Keduanya saling memuji, tetapi Taufik malah menatap Yudha dengan pandangan berkobar saat berkata, "Jenderal Yudha, pertemuan kita hari ini bisa dibilang sebagai jodoh. Aku nggak ingin saling membunuh denganmu. Kamu tarik saja pasukanmu.""Oh ya?" Yudha merasa kaget mendengar ucapannya. Dia menatap Raja Monoma dengan ragu-ragu, lalu bertanya, "Apa maksud Anda ini? Apa Anda mengira aku akan takut pada kalian?""Hehehe ...." Raja Monoma tertawa sinis. Tatapannya penuh dengan kecuekan dan sindiran. "Perkataan Jenderal kurang tepat. Aku tidak pernah beranggapan kalian akan kalah dari kami. Sebaliknya, reputasimu dalam medan perang sangat terkenal. Siapa yang tidak kenal dengan Jenderal Yudha? Kerajaan Nuala benar-benar beruntung punya jenderal gagah berani sepertimu!"Pujian ini justru membuat Yudha semakin curiga. "Kenapa begitu?""Sederhana sekali," lanjut Taufik. "Sebenarnya kali ini kami tidak serius ingin berperang dengan kalian."Mendengar ucapannya, Yudha semakin tidak mengerti apa y
Murad tampak sangat tenang. Dia tersenyum sambil menyesap bir, lalu menimpali dengan santai, "Nggak usah khawatir, bangsa Agrel nggak akan menyerang kita.""Benar, apa yang kalian khawatirkan? Tenang saja, hari ini kita akan minum-minum sampai puas dan mabuk!" seru salah satu tentara.Saat ini, kecemasan dan ketakutan dalam hati mereka pun sirna. Lagi pula, jenderal sudah berbicara demikian. Untuk apa mereka merasa khawatir lagi?Jadi, sekelompok orang itu mulai minum dan bernyanyi, mereka terlihat sangat gembira. Keributan ini pun menarik perhatian Braja.Dengan ekspresi gelisah, Braja bergegas menghampiri. Dia berkata dengan ekspresi serius, "Jenderal, sekarang adalah momen paling kritis dalam pertempuran kedua negara. Kita seharusnya berwaspada, jangan sampai lengah saat Kerajaan Agrel menyerang kita."Begitu mendengarnya, Murad dan para tentara yang sedang menikmati bir pun saling bertatapan. Kemudian, mereka sontak tertawa terbahak-bahak.Terlihat penghinaan di tatapan Murad saat
"Omong kosong!" Ekspresi Yudha tampak sangat suram. Dia membentak, "Jangan harap! Aku nggak akan tunduk pada penjahat seperti kalian!"Ucapan ini membuat wajah Taufik menjadi sangat masam. Setelah terdiam sesaat, dia tersenyum sinis dan mengejek, "Hehe, aku juga nggak akan memaksa kalau kamu nggak mau."Kemudian, dengan ekspresi dingin, Taufik meneruskan dengan nada menghina, "Sepertinya, pasukan dari Agrel sudah mulai bertarung dengan tentara yang menjaga perbatasan Kerajaan Nuala, 'kan?"Taufik terkekeh-kekeh dingin. Dia bertanya lagi dengan ekspresi mencemooh, "Memangnya kamu kira bisa membantu kalau pergi ke sana sekarang?"Ucapan ini membuat wajah Yudha dipenuhi amarah. Dia sangat mengkhawatirkan para tentara yang berjaga di perbatasan. Bagaimanapun, mereka semua hanya tahu bersenang-senang dan tidak pernah becus dalam bekerja.Hanya pengawal pribadinya, Braja, yang bisa diandalkan di sana. Namun, Braja tidak memiliki status apa pun, orang-orang itu tidak mungkin mendengarkannya.
Saat ini, beberapa tentara bergegas mengadang di depan Braja. Salah satunya berseru, "Jenderal, cepat kabur!"Braja pun menggertakkan giginya, lalu berbalik dan melarikan diri dari sana. Tanpa diduga, sebelum sempat mengambil langkah, mereka sudah dikepung lagi oleh orang-orang yang memegang pedang. Kecepatan orang-orang ini sangat tinggi, seperti ingin menghabisi mereka dengan kejam.Braja melawan mati-matian, tetapi malah ditikam dari belakang. Karena tidak bisa mengelak, lengan Braja juga dipotong sampai putus!Darah sontak menciprat. Rasa sakit yang dahsyat ini sampai membuat sekujur tubuh Braja gemetaran. Meskipun begitu, dia tetap berusaha untuk bertahan.Sementara itu, para tentara di belakang terus berjatuhan. Terlihat darah mengalir ke mana-mana dan mayat berserakan.Pada akhirnya, Braja yang tidak bisa melawan begitu banyak orang sendirian pun tewas dengan tragis.Pada saat yang sama, Raja Tanuwi memimpin 80.000 pasukannya untuk menyerbu barak di perbatasan. Di sisi lain, Mur
Ketika melihat musuh yang begitu banyak, Murad ketakutan hingga sekujur tubuhnya gemetaran. Zaabit yang berdiri di sampingnya pun tampak cemas. Dengan napas memburu, dia bertanya kepada Murad, "Jenderal, apa yang harus kita lakukan sekarang?"Pasukan menyerang perbatasan, mereka tidak memiliki kekuatan tempur. Murad menggertakkan gigi, lalu melambaikan tangannya dan membalas, "Kalau terus berada di sini, kita hanya akan mati!""Maksud Jenderal ...," tanya Zaabit.Murad menahan kepanikan dalam hatinya sembari menginstruksi, "Mundur! Kita hanya bisa mundur sekarang!"Zaabit yang berdiri di samping pun tertegun mendengarnya. Mundur? Jadi, Murad ingin mengabaikan kota dan para penduduk begitu saja?Zaabit menelan ludahnya dengan gelisah. Ketika ingin berbicara, dia malah mendapati Murad sudah melarikan diri dengan tergesa-gesa.Zaabit melirik sekilas para rakyat Provinsi Ladu. Kemudian, dia menggertakkan gigi dan ikut melarikan diri!Sebelum pasukan Raja Tanuwi menyuruh semuanya untuk meny
Dalam keadaan seperti itu, Kerajaan Monoma hanya akan menyerang Provinsi Suntra, sedangkan Raja Tanuwi akan menahan Yudha.Dengan kata lain, Kerajaan Nuala sudah berada dalam kondisi pasif, bahkan tidak memiliki peluang untuk melawan!"Hehe. Di sini terlalu jauh, kita nggak bisa mendengar suara apa pun meskipun ada keributan. Hais, sayang sekali, aku nggak bisa melihat pasukan kalian diserang habis-habisan!" ejek Taufik. Ejekan ini pun membuat ekspresi Yudha sangat masam."Yudha, aku tahu apa yang kamu khawatirkan. Kamu khawatir Kerajaan Agrel akan menyerang pusat Kerajaan Nuala, 'kan? Tenang saja, mereka nggak akan melakukan itu," lanjut Taufik.Yudha memicingkan mata mendengar ini. Sesudah merenung dengan saksama, dia baru memahami maksudnya."Kalian ... ingin menguasai salah satu provinsi secara utuh. Benar begitu?" tanya Yudha dengan nada dingin.Taufik pun tertawa terbahak-bahak sebelum menimpali, "Tepat sekali! Karena kamu memahaminya, mari kita membahasnya langsung. Aku rasa kam
Ekspresi Yudha tampak sangat suram saat mendengar perkataan Taufik ini. Saat ini, Taufik berkata lagi, "Yudha, tadi aku sudah bilang kami nggak akan menyerang Kerajaan Nuala. Tapi, kami pasti akan menguasai wilayah yang sudah kami taklukkan. Inilah alasan kami melakukan semua ini.""Jujur saja, karena kamu ditahan di sini, pasukan Agrel dan Monoma yang berjumlahkan 80.000 orang bisa saja menyerang 3 provinsi sekaligus. Raja Tanuwi sangat hebat, 10 hari sudah cukup baginya.""Tapi ... apa gunanya menyerang sebanyak itu? Lebih baik kami taklukkan 1 provinsi untuk dikuasai. Berhubung kalian nggak bisa melindunginya dengan baik, kami tentu nggak akan membiarkan kalian merebutnya. Jadi, yang ingin kami lakukan adalah menguasai 1 tempat secara utuh!" jelas Taufik yang menyunggingkan senyuman penuh kemenangan.Begitu mendengar penjelasan ini, Yudha merasa kebenarannya memang seperti itu. Kerajaan Nuala kacau balau sekarang. Yudha sendiri tidak tahu bagaimana cara mengatasi kekacauan ini. Saat
Begitu mendengar semua keluhan itu, Jihan kesal setengah mati!"Huh! Kalau Keluarga Juwanto nggak mengacau, mana mungkin ada kejadian seperti ini? Aku sudah memberikan 3 provinsi, tapi mereka masih nggak tahu diuntung.""Kita nggak akan kehilangan wilayah kalau Keluarga Juwanto nggak membuat onar! Sekarang, kalian ingin menyalahkanku atas masalah ini? Benar-benar menteri hebat!" bentak Jihan.Perkataan ini membuat para menteri itu seketika merasa malu. Mereka tahu bahwa yang dikatakan Jihan memang benar.Keluarga Juwanto ingin memisahkan 3 provinsi dari Kerajaan Nuala. Masalah ini tentu harus diatasi, mereka tidak mungkin membiarkan Keluarga Juwanto bertindak sewenang-wenang.Namun, tidak ada yang menyangka bahwa Kerajaan Agrel dan Kerajaan Monoma akan bekerja sama. Mereka bahkan bertindak segesit ini! Hanya dalam beberapa hari, mereka sudah mendapatkan hasil sebesar ini!Saat ini, Ardi berdiri dan berkata, "Yang Mulia, Kerajaan Agrel dan Kerajaan Monoma menyerang demi mendapatkan 1 pr
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m