Share

Bab 6 Ada Yang Tersembunyi

Penulis: Clavita SA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Zsalsya berjalan keluar dari kamar. Namun apa yang ada di depan mata membuatnya refleks berhenti melangkah. Kedua mata membelalak kala menyaksikan Rejho dan Endrick nyaris baku hantam.

"Pantas saja aku dilarang keluar dari kamar," gumamnya.

Dag Dig Dug! Detak jantung berdegup hebat dengan tangan gemetar tak karuan. Ia takut jika sampai ada pertumpahan darah di rumah itu, karena tampak dari matanya Rejho yang merah bak dipenuhi amarah.

Namun, Rejho langsung mundur dan menjauh dari Zsalsya ketika melihat permata merah pada kalung yang sinarnya membuat Rejho terganggu.

Sebelumnya Rejho tidak melihat permata merah pada kalung itu, karena memang sengaja Zsalsya menyembunyikan gantungan kalungnya dibalik pakaian. Namun, ketika ia berusaha membuka kunci kamar, tanpa disadari rupanya gantungan kalung itu keluar dan terlihat.

"Benda itu ... bagaimana dia bisa memiliki benda itu?!"

Sampai Rejho kabur dari hadapan mereka semua karena rasa takutnya. Walau ini bukan akhir dari semuanya.

Setelah keadaan seperti semula dan tak ada lagi yang menganggu, sontak saja Endrick pun berjalan cepat ke arah Zsalsya untuk menghampirinya.

"Bukannya saya sudah bilang agar jangan keluar sebelum saya pinta!"

Endrick tampak geram dengan Zsalsya yang tidak mau menurut dengan keinginannya. Ia memasang wajah lebih datar dan dingin, menampakkan jelas kekesalannya.

Setelah mendiamkannya selama beberapa saat, Endrick kembali menoleh ke arah Zsalsya. "Tadi siapa yang membuka kuncinya?" Ada rasa heran yang terselip dalam benaknya.

Zsalsya yang mendapati pernyataan itu hanya terdiam, menyembunyikan yang diketahuinya. "Aku harap dia tidak curiga," batinnya dengan sorot mata melihat ke arah Endrick.

Lantas, Endrick yang melihat Zsalsya hanya terdiam pun membuatnya melihat ke sekeliling rumah itu. Ia memutar tubuhnya melihat para pelayan dan bodyguard yang ada di sana.

"KATAKAN SIAPA YANG MEMBUKANYA?!" teriaknya geram.

Akan tetapi, semuanya hanya menunduk takut sembari menggelengkan kepala samar. Mereka tampak sangat ketakutan dengan amukan Endrick yang berteriak kencang di ruangan itu.

Bahkan, sejujurnya Zsalsya pun ketakutan, tetapi ia pandai-pandai menyembunyikan hal itu.

Sebelumnya Endrick sudah memperingatkan hal itu, tetapi Zsalsya tidak mau mendengarkan. Ia hanya mengikuti keinginan dan rasa penasarannya yang tak kunjung habis dalam benaknya saja.

Rosmala yang melihat Endrick tampak sangat marah pun membuatnya bergegas menenangkan. "Sabar, Nak, jangan terlalu emosional begini," bisiknya.

Tadi, Endrick merasa marah karena tidak ada yang mendengarkan perintahnya. Padahal, hal itu ia perintahkan demi kebaikan Zsalsya, pendatang baru di rumah ini yang belum tahu betul mengenai ambisi Ayahnya.

Walaupun di sisi lain Zsalsya ....

"Apa ini? Kenapa aku harus terjebak dalam keadaan begini?" gumamnya. Ia masih heran dengan apa yang dialaminya. Dirinya khawatir bukan kembali ke masa lalu untuk memperbaiki hidup, melainkan terjebak dalam masalah baru.

Kejadian itu membuat banyak pertanyaan terus berputar di dalam kepala tanpa ada jawabnya. Sungguh membingungkan karena sebelumnya tidak pernah mengalami hal semacam ini. Ia bahkan tidak pernah melihat sosok pria asing berkulit hitam pekat begitu.

Kini Rosmala mendekati Zsalsya untuk mengalihkan pikiran wanita muda itu yang tampak sangat kebingungan.

"Nak, daripada kamu bingung, sekarang ikut Mama, yuk!" ajaknya.

Zsalsya mengikuti Rosmala. Ia terus berjalan hingga sampai di sebuah ruang makan.

"Sepertinya kamu belum makan malam, sekarang mending kita makan dulu!"

Zsalsya memandangi tempat itu. Meja makan yang dipenuhi berbagai macam makanan enak yang tidak pernah ia nikmati sebelumnya.

Kruuukk!

Pada saat yang sama, cacing dalam perutnya berbunyi. Ia memegang perut itu lalu menelan ludah pelan kala aroma makanan membangunkan rasa laparnya.

Rosmala tersenyum. "Mama juga mau makan, kita makan sama-sama saja!" Ia membalikkan piring di meja makan dan mengambilkan makanan yang ada.

"Mau makan sama apa lagi, Nak?" tanyanya setelah mengambilkannya nasi dan rendang.

Jujur. Zsalsya sangat tergoda dengan semacam makanan berlemak itu. Kini, ia pun tidak bisa menolaknya lagi. "Aku lapar ...!" Air liur itu bahkan nyaris menetes ke meja.

"Tidak apa-apa, biar saya yang mengambilnya sendiri," ungkap Zsalsya merasa tidak enak hati ketika Rosmala justru yang melayani dirinya.

Keramahan dan kebaikan Rosmala membuat Zsalsya merasa bersalah saat sebelumnya sempat berpikir yang tidak-tidak mengenai wanita di sampingnya itu.

"Jangan sungkan begitu .... Anggap saja aku ini sebagai Mama kamu sendiri. Jangan merasa tidak enak, malah kalau ada apa-apa dan mau sesuatu, tinggal bilang saja sama Mama, kalau bisa Mama beri pasti akan Mama berikan~!" tuturnya sambil tersenyum.

Senyuman yang terlontar dari bibirnya tampak tulus. Zsalsya yang mendengarnya menjadi tersentuh. Terlebih sebelumnya ia tidak pernah merasakan perhatian dari wanita lain sebaik ini.

Air mata membendung, tetapi dengan cepat ia menenangkan dirinya, memandangkan matanya ke langit-langit sampai air mata itu tidak jadi turun.

"Ini, kamu makan yang banyak supaya tidurnya nyenyak~!" ujar Rosmala menyodorkan piring seraya tersenyum ramah kepadanya.

Merasakan kebaikan Rosmala yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Ia pun mengambil piring dan membantu mengambilkan makanan yang tersedia di sana untuk membalasnya.

"Tidak usah, Nak, biar Mama yang mengambilnya sendiri!" ungkap Rosmala.

Tetapi Zsalsya tidak mendengarkan.

"Lauknya mau apa saja, Ma?" tanya Zsalsya.

Pada saat ia tengah mengambilkan makanan untuk Rosmala, dirinya langsung terdiam kala sebuah ingatan kecil terbesit dalam kepala.

Zsalsya teringat pada kelembutan sang Ibu ketika masih hidup. Hanya saja, ia malah hidup di zaman ketika dirinya belum menikah, karena keinginan pertama dalam hatinya sebelum meninggal adalah ingin mengubah kehidupan pernikahannya menjadi lebih baik.

"Nak, kamu kenapa?" tanya Rosmala. Zsalsya masih hanyut dalam lamunan.

Sampai tangan mendarat di bahu Zsalsya, memegangnya. Barulah ia terbangun dari lamunan itu dan dengan cepat menyodorkan piring itu kepada Rosmala.

"Apa yang sedang kamu pikirkan?"

Zsalsya menggelengkan kepala. Kalaupun bercerita, ia merasa hal itu malah akan membuatnya semakin sedih karena tidak bisa merasakan sesuatu yang serupa lagi.

Kalaupun bisa, jika dengan orang yang berbeda, maka rasanya akan berbeda pula.

"Ceritakan saja sama Mama apa yang membuat kamu sedih. Jangan kamu pendam sendirian tanpa bercerita~!"

Namun, Zsalsya masih belum bisa terbuka dengan Rosmala. Ia merasa belum saatnya ia menceritakan hal itu kepada orang lain, terutama orang yang baru dikenalnya dalam beberapa jam.

"Ya sudah, sekarang makanannya dihabiskan~!"

Pada saat yang bersamaan, Endrick datang ke ruang makan. Ia duduk tepat berhadapan langsung dengan Zsalsya.

Zsalsya yang melihat Endrick tiba-tiba datang dan langsung menatap matanya, membuatnya tergugup. Ia mencoba menghindari kontak mata, ketika Endrick dengan berani terus menatapnya.

"Apa yang terjadi pada orang ini? Kenapa dia terus menatap serius begitu?"

Zsalsya pura-pura fokus makan, tetapi gerak geriknya tidak dapat membohongi Endrick.

Bab terkait

  • Perjalanan Balas Dendam Termanis   Bab 7 Ketika Mencurigai Target

    Sampai melihat Zsalsya selesai makan, Endrick berdiri dan berbicara kepadanya dengan wajah datar."Ada yang mau saya bicarakan sama kamu. Bisa ikut saya sebentar?" Batin Zsalsya bergemuruh penuh tanya. Rasa penasaran terus berjalan-jalan di kepala mengenai ajakan Endrick. Sungguh, kali ini ia tidak bisa menebaknya. "Entah apalagi yang akan ia katakan padaku?" Otaknya seakan berhenti berpikir kala pikiran bercabang datang bersamaan mengisi kepala. Bukan hanya memikirkan strategi untuk mengubah hidupnya saja, tetapi ia juga memikirkan sang Ayah yang jauh di sana. Ia khawatir jika kedua pertirian itu melakukan sesuatu yang buruk."Semoga Papa baik-baik saja di sana." Do'anya dalam hati dengan penuh harap. Sebab, untuk pulang pun rasanya tidak mungkin setelah ia membatalkan pernikahannya dengan Arzov.Mereka terus berjalan, mengayunkan langkah kaki di antara marmer putih yang mengkilat. Ditemani angin malam yang berhembus menusuk memasuki rongga kulit hingga menciptakan rasa dingin.Sem

  • Perjalanan Balas Dendam Termanis   Bab 8 Ada Yang Aneh

    Suara langkah kaki terdengar mengikuti. Zsalsya yang tengah berjalan dengan ditemani salah seorang pelayan pun membuatnya curiga. Ia mempercepat langkah kakinya, tetapi suara langkah kaki baru itu terdengar seolah mengejarnya."Tunggu, Nona!" Zsalsya menghentikan langkah kakinya. Ia menelan ludah dengan pikiran tak nyaman karena menduga yang tidak-tidak."Siapa lagi itu?" gumamnya.Perlahan, ia menoleh dan ....Sontak saja pria itu berhenti melangkah setelah berusaha menyusul Zsalsya. Ia memandang wajah pelayan itu seolah memberi isyarat untuk pergi dari hadapan mereka."Baik, Nona, kalau begitu saya permisi~!" Pelayan itu membungkuk sopan, membalikkan badannya dan pergi.Sedangkan Ibram, ia menggantikan pelayan itu untuk menemani Zsalsya ke sebuah kamar yang dituju."Biar saya antar Anda ke kamar!" katanya dengan sopan.Zsalsya tidak mengenal orang itu, tetapi ia yakin bahwa ia pasti orang suruhan. Entah itu suruhan Endrick atau mungkin Rosmala, begitulah pikirnya."Baiklah," sahutn

  • Perjalanan Balas Dendam Termanis   Bab 9 Dua Kotak Spesial

    "Tuan, ini informasi yang saya dapatkan hari ini," ucap Ibram seraya memperlihat sebuah foto pada ponsel yang dipegangnya.Endrick tampak begitu antusias, bahkan pupil matanya sampai membesar kala melihat foto yang baru saja disodorkan oleh Ibram itu.Rupanya, saat Zsalsya dalam keadaan lengah, secara diam-diam Ibram memotretnya dari jarak jauh. Itulah mengapa Ibram tak langsung pergi ketika Zsalsya sudah memasuki kamarnya, tujuannya memang ingin mendapatkan kesempatan yang pas untuk memotret Zsalsya beserta kalung yang dipakainya.Kini, rasa yakin itu semakin bertambah, walau dirinya masih harus mencari tahu lebih lanjut mengenai hal ini."Tetap rahasiakan ini, jangan sampai ada yang tahu, termasuk Zsalsya!" perintahnya."Tentu, Tuan.""Sekarang kau boleh pergi istirahat!" Ibram membungkuk sopan. Lalu, melangkahkan kakinya pergi dari ruangan itu.Endrick menyeringai, ia teringat pada sosok wanita bergaun panjang warna merah muda dengan topeng hitam sewaktu di bar. Bayangannya masih

  • Perjalanan Balas Dendam Termanis   Bab 10 Tulus Atau Modus?

    Beberapa saat sebelumnya, Mariana datang ke kamar Endrick. Sebab semalam belum mendapat jawaban mengenai Endrick yang tiba-tiba membawa Zsalsya ke kediaman itu. Mariana meminta penjelasan itu kepada anaknya. Endrick pun menjelaskan tujuannya membawa Zsalsya ke rumah itu.Tetapi, karena melihat sebuah kotak di kamar Anaknya, Mariana pun langsung bertanya. "Dua kotak itu untuk siapa?" Ia merasa penasaran dengan hal itu."Itu untuk Zsalsya, Ma. Nanti aku akan meminta pelayan untuk membawanya ke sana."Mendengar hal itu, Mariana pun langsung antusias memberikan penawaran. "Biar Mama saja yang membawanya ke sana.Mariana rela melakukan itu, supaya Zsalsya semakin nyaman di rumah itu. Ia ingin jika Zsalsya merasa dicintai, karena jika merasa terabaikan maka sudah pasti tidak akan betah berada di sana. Itulah yang tersisip dalam pikiran Mariana sewaktu memberikan penawaran itu.Cklek! Zsalsya yang baru selesai mandi pun segera melangkah keluar. Tetapi, rupanya seorang pelayan dan Mariana sud

  • Perjalanan Balas Dendam Termanis   Bab 11 Aku Tidak Ingin Mengenalmu

    "Tunggu sebentar!" tahan Endrick sembari mengambil kotak lain yang ada di sana. Kotak berwarna abu tua yang mana ketika dibuka, itu berisi sepasang jam tangan kulit dan pada bagian bulatannya bertabur berlian.Endrick memakai salah satu jam tangan itu sisanya ia serahkan kepada Zsalsya. "Pakailah, supaya semua yakin kalau kita pasangan!" pintanya. Masih bernada datar dan membuat Zsalsya bertanya-tanya mengenai sikapnya."Kenapa sekarang dia tidak memasangkan jam tangan ini pada pergelangan tanganku? Apa dia kesal karena aku sempat menolak bantuannya saat memasangkan heels?" batinnya seraya melirik ke arah Endrick yang sedang sibuk sendiri dengan jam tangan barunya.Selepas memasang jam tangan ke pergelangan tangannya sendiri, Endrick tidak langsung keluar. Melihat Zsalsya yang masih terdiam, membuatnya langsung bertanya."Kenapa jam tangannya tidak dipakai? Mau saya pakaikan?"Zsalsya yang agak hanyut dalam lamunan itu pun langsung tersadarkan. Ia terhenyak, dan dengan gugup menjawab

  • Perjalanan Balas Dendam Termanis   Bab 12 Perbincangan Hangat

    Di kantor, ruang rapat.Ketika itu hendak diadakan rapat perusahaan mengenai proyek besar yang kini dilanjutkan oleh Endrick, karena kini Empires Group telah diwariskan kepada Endrick sebagai anak tunggal Rosmala. Tanggung jawab itu memang sengaja dipercayakan kepada Endrick, karena Rosmala merasa bahwa kini sudah saatnya untuk membuat anaknya membiasakan diri mengelola perusahaan."Dengar-dengar Pak Endrick membawa seorang wanita cantik. Saya penasaran itu siapa? Apa itu mungkin sekretaris barunya?" ucap salah seorang karyawan yang berbisik kepada yang lainnya."Benarkah?" sahut karyawan lain."Pasti sangat beruntung wanita itu kalau menjadi sekretarisnya, karena bisa berdekatan dengan pria setampan Pak Endrick.""Benar. Tapi, bagaimana dengan sekretaris lama? Apa akan dipecat?"Semuanya bertanya-tanya, kala beberapa dari mereka ada yang melihat kebersamaan Endrick dan Zsalsya di kantor.Tak satupun dari mereka menduga bahwa itu kekasih atau pun istrinya. Karena, sejak lama tak ada y

  • Perjalanan Balas Dendam Termanis   Bab 13 Senyuman dan Kelicikan

    Rapat proyek perusahaan telah usai. Semuanya karyawan bubar dan kembali ke tempat mereka masing-masing. Tetapi, Zsalsya masih berdiam diri di kursi dengan kedua kaki yang terus digerak-gerakkan. Endrick yang memperhatikan gerakkan kaki itu hanya menyeringai. "Ayo kita pergi!" ajaknya."Tapi saya mau pergi ke toilet dulu!" "Iya, ayo!" ajak Endrick sembari menarik pergelangan tangan Zsalsya.Namun, saat itu Zsalsya menahannya. "Tunggu sebentar, saya mau tahan dulu."Endrick pun memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku celana. Ia berdiri menunggu Zsalsya sampai wanita itu siap untuk melangkah."Ayo cepat, saya sudah tidak bisa menahannya lebih lama lagi!" ujar Zsalsya sembari berjalan keluar dari ruangan itu.Endrick pun berjalan, ia menariknya, membawa Zsalsya ke ruangan miliknya.Sekretaris yang ruangannya berdekatan dengan Endrick pun melirik datar. Hatinya seolah tengah mengumpat sesuatu mengenai mereka berdua. Seperti ada rasa cemburu yang disembunyikan dalam-dalam di hatinya

  • Perjalanan Balas Dendam Termanis   Bab 14 Seperti Anak Tiri

    "Sayang, apa boleh saya meminta tolong padamu?" seru Zsalsya sembari menoleh ke arah Endrick."Perlu bantuan apa kamu?" Endrick mendekat dan kini berdiri di samping Zsalsya."Tolong kamu minta Ibram supaya membawanya pergi sini!" pinta Zsalsya.Nana yang mendengar hal itu pun langsung protes tak terima dan mulai kembali berdrama. "Kak, kenapa Kakak melakukan semua ini padaku. Aku datang ke sini untuk melihat keadaan Kakak. Kenapa malah mengusir aku?" Zsalsya sudah tahu bagaimana Nana melakukan drama palsu itu. Ia sudah merasa malas dan tidak ingin meladeninya lagi."Ibram, bawa dia keluar dari ruangan ini!" perintah Endrick. Ia menoleh ke arah Ibram dengan kedua tangan bersemayam di dalam saku celana.Ibram melangkah ke depan dan langsung memegang lengan Nana yang pada akhirnya dibawa keluar sesuai dengan perintah Endrick."Kak, sejak kapan Kakak berubah begini? Kenapa sikapmu seolah tidak mengenalku?!" seru Nana sembari menahan untuk tidak dibawa keluar dari ruangan itu.Tenaga Na

Bab terbaru

  • Perjalanan Balas Dendam Termanis   Bab 309 END

    Karena kecelakaan terjadi saat Firman sudah tancap gas pergi, sehingga ia tidak tahu bahwa di sana telah terjadi kecelakaan. Ia juga tidak tahu jika yang mengalami itu adalah Mariana.Firman hanya fokus untuk pulang ke rumah tanpa berpikir apapun. Zsalsya yang kala itu tengah memasak pun mendadak ingat kepada Ayahnya, yang membuatnya langsung menghentikan tangannya. Ia melamun, hingga percikan minyak itu membuatnya langsung terhenyak kaget dan menjauh dari wajan tersebut.Endrick yang melihat itu langsung meniupi tangan Zsalsya yang terkena percikan minyak. "Biar pelayan kita saja yang melakukannya!"Endrick menoleh ke samping -- tepatnya ke arah pelayan yang ada di sana. "Tolong kamu lanjutkan!""Baik!" sahut salah seorang pelayan yang saat itu tengah berdiri di sana. Tetapi begitu mendapat perintah, ia pun langsung menuju wajan yang ada di sana.Endrick mengajak Zsalsya pergi menuju kursi yang ada di sana. "Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Endrick yang melihat Zsalsya dengan tata

  • Perjalanan Balas Dendam Termanis   Bab 308 Karma Atas Kejahatan

    "Baik, biar saya periksa dulu," ujar dokter itu yang kemudian melakukan pemeriksaan terhadap Firman.Sementara di sana, Mariana mengintip dan kini tengah bersembunyi. Ia terus memperhatikan Firman yang saat ini tengah diperiksa oleh dokter tersebut. "Mana obatnya?" gumamnya.Selang lima menit, pemeriksaan selesai. Dokter itu pun kemudian pergi sebentar untuk mengambil obat untuk Firman.Di kala dokter itu mengambilkan obat, Mariana yang sudah sejak tadi menunggu saat itu tiba pun membuatnya langsung bergegas pergi sejenak mengikuti kemanapun dokter itu pergi.Mariana menghampiri dokter itu ketika obat pada sebuah kotak kecil itu tergeletak di meja."Dok, saya mau memeriksa jantung saya yang sedang kurang baik. Dokter mana, ya, yang suka memeriksanya?" tanya Mariana seraya mengenakan maskernya. Ia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa.Dengan santainya, dokter itu pun kemudian menyahut. "Saya dokter jantung. Kalau mau, bisa saya periksa, tapi biarkan saya melayani pasien yang lain dul

  • Perjalanan Balas Dendam Termanis   Bab 307 Penguntit

    Rosmala yang belum mendapat kabar apapun, baik itu dari Endrick maupun dari Priyatna -- sopir pribadi Endrick, membuatnya mondar-mandir karena khawatir."Kenapa belum juga ada kabar apapun?" gumam Rosmala yang saat itu dalam kebingungan. Meskipun begitu, ia merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja.Tak lama dari itu, sebuah mobil memasuki halaman rumah dan kemudian mobil itu menepi.Rosmala yang terus mondar-mandir di teras pun langsung menghentikan langkah kakinya. Segera saja ia menuruni sedikit tangga dan langsung menghampiri mobil tersebut yang mana ia pikir bahwa itu adalah Endrick dan seharusnya bersama Zsalsya.Begitu pintu mobil terbuka, langsung terlihatlah kaki Endrick yang keluar dari sana."Nak, akhirnya kamu kembali! Mana Zsalsya?" tanya Rosmala. Ia melihat ke dalam mobil dan saat itu Zsalsya pun memang hendak keluar dari mobil tersebut.Begitu Zsalsya turun, Rosmala langsung memeluk menantunya. "Akhirnya kamu kembali juga. Mama khawatir dengan keadaan kalian. Mengingat

  • Perjalanan Balas Dendam Termanis   Bab 306 Titik Kekalahan Para Penjahat

    Telepon Endrick yang saat itu sudah terhubung dengan Piryatna yang merupakan sopir kepercayaannya membuatnya bisa tahu kapan ia akan bergerak melakukan tugasnya. Setelah tahu bahwa Zsalsya ditemukan di lantai dua, sopir pribadi itu pun langsung mengajak kepada para bodyguard untuk mengikuti Endrick ke lantai atas sana. Sedangkan polisi, pada saat yang sama mereka juga masuk dan langsung menyergap. Sontak saja, semua preman yang ada di sana pun langsung berusaha kabur, termasuk Arzov. Namun sayangnya, polisi yang datang jauh lebih banyak dibanding para preman itu sendiri. "Jangan bergerak!" ujar salah seorang polisi sembari menembakkan pistol ke atas. Preman yang saat itu masih berada di sana pun langsung angkat tangan kala para polisi yang sejak awal sudah siap sedia untuk menangkap mereka kini memperlihatkan diri mereka. "Sialan! Kenapa harus ada banyak polisi!" gumam Arzov dengan kedok yang masih terpasang di kepala hingga menutup wajahnya. Namun, polisi yang bertugas la

  • Perjalanan Balas Dendam Termanis   Bab 305 Pembebasan

    DOORR!!!Endrick melesatkan peluru dari pistol yang dipegangnya. Sontak, polisi yang sudah bersiap pun langsung turun dari mobil dan mengepung rumah itu. Kyora tidak tahu jika rumahnya telah terkepung dan tidak memiliki jalan lagi untuk keluar.Sekalipun polisi yang mengepung, tetapi mereka tidak langsung masuk ke dalam. Para bodyguard Endrick hanya bersiap siaga di luar rumah."Serahkan Zsalsya padaku sekarang juga!" pinta Endrick. Namun, preman yang ada di sana seolah langsung siap siaga untuk menyerang Endrick. Para saat yang sama, ketika mereka hendak menyerang, Endrick melesatkan peluru ke sebuah botol kaca yang ada di sana, hingga tercipta suara berisik yang membuat para bodyguard Endrick keluar. Ketika para preman lengah karena fokusnya teralihkan kepada para bodyguard Endrick. Lada saat itulah Endrick pergi untuk mencari keberadaan Zsalsya. Endrick memplintir tangan Kyora ke belakang dan langsung menodongnya. "Cepat tunjukkan padaku di mana Zsalsya sekarang berada!" perint

  • Perjalanan Balas Dendam Termanis   Bab 304 Taktik Penyelamatan

    "Ma, aku pergi sekarang!" pamit Endrick ketika dirinya sudah menambahkan jaket pada pakaian atasnya. "Iya, Nak!" sahut Rosmala.Mereka yang telah mengatur rencana untuk segala sesuatunya pun kemudian berangkat dari rumah itu untuk kemudian pergi menuju lokasi alamat yang ia dapatkan sebelumnya.Endrick memasuki sebuah mobil. Ia kembali mengemudi sendiri. Kali ini, ia menggunakan mobil yang lain dengan warna putih. Rosmala yang saat itu melihat Anaknya berangkat untuk menyelamatkan Zsalsya pun hanya berdo'a agar selamat dan mereka menjalankan rencana dengan baik dan berhasil, agar bisa membawa Zsalsya kembali.Setelah Endrick pergi, di belakang itu, mobil yang dikemudikan oleh para bodyguardnya ada di belakang mobil Endrick. Hanya saja, saat itu cukup berjarak. Sebab, Endrick tidak mau jika lawan menganggap bahwa Endrick datang bersama orang lain."Zsa, tunggu aku, aku datang untuk menyelamatkanmu sekarang! Kita pasti akan bersama lagi!" ujar Endrick sembari mengemudi. Pandangannya f

  • Perjalanan Balas Dendam Termanis   Bab 303 Sebagai Pengingat

    "Tidak tahu terima kasih! Disuapin malah dimuntahin! Makan saja sendiri, terserah kalau kamu lapar juga!" sentak Arzov. Ia menaruh piring itu di meja dan kemudian melangkah pergi dari tempat itu.Arzov segera menemui Kyora, yang mana ada janji yang belum ia tagih sekaligus belum ia dapatkan pula uang yang dijanjikannya.Zsalsya berusaha untuk melepaskan dirinya, tetapi masih susah. "Aku mau buang air! Tolong lepaskan ikatan tanganku!" pinta Zsalsya dengan tegasnya.Namun, kedua preman itu hanya saling memandang satu sama lain. Mereka seolah tengah saling melempar kode melalui pandangan mata. Memutuskan apakah harus melepaskan ikatan tangan Zsalsya atau malah mengabaikannya.Mereka juga takut jika Zsalsya ternyata membohongi mereka, untuk itulah kedua preman itu tidak mau langsung percaya begitu saja."Apa kalian mau melihat aku buang air di sini?!" tambah Zsalsya dengan sedikit ancaman halus yang membuat kedua preman itu bingung dalam memilih. Namun, tak lama setelahnya, Arzov kembal

  • Perjalanan Balas Dendam Termanis   Bab 302 Dipaksa

    Dalam kesendiriannya, Zsalsya hanya harus menahan rasa takut dalam dirinya kala di tempat yang gelap itu ia sendirian. Namun, kemudian sebuah pikiran berlarian di kepala."Tapi waktu itu saja aku bisa melarikan diri. Bagaimana kalau sekarang aku juga mencobanya?" batin Zsalsya dalam diamnya. Ia terus memikirkan hal itu.Zsalsya melihat ke sekeliling. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat erat di pergelangan tangan dan kakinya itu. Tetapi, rupanya di tempat itu terdapat cctv tersembunyi. Kyora dan anak buahnya terus memantau sampai mendapat kabar dari Endrick bahwa pria itu datang ke tempat tersebut untuk menjemput Zsalsya.Semalaman Zsalsya tidak bisa tidur. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tetapi dirinya tidak bisa membuka ikatan itu.Kyora yang memperhatikan setiap gerak-gerik Zsalsya itu hanya diam seraya menopang dagu. Sesekali ia menyungging licik dengan apa yang dilihatnya saat itu."Sekarang kamu tidak akan bisa kabur atau melepaskan diri dariku lagi. Aku tidak akan sebod

  • Perjalanan Balas Dendam Termanis   Bab 301 Jangan Percaya Manusia Licik

    Sampai di dalam kamar, para pelayan yang ada di sana sontak mengambil kotak P3K untuk merawat luka Endrick. Lukanya sangat parah dan saking khawarisnya, Rosmala langsung memanggil dokter.Rosmala duduk di samping Endrick seraya membelai rambutnya. "Nak, kenapa ada orang jahat yang berani melakukan hal ini sama kamu?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.Ibu mana yang tidak bersedih saat anak semata wayangnya terluka parah. "Mama tidak akan pernah memaafkan kesalahan orang yang tega melakukan semua ini!" ucapnya.Tak perlu menunggu waktu lama, dokter yang dipanggil oleh Rosmala beberapa saat yang lalu pun kemudian datang. Ia membawa alat untuk memeriksa kondisi pasiennya tersebut."Dok, tolong periksa. Saya tidak mau sesuatu terjadi pada tubuhnya!" pinta Rosmala kepada dokter itu.Dokter itu tersenyum seraya mengeluarkan alat untuk memeriksa. "Baik, biar saya periksa dulu kondisinya, ya," sahut dokter itu.Mulai dari detak jantung dan semua luka yang ada pada tubuh Endrick, semuanya dipe

DMCA.com Protection Status