sausnya. Saat kamu ingin makan nanti, kamu bisa langsung mengambilnya."Raja Ararya langsung mengangguk. "Bagus sekali kalau begitu!"Kedua orang itu menikmati makanan mereka dengan puas, terutama Raja Ararya yang tidak pernah mencicipi semua makanan ini sebelumnya. Tentu saja dia semakin antusias.Selesai menikmati panggangan, mereka melanjutkan santapan dengan makanan lainnya. Seketika, Raja Ararya merasa semua masakan ini adalah kelezatan surgawi! Sambil makan, Raja Ararya juga mencari topik untuk mengobrol dengan Wira.Setelah makan cukup lama, mereka pun akhirnya sudah kenyang. Saat melihat Wira, Raja Ararya tertawa sambil berkata, "Wira, apa kamu tahu? Aku sudah melihat semua kekuasaan dan posisi di dunia ini seumur hidup. Semua itu nggak berarti, yang terpenting adalah kebahagiaan ...."Perkataan Raja Ararya ini justru membuat Wira tertegun. Kenapa orang ini malah berkata seperti ini? Bukankah
"Aku tahu orang seperti apa dia, dia juga pasti sangat paham dengan kepribadianku. Begini saja sudah cukup! Nggak perlu ketemu lagi dengannya. Aku hanya merasa sangat menyayangkannya. Biantara memang hebat, aku nggak khawatir padanya. Tapi akhirnya dia malah dicelakai olehmu!""Aku mengakui kekalahanku! Selain itu, yang paling penting lagi adalah, Raja Byakta juga sudah meninggal. Haeh .... Wira, mungkin perbuatanmu memang benar. Kalau kamu nggak menghentikan kita, negara ini mungkin sudah bermasalah!"Saat mengungkit insiden yang telah berlalu, Wira juga tentunya masih ingat akan hal ini. Saat itu, Raja Bakir yang memaksanya menghadapi Agrel. Hanya dalam sekejap mata, insiden ini sudah berlalu selama bertahun-tahun. Saat mengingatnya lagi sekarang, semua itu terasa sangat menarik. Saat itu, situasi di dunia ini masih belum sekacau sekarang."Wira, ada sebuah hal yang ingin kukatakan padamu. Sebenarnya ... masalah Selir Zendaya saat itu ... semua itu ulahku!" pinta Raja Ararya sambil m
Wira tidak tahu apa yang sedang direncanakan Raja Ararya. Karena itu, dia memutuskan untuk sengaja memberi celah dan kesempatan bagi Raja Ararya. Wira berpura-pura mabuk setelah meminum beberapa teguk arak lagi. Setelah itu, dia telungkup di meja dan berpura-pura tertidur.Pada saat ini, Raja Ararya sontak merasa sangat gembira. Dia tidak menyangka Wira akan mabuk. Hal ini membuatnya sangat kegirangan. Setelah itu Raja Ararya menarik napas dan mendekati Wira perlahan-lahan.Wira merasa agak gugup, terutama saat merasakan Raja Ararya semakin mendekatinya. Apa yang ingin dilakukan orang ini? Mencuri uang atau mau menodainya? Mustahil jika Raja Ararya mau mencuri uangnya karena Raja Ararya sendiri sudah cukup kaya.Menodainya? Apa mungkin Raja Ararya punya kelainan? Saat memikirkan hal ini, Wira merasa sangat cemas. Tak disangka ....Raja Ararya benar-benar mengulurkan tangannya untuk meraba tubuh Wira!Sialan! Ternyata Raja Ararya membuatnya mabuk karena menginginkan hal ini? Wira sangat
Raja Ararya langsung memberikan perintah pada pelayan untuk mengantarkan Wira. Beberapa pelayan itu memapah Wira untuk memasuki pelangkin dan mengantarkannya ke kediaman Raja Uttar. Begitu memasuki pelangkin, Wira langsung membuka matanya. Dia hanya mendengus, tetapi tidak bersuara sama sekali.Tak lama kemudian, Wira telah kembali ke kediamannya. Dia langsung mengutus Biantara untuk menyuruh Raja Kresna menemuinya sekarang juga secara diam-diam."Kak Wira ... apa maksudnya ini?" tanya Biantara yang kebingungan dengan apa yang sedang terjadi.Mendengar hal ini, Wira langsung tertawa. "Pokoknya panggilkan saja."Biantara tidak berani menunda-nunda, dia langsung bergegas ke kediaman Raja Kresna untuk menyampaikan pesan.Beberapa saat kemudian, Raja Kresna meninggalkan kediamannya bersama Biantara dan tiba di ruang kerja Wira. Begitu memasuki ruangan, Raja Kresna tak kuasa bertanya, "Wira, ada masalah penting apa kamu memanggilku di saat seperti ini?"Wira mengangguk sekilas saat berkata,
Setelah mendengarnya, Wira mengangguk dan tidak mengatakan apa pun lagi, karena yakin Raja Kresna bukan orang yang suka membual. Jadi, Raja Kresna pasti benar-benar punya cara.Sesudah Raja Kresna pergi, Wira menguap dan pergi tidur. Sementara itu, Raja Ararya tampak penuh semangat. Dia memegang senapan, merasa makin takjub saat mengamatinya."Wira memang luar biasa. Petarung paling hebat di dunia bahkan nggak sekuat benda ini. Aku dengar pasukan Wira yang berjumlahkan 10.000 orang sudah bisa menghalangi 100.000 pasukan Kerajaan Agrel? Ternyata, semua itu berkat benda ini?" gumam Raja Ararya. Tatapannya tampak tidak percaya.Jujur saja, siapa yang akan menyangka bahwa benda kecil seperti ini memiliki kekuatan yang begitu mematikan?"Dengan benda ini, Raja Kresna pasti akan mati!" Raja Ararya tertawa terbahak-bahak dengan sorot mata penuh antusiasme. Dia pun telah membuat rencana dan memutuskan untuk beraksi besok.Setelah memikirkan semuanya, Raja Ararya pun pergi tidur. Keesokan pagi,
Saat ini, tandu Raja Ararya akhirnya tiba. Dia menatap pintu masuk kediaman Raja Kresna, lalu menyuruh orang untuk mengetuk pintu. Namun, mereka segera mendapatkan kabar bahwa Raja Kresna tidak menerima tamu untuk sementara waktu ini.Raja Ararya pun tertegun mendengarnya. Tidak menerima tamu? Dia tidak menyangka Raja Kresna akan membuat persiapan seperti ini demi dirinya.Sesudah memikirkannya, Raja Ararya mendengus dingin. Kemudian, dia berjalan ke depan pintu dan mengetuknya beberapa kali. Sesaat kemudian, kepala pelayan datang dan memberi salam, "Hormat pada Raja Ararya."Raja Ararya melambaikan tangannya seraya bertanya, "Di mana Raja Kresna? Aku ingin menemuinya."Kepala pelayan segera menjawab, "Maaf, Yang Mulia, Raja Kresna sakit. Beliau memerintahkan agar kami nggak menerima tamu untuk sementara waktu ini.""Jika ada urusan penting, saya akan menyampaikannya kepada Raja Kresna. Jika hanya menjenguk, beliau sangat berterima kasih dan akan mengunjungi kalian setelah sembuh nanti
Biantara tidak mengetahui alasan lain itu. Apakah karena Raja Kresna takut mati? Seharusnya ... bukan seperti itu.Bagaimanapun, Raja Kresna licik dan cerdik. Dia bisa menduduki posisi raja tentu karena tidak takut mati. Lantas, apa alasannya?Wira menatap Biantara sambil bertanya, "Coba kutanya, apa hubungan Raja Ararya dengan Raja Kresna?"Biantara termangu sebelum menjawab, "Mereka sama-sama anggota keluarga kerajaan. Meskipun bukan saudara kandung, mereka terlihat cukup akrab."Tiba-tiba, Biantara menyadari sesuatu sehingga bertanya, "Jangan-jangan karena hubungan ini? Raja Kresna begitu mementingkan hubungan keluarga?"Biantara agak sulit untuk memercayainya. Kemudian, Wira menjelaskan, "Raja Kresna paling nggak ingin melihat keluarga saling membunuh. Kalau bukan karena ini, mungkin kekacauan sudah terjadi di Kerajaan Agrel sejak awal.""Menurutmu, mengapa Senia bisa menguasai takhta selama bertahun-tahun, bahkan mengendalikan pusat kerajaan dengan mudah? Tentu saja berkat Raja Kr
Semua orang itu memahami kepribadian Wira, makanya mereka bersedia berada di sisi Wira dan melayaninya. Meskipun Wira adalah pemimpin yang menyerahkan semua tanggung jawab pada mereka, mereka juga tidak pernah mengeluh. Mereka hanya ingin melakukan tugas mereka dengan baik untuk membantu meringankan beban Wira dan menjaga kestabilan sembilan provinsi.Kresna berkata dengan tegas, "Nggak perlu. Kalau kamu adalah Senia, aku tentu saja akan curiga dia ingin menggunakan Gina untuk mengancamku. Senia memang bisa melakukan hal seperti itu. Tapi, sekarang orang yang ada di depanku adalah kamu, aku tahu sikap dan juga kepribadianmu. Lagi pula, Gina nggak aman di sisiku karena semua orang mengira dia sudah mati.""Kalau dia muncul di hadapan mereka lagi, mungkin itu akan membawa masalah yang nggak perlu bagi Gina. Aku takut bukan hanya nggak membantunya kalau sudah seperti itu, malahan akan membahayakannya ...."Selama tahu Gina masih hidup, itu saja sudah cukup bagi Kresna. Soal kapan mereka a
Wira berkata, "Baiklah. Kalau kalian berdua tulus ingin bergabung denganku dan bertobat, aku akan melupakan semua hal yang terjadi sebelumnya. Aku akan mengatur langkah selanjutnya. Kalau ingin bersandiwara, kita harus berakting dengan sungguh-sungguh agar kalian juga bisa menjelaskannya saat kembali nanti.""Aku akan bersiap-siap dulu, lalu pergi ke utara untuk bertemu dengan kalian dan melawan Senia bersama-sama."Setelah mengatakan itu, Wira tersenyum yang menunjukkan kerja sama mereka sudah tercapai. Jika bisa mengalahkan Senia tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga, ini juga termasuk hal luar biasa dan dunia ini juga bisa damai untuk sementara waktu. Ini adalah hasil yang selalu diharapkannya. Pada saat itu, dia tidak perlu mengkhawatirkan nasib para rakyat di sembilan provinsi lagi."Terima kasih banyak, Tuan Wira," kata Kresna dan Ararya sambil memberi hormat setelah saling memandang. Mendapatkan pemimpin yang bijaksana adalah sebuah anugerah besar.Setelah semua sudah selesai d
Kresna pun menghela napas panjang. "Tuan Wira, kamu pasti masih ingat dengan peristiwa yang terjadi di Provinsi Yonggu saat itu, 'kan? Sebenarnya aku juga nggak berniat melakukannya, tapi Senia sudah menyandera seluruh keluargaku. Meskipun enggan, aku juga terpaksa harus melakukannya. Kalau nggak, seluruh keluargaku akan mati dan akhirnya memilih untuk nggak kerja sama denganmu."Setelah mengatakan itu, Kresna menundukkan kepala dan terdiam cukup lama. Saat di Provinsi Yonggu, dia sudah kehilangan salah satu orang kepercayaannya yang paling andal dan sekaligus kekasihnya yaitu Gina. Saat itu, Wira sudah memberinya jalan, tetapi dia tidak memilihnya. Oleh karena itu, sekarang menyesal pun sudah tidak ada gunanya.Ararya yang berada di samping juga segera menambahkan, "Tuan Wira, kami juga punya beberapa kartu truf di tangan kami. Selama bertahun-tahun ini, kami terus merekrut pasukan. Kalau nggak dalam situasi mendesak, kami juga nggak ingin memberontak. Nggak ada orang yang ingin menya
Di dalam penginapan.Karena penginapan ini terletak di tempat yang terpencil, biasanya tidak banyak tamu yang datang ke sana. Hari ini juga hanya Wira dan rombongannya yang menginap di sana.Setelah sempat keluar, pemilik penginapan yang tidak menyangka Wira dan rombongannya akan kembali lagi terlihat sangat senang dan segera menyiapkan hidangan terbaik lagi. Bagaimanapun juga, mereka sangat murah hati. Hanya menginap satu hari saja, pemilik penginapan sudah menerima penghasilan yang cukup banyak."Kalau semua makanannya sudah dihidangkan, kamu pergi dulu saja. Nggak ada kabar dari kami, kalian jangan masuk ke sini lagi," kata Wira sambil mengeluarkan seratus ribu gabak dan melemparkannya pada pemilik penginapan itu.Mata pemilik penginapan itu langsung bersinar, lalu segera menganggukkan kepala dan pergi dari sana. Penginapan yang begitu luas itu hanya tersisa Wira dan yang lainnya.Wira tidak bernafsu makan karena baru saja selesai makan, bahkan tidak ingin minum. Dia menatap Ararya
Ekspresi Lucy yang selalu berdiri di belakang Wira juga menjadi dingin."Tuan Wira, kami sama sekali nggak punya niat buruk. Kedatangan kami kali ini hanya untuk membahas sesuatu denganmu. Sejujurnya, kami berdua juga terpaksa bertemu dengan Tuan Wira dengan cara seperti ini," kata Kresna.Ararya dan Kresna segera turun dari kuda mereka dan memerintah pasukan di belakang mereka untuk berhenti, lalu mendekati Wira. Dwipangga juga segera mengikut di belakang mereka."Ada urusan apa kalian mencariku?" tanya Wira. Selama ini, hubungannya dengan kedua orang di depannya ini tidak begitu dekat, meskipun sebelumnya mereka sempat berinteraksi. Namun, sejak hubungannya dengan Senia makin memburuk, hubungan mereka juga makin merenggang.Lagi pula, orang yang berbeda suku pasti memiliki pemikiran yang berbeda. Apalagi kedua raja di depannya ini juga berasal dari wilayah tandus di utara, Wira tentu saja tidak memiliki kesan baik terhadap mereka."Nggak perlu berpura-pura di depan kami. Kamu sudah l
Wira malas untuk menanggapi Agha, jelas Agha ini keras kepala. Meskipun dia terus menjelaskannya, mungkin juga tidak akan berguna dan semuanya hanya bisa bergantung pada Agha sendiri. Mungkin karena Agha masih muda, sehingga masih menolak beberapa hal. Seiring bertambah usianya, mungkin pandangan Agha akan perlahan-lahan berubah.Wira mengalihkan pandangannya pada Wendi dan perlahan-lahan berkata, "Nona Wendi, apa rencanamu selanjutnya? Setelah pulang nanti, bagaimana kalau kamu ikut aku pergi Gedung Nomor Satu. Kelak aku pasti akan memperlakukanmu dengan penuh hormat."Lucy yang duduk di samping juga segera menganggukkan kepala dan berkata, "Aku rasa nggak ada gunanya pergi ke Gedung Nomor Satu. Lebih baik ikut aku saja, kita kembangkan jaringan mata-mata bersama-sama. Kak Wendi pasti pernah dengar tentang jaringan mata-mata, 'kan? Ini adalah organisasi intelijen nomor satu di dunia. Kita butuh bakat seperti Kak Wendi."Dia berpikir Wendi memiliki bakat yang sangat langka dan juga mah
Wira dan rombongannya juga merasa agak lelah karena mereka menemui banyak masalah saat berada di wilayah barat, sehingga mereka memperlambat langkah mereka dalam perjalanan pulang ke Provinsi Yonggu. Mereka berhenti untuk beristirahat setiap kali melihat penginapan dan membuat perjalanan mereka menjadi jauh lebih lambat.Di sebuah penginapan. Melihat sudah hampir tiba di Provinsi Yonggu, Agha berkata sambil makan dan tersenyum, "Kak Wira, apa kita benar-benar akan pulang begitu saja? Aku sebenarnya nggak suka berada di rumah, lebih menyenangkan berada di luar seperti ini. Berjalan bersama saudara-saudara, bukankah itu adalah hal yang menyenangkan?""Kalau harus terus dikurung di rumah, tulang-tulang di tubuhku terasa berkarat. Kak Dwija, kamu juga merasa begitu, 'kan?"Sebenarnya, Agha hanya ingin terus berpetualang di luar.Begitu sibuk, manusia memang akan terbiasa dengan ritme itu. Namun, begitu bersantai, mereka juga perlahan-lahan menjadi jauh lebih malas. Keinginan untuk bermain
Dahlan menatap Senia yang berada di depannya dengan ekspresi khawatir. Mereka sudah berkali-kali mencari masalah dengan Wira, tetapi setiap kali hasilnya selalu tidak menyenangkan karena Wira selalu berhasil mengatasinya dengan baik. Ini semua bukan hanya karena Wira beruntung saja, tetapi karena Wira dikelilingi oleh orang hebat juga. Menghadapi Wira memang hal yang merepotkan.Meskipun kal ini Ararya dan Kresna yang langsung memimpin pasukan mereka dan ditambah dengan banyaknya pasukan elite, Dahlan merasa mungkin hasilnya juga tidak akan memuaskan. Namun, sekarang situasinya sudah mendesak, mereka tidak mungkin mundur lagi. Setidaknya tidak bisa menyerah begitu saja, melainkan harus mempersiapkan diri untuk hasil terburuk terlebih dahulu.Senia yang berada di samping perlahan-lahan berkata, "Kalau mereka kalah, ya sudah. Asalkan kita bisa menguji tekad mereka, itu saja sudah cukup. Ini juga salah satu tujuanku kali ini. Lagi pula, sebentar lagi kita mungkin akan bertarung habis-habi
Melihat Dahlan yang berjalan mendekat, Senia bertanya dengan nada datar, "Kenapa mencariku malam-malam begini?""Apa Kresna dan Ararya berencana untuk membangkang perintah kita dan memulai perang melawan kita?"Dahlan segera menjawab, "Ibu nggak perlu khawatir tentang hal itu. Mereka berdua sudah mengikuti perintahmu dan telah membawa pasukan untuk mengejar Wira.""Selain itu, aku diam-diam menyelidiki orang-orang yang mereka bawa. Semuanya adalah prajurit terbaik dari yang terbaik. Tampaknya, kali ini mereka benar-benar bertekad untuk membantu kita membunuh Wira."Wira adalah ancaman besar. Keberadaannya bukan hanya membawa masalah besar bagi Dahlan, tetapi juga bagi Senia.Sebelumnya, mereka kehilangan 5 miliar gabak secara cuma-cuma dan Wira menggunakan uang itu untuk memperkuat dukungannya di kalangan rakyat. Kini, status Wira terus meningkat.Di seluruh sembilan provinsi, pengaruhnya tak tergoyahkan. Bahkan di Kerajaan Nuala dan Kerajaan Beluana, pengaruh Wira juga sangat besar. I