Biantara menyampaikan maksud Wira kepada Yasir secara terus terang. Yasir juga tertegun mendengar perkataan Biantara. Sejujurnya, Yasir sendiri tidak mengerti mengapa hal ini diatur sedemikian rupa. Namun, dia juga tidak terlalu banyak berpikir.Bagaimanapun, saat pertama kali datang ke Kerajaan Ahola, jaringan mata-mata baru saja didirikan. Dia membangun semua ini bersama Biantara bersama-sama. Semua rekan saat ini punya persahabatan yang baik satu sama lain. Namun, Yasir tentu bisa membedakan prioritas. Apalagi Biantara dan Wira selama ini memperlakukannya dengan begitu baik. Setelah dipikir-pikir, Yasir akhirnya mengangguk setuju."Oke, aku akan ke sana," jawab Yasir.Biantara membalas, "Baiklah, itu ... Dik, aku tahu kamu punya dendam dengan Keluarga Juwanto, kami juga sangat berharap Yasir bisa menemanimu di sini. Tapi, kami benar-benar kekurangan orang di Agrel, jadi ... kami terpaksa membawamu ke sana juga. Tenang saja, begitu ada pergerakan di sini, kami akan beri tahu kalian.
Biantara tidak bisa berkomentar apa pun, dia hanya berkata, "Kita berangkat saja dulu. Beri tahu lokasinya pada Padma, kita tunggu dia di luar kota." Gerak-gerik Biantara ini malah membuat Yasir semakin kebingungan."Jangan berpikir berlebihan, kita memang harus senantiasa berhati-hati di Kerajaan Ahola ini. Jadi, kita keluar dari kota saja dulu. Keluarga Juwanto nggak mudah dihadapi. Lagi pula, kamu adalah orang penting. Gawat kalau sampai terjadi sesuatu padamu," ujar Biantara sambil membawa Yasir keluar kota.Sebelum pergi, mereka meninggalkan sepucuk surat untuk memberitahukan lokasinya pada Berma. Namun, tentu saja Biantara tidak akan menunggunya di tempat yang telah dijanjikan itu.Tak lama kemudian, Berma bergegas menuju istana. Namun dia masih tetap berwaspada, Berma tidak menunjukkan gerak-geriknya dengan jelas meskipun dia sedang terburu-buru. Hanya dalam sekejap, Berma telah tiba di ruang kerja Prabu.Melihat kehadiran Berma, Prabu tertegun sejenak, lalu bertanya, "Kenapa ka
Prabu tahu bahwa ini mungkin akan menjadi kesempatan baginya. Namun, dia juga sangat jelas bahwa keputusannya kali ini adalah sebuah taruhan. Yang harus dikorbankannya saat ini adalah seorang prajurit yang sangat hebat di sisinya. Jika Berma celaka, ini akan menjadi sebuah kerugian besar bagi Prabu.Berma sangat memahami Keluarga Juwanto, dia juga mengetahui banyak sekali rahasia Keluarga Juwanto. Jika Wira sampai terlibat di dalamnya, ini pasti akan menjadi mimpi buruk bagi Keluarga Juwanto. Oleh karena itu, Prabu menoleh ke arah Berma."Berma, aku sangat percaya padamu. Meskipun pergi ke Agrel bukanlah keinginanmu sendiri, aku juga sebenarnya tidak ingin membiarkanmu pergi. Tapi, ini adalah satu-satunya cara bagi kita untuk mendekati Wira! Jadi ... aku harap kamu jangan menyia-nyiakan kepercayaanku, ya?"Mendengar perkataan Prabu, Berma langsung mengangguk dan berlutut dengan hormat di lantai. "Tuan Muda, Anda tenang saja. Aku tidak akan mengecewakan Anda! Aku pasti akan mendapatkan
"Kak Wira, bagaimana kalau wanita ini benar-benar orang jahat? Jadi, kita tetap saja harus menyusun rencana untuk kemungkinan terburuk," usul Biantara yang tetap merasa tidak tenang. Meski dari segala aspek wanita ini terlihat tidak bermasalah, Biantara tetap saja sangat khawatir."Benar, sebagai ketua jaringan mata-mata, sudah sepatutnya kamu berpikir seperti itu. Sebelum terjadi suatu hal, kamu sudah harus menyusun rencana untuk kemungkinan terburuk. Sebab, begitu identitas kalian terbongkar, kita juga akan kehilangan arah. Selain itu, banyak hal lainnya yang juga akan ketahuan dan nyawa kalian juga akan dalam bahaya!""Kalian hidup dalam kegelapan, jadi yang kalian hadapi juga kekuatan yang berasal dari kegelapan. Semua yang dilakukan oleh jaringan mata-mata adalah hal-hal yang tidak boleh diketahui orang .... Tentu saja ini lebih berbahaya dan sulit daripada berperang!"Mendengar penuturan Wira, Biantara hanya tersenyum. "Kak Wira, bukannya ini adalah rencana untuk kemungkinan terb
Jaringan mata-mata Wira tidak bisa ditandingi. Dengan cara seperti itu, mustahil bagi seseorang untuk menghancurkan semua jaringan ini hanya dengan menangkap salah seorang di antaranya. Hal itu hanyalah impian yang tak masuk akal.Prabu juga mengetahui masalah Yasir membawa Padmi ke Agrel. Namun, dia membuat keputusan ini dengan tujuan untuk meletakkan strategi yang lebih besar. Saat ini, situasi di Kerajaan Ahola, Beluana, maupun Kerajaan Nuala masih relatif stabil. Bahkan wilayah Monoma dan wilayah Agrel juga tampak damai.Hanya saja, semua orang tahu bahwa kedamaian ini bukanlah tanda bahwa perang tidak akan terjadi lagi. Ini hanya menandakan bahwa semua pihak sedang bersiap-siap untuk perang baru yang lebih dahsyat. Kondisi saat ini hanyalah ketenangan sebelum badai menerpa. Semua pihak mempersiapkan diri untuk pertempuran besar berikutnya yang diyakini akan lebih intens daripada sebelumnya.Hanya dalam sekejap, waktu dua bulan telah berlalu. Perut Wulan juga sudah mulai membesar.
"Sepertinya, aku harus memberi pelajaran kepada Keluarga Juwanto. Kalau nggak, mereka akan mengira aku mudah ditindas!" ujar Wira. Mendengar ini, Danu pun mengangguk.Saat berikutnya, terdengar tangisan anak kecil dari dalam ruangan, lalu diikuti dengan kabar gembira! Wira akhirnya merasa lega sekarang."Beri tahu Biantara, aku sangat marah kali ini. Karena mereka ingin membunuh putraku, aku akan meledakkan ibu kota mereka!" ucap Wira. Kemudian, dia langsung memasuki kamar.Danu segera menjalankan perintah. Dia menulis surat, lalu mengirimkannya kepada Biantara. Begitu menerimanya, Biantara mendengus dingin dan memaki, "Besar sekali nyali mereka! Beraninya mereka menyerang Dusun Darmadi! Dasar cari mati!"Sambil berbicara, Biantara menulis surat dan mengirimkannya dengan merpati. Selanjutnya, seluruh anggotanya yang berada di ibu kota Kerajaan Ahola langsung mendapatkan perintah.Mereka buru-buru mengeluarkan granat masing-masing, lalu keluar pada malam hari. Pada saat yang sama, Prabu
Prabu tidak menyangka Wira akan sekejam ini. Dia baru membuat rencana untuk memberi Wira pelajaran, tetapi pria ini sudah mengutus orang untuk meledakkan ibu kota Kerajaan Ahola! Pria ini benar-benar tak kenal takut!Kini, Prabu tidak punya cara untuk melawan Wira. Bagaimanapun, dia bukan hanya gagal membasmi mata-mata Wira di Kerajaan Ahola, tetapi juga kehilangan Berma. Wanita ini pergi ke Kerajaan Agrel bersama Yasir!Sejujurnya, Prabu sungguh kewalahan dibuat Wira. Dia kalah saat bertarung dengan Wira, juga kalah saat bermain strategi dengannya!Wira sudah terlalu hebat. Tidak peduli cara apa yang digunakan Prabu, dia tetap tidak bisa membuat Wira tunduk. Dia sampai mulai merasa pasrah sekarang!"Sepertinya, aku harus mengurungkan niatku untuk membunuh Wira. Dengan kemampuan Keluarga Juwanto, akan sangat sulit untuk menyingkirkannya sekarang," gumam Prabu.Prabu menarik napas dalam-dalam, mulai menyerah atas masalah ini. Lagi pula, pria sejati harus bisa mengakui kekalahan.Di sisi
Prabu tentu memahami maksud ayahnya karena dia juga memiliki pemikiran yang sama. Kumar bertanya, "Benar, apa kamu punya pendapat lain?"Prabu menarik napas dalam-dalam, lalu menjawab, "Dengan kemampuan kita sekarang, akan sulit untuk menyingkirkan Keluarga Barus sekarang. Tapi, keuntungan kita adalah nggak punya kecemasan apa pun.""Hal ini berbeda untuk Keluarga Barus. Mereka bukan hanya takut Keluarga Juwanto menyerang, tapi juga Kerajaan Agrel. Lagi pula, Kerajaan Agrel sudah lama ingin beraksi. Apalagi, Keluarga Barus sempat mengusir Kerajaan Agrel dari Kerajaan Nuala waktu itu. Mereka pasti sangat marah karena hal ini!" jelas Prabu.Kumar menyahut, "Ya, aku juga berpikiran seperti itu. Kita nggak mungkin bekerja sama dengan Kerajaan Nuala. Meskipun di dunia ini nggak ada musuh sejati, hubungan Jihan dengan Keluarga Barus jelas berbeda.""Kalau memintanya membantu kita menaklukkan Keluarga Barus, Jihan nggak mungkin setuju. Kalau begitu, Kerajaan Agrel adalah pilihan paling tepat.
Prajurit itu memberi hormat dan berkata dengan pelan, "Saat kami tiba di tempat itu, semua kudanya sudah hilang. Kami juga sudah mencari di segala arah, kami curiga semua kuda itu sudah dibawa pergi orang-orang Wira."Mendengar laporan itu, Zaki marah sampai hampir memuntahkan darah. Dia akhirnya yakin serangan mendadak sebelumnya pasti ulah dari Wira, sekarang orang-orang Wira bahkan mencuri kuda mereka. Ini benar-benar keterlaluan. Kekuatan utama dari pasukan utara adalah kavaleri. Jika tidak ada kuda, mereka tidak bisa dibilang sebagai kavaleri lagi.Sementara itu, Darsa dan Joko yang berada di dalam tenda juga mendengar Zaki yang sedang memaki prajurit di luar.Darsa pun tersenyum dan berkata, "Zaki ini memang begini, kamu juga tahu temperamennya itu buruk. Ayo kita keluar dan lihat apa yang sudah terjadi."Joko hanya tersenyum, lalu berjalan keluar bersama Darsa. Namun, begitu mereka melihat wajah Zaki yang memerah karena marah, mereka sangat terkejut.Darsa segera maju dan bertan
Semua orang sangat mengagumi Adjie.Namun, di mata Adjie, semua orang memiliki niat mereka masing-masing. Dia sendiri menyusun rencana ini juga untuk mengalihkan perhatian mereka saja. Dia tahu mereka ini adalah mata-mata yang dikirim Guntur, sehingga cara terbaik untuk menangani masalah ini adalah menjauhkan mereka.Melihat semua orang tidak keberatan dengan rencananya, Adjie berkata dengan pelan, "Kalau nggak ada yang keberatan, kita langsung jalankan rencana ini sekarang juga. Makin cepat, makin baik. Lagi pula, saluran air itu juga membutuhkan banyak tenaga kerja. Makin banyak yang bekerja, makin cepat selesai. Kita harus cepat."Orang-orang itu tidak menyangka situasinya akan berubah menjadi seperti ini, tetapi mereka tetap menganggukkan kepala.Namun, orang-orang ini tidak menyadari Adjie sebenarnya memiliki maksud tersembunyi. Setelah mereka pergi, dia tersenyum dan berkata, "Mereka pikir mereka ini cerdas, sekarang kelihatannya mereka ternyata hanya begitu."Adjie berbicara den
Adjie tersenyum, lalu perlahan-lahan berkata, "Hehe. Hal ini sebenarnya mudah saja, selama kita bisa menyelesaikannya dengan baik. Pulau Hulu ini memang punya banyak jalan keluar, tapi kalian nggak menyadari ada sebuah sungai di sebelah timur, 'kan?"Mendengar perkataan itu, semua orang langsung tertegun sejenak. Mereka sebenarnya sudah menyadari keberadaan sungai ini sejak tadi, tetapi mereka mengira sungai ini tidak berguna sebelum mendengar perkataan Adjie.Beberapa saat kemudian, ekspresi anak buah itu tiba-tiba terlihat gembira. Seolah-olah teringat sesuatu, dia menatap Adjie dan berkata, "Jangan-jangan maksud Bos adalah mengalirkan semua air sungai ini ke Pulau Hulu?"Adjie tersenyum dan berpikir orang-orang ini memang sangat cerdas. Pulau Hulu ini memiliki banyak jalur keluar, tetapi letak pulau ini sangat rendah. Jika mereka berhasil, air sungai ini pasti akan membanjiri seluruh pulau ini. Pada saat itu, mereka bisa menenggelamkan seluruh pasukan musuh di dalam pulau itu, tidak
Sebelumnya, Adjie bisa meminta anak buah itu untuk mengumpulkan beberapa orang karena dia merasa pasti ada mata-mata yang ditempatkan Guntur di kelompoknya. Sekarang, sepertinya dugaannya memang benar.Setelah terdiam sejenak, anak buah yang tadinya pergi mengumpulkan orang-orang langsung tertegun sejenak. Beberapa saat kemudian, dia baru perlahan-lahan berkata, "Menurutku, sebaiknya kita menyusun ulang rencana kita. Kita setidaknya harus memastikan semuanya beres terlebih dahulu."Adjie menganggukkan kepala, lalu tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, coba katakan kita harus bagaimana menyelesaikan masalah ini?"Mendengar perkataan itu, semua orang menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, anak buah itu mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau begitu, kami menyarankan untuk langsung membakar kemah musuh malam ini. Dengan begitu, kita bisa langsung menghancurkan mereka dengan satu serangan."Yang lainnya juga menganggukkan kepala, jelas mereka sangat setuju dengan usulan anak buah itu
Melihat Adjie yang masih bisa tersenyum, Hayam tertegun dan bertanya dengan sangat penasaran, "Kenapa kamu tertawa? Apa informasi ini keliru?"Adjie berkata, "Hehe. Aku juga nggak yakin apa informasi ini keliru, tapi yang pastinya semua akan baik-baik saja kalau kita bisa menyelesaikan masalah ini. Tapi, kita harus memastikan hal ini terlebih dahulu baru bisa menyusun rencana selanjutnya. Sekarang yang paling mendesak adalah mencari solusi untuk masalah utama kita."Hayam tertegun sejenak, lalu mengernyitkan alis dan berkata, "Sebelumnya memang sulit untuk memahami situasi ini, tapi sekarang yang paling penting adalah mencari solusi untuk menyelesaikannya."Adjie menganggukkan kepala, setuju dengan pendapat Hayam. Melihat waktunya sudah tidak banyak lagi, dia berkata, "Baiklah, hari ini waktunya sudah hampir habis. Kalau Tuan sudah tiba, pastikan untuk segera laporkan pada Tuan bahwa malam ini mereka akan langsung menyerang dari selatan dan utara. Ingat, kita harus bersiap-siap."Hayam
Ternyata orang yang datang bertemu dengan Adjie adalah Hayam yang datang ke sini bersama Wira.Setelah turun dari kuda dan membalas salam, Hayam tersenyum dan berkata, "Setelah Tuan menyuruhku bertemu denganmu di sini, aku baru tahu ternyata kamu sudah masuk ke Desa Riwut. Kamu bahkan menjadi wakil pertama di sana."Adjie tertawa dan perlahan-lahan berkata, "Hehe. Aku hanya beruntung saja. Tuan sudah tiba di sini?"Hayam menggelengkan kepala dan berkata, "Belum, tapi Tuan mengutusku datang ke sini lebih dulu. Sekarang kami hanya membawa 500 pasukan saja, sedangkan Tuan memimpin 10 ribu pasukan sedang dalam perjalanan ke sini."Mendengar perkataan itu, Adjie menganggukkan kepala. Setelah memastikan tidak ada orang di sekitarnya, dia tersenyum dan berkata, "Baiklah, semuanya tetap seperti rencana sebelumnya. Malam ini kita akan menyerang dari utara dan selatan secara bersamaan, tapi Desa Riwut hanya mengirim seribu orang. Jadi, sisanya tergantung pada kalian."Hayam langsung terkejut saa
Darsa langsung tertegun sejenak, lalu perlahan-lahan bertanya, "Apa yang sebenarnya telah terjadi? Ceritakan dengan jelas. Apa pasukan dari Kerajaan Nuala ini benar-benar begitu hebat?"Setelah menghela napas, Zaki akhirnya mulai menceritakan seluruh kejadiannya dengan detail.....Di sisi lain, Adjie sudah membawa banyak orang keluar dari Desa Riwut. Setelah tiba di sekitar Pulau Hulu, mereka segera berpencar menjadi beberapa tim."Bos, Guntur, kita tetap jalankan rencana kita sebelumnya, tapi kita baru mulai menyerang di malam hari. Kalau kita menyerang sekarang, jumlah kita yang sedikit ini bukan tandingan mereka," kata Adjie.Mendengar perkataan itu, semua orang menganggukkan kepala. Menurut mereka, jika kali ini mereka berhasil merebut Pulau Hulu, tempat ini akan menjadi milik Desa Riwut. Oleh karena itu, mereka sangat berhati-hati dalam menjalankan rencana Adjie, tidak berani bertindak sembarangan.Enji juga memberi hormat dan berkata, "Tenang saja, kali ini kita pasti akan berti
Melihat ekspresi Zaki masih terlihat bingung, Darsa tersenyum. Dia tentu saja tahu Zaki masih belum mengerti maksudnya. Dia tersenyum dan perlahan-lahan berkata, "Lihat bagian ini dulu. Kalau Wira ingin menyerang kita dari selatan, dia pasti harus melewati Desa Riwut karena hanya ada satu jalur yang bisa dilewati."Setelah tertegun sejenak, Zaki baru mengamati peta di depannya. Saat melihat jalur yang ditunjukkan Darsa, dia menganggukkan kepala dan perlahan-lahan berkata, "Sepertinya memang begitu."Pada peta itu, terlihat sebuah jalur yang langsung melewati Desa Riwut dan mengarah ke kota di selatan. Zaki menyadari pasukan dari Kerajaan Nuala juga hanya bisa melewati jalur itu, yang berarti mereka tetap harus melewati Desa Riwut untuk sampai ke sini. Jika begitu, dia bisa langsung memasang jebakan.Namun, mengingat perkataan Darsa sebelumnya, Zaki merasa sangat ragu. Setelah terdiam sejenak, dia mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kalau mengikuti rencana Tuan Darsa, tentu nggak akan a
Zaki langsung tertegun sejenak saat mendengar Darsa juga datang karena dia sangat mengenal sosok ini yang sebelumnya.Konon, Darsa pernah bersembunyi di lembah dan memiliki kemampuan meramal yang luar biasa. Namun, setelah ditemukan Bimala, dia langsung direkrut sebagai penasihat militer.Zaki benar-benar tidak menyangka kali ini Bimala bisa mengirim Darsa yang sangat berharga ke sini, sehingga dia pun langsung bangkit dan keluar dari tenda. Namun, begitu keluar, dia melihat sekelompok orang berjalan mendekat.Di antara kerumunan itu, ada seorang pemuda yang membawa pedang panjang di pinggangnya. Namun, tubuh mungilnya terlihat tidak serasi dengan zirahnya yang besar. Begitu melihatnya, ekspresi Zaki menjadi tidak ramah karena dia adalah Joko.Selain itu, ada seorang pria paruh baya yang berdiri di samping Joko. Pria ini mengenakan pakaian sederhana dari kain kasar tanpa membawa pedang, sepatunya bahkan hanya berupa sandal jerami. Siapa pun yang melihatnya akan mengira dia adalah rakya