Di kantor, ruang rapat.Ketika itu hendak diadakan rapat perusahaan mengenai proyek besar yang kini dilanjutkan oleh Endrick, karena kini Empires Group telah diwariskan kepada Endrick sebagai anak tunggal Rosmala. Tanggung jawab itu memang sengaja dipercayakan kepada Endrick, karena Rosmala merasa bahwa kini sudah saatnya untuk membuat anaknya membiasakan diri mengelola perusahaan."Dengar-dengar Pak Endrick membawa seorang wanita cantik. Saya penasaran itu siapa? Apa itu mungkin sekretaris barunya?" ucap salah seorang karyawan yang berbisik kepada yang lainnya."Benarkah?" sahut karyawan lain."Pasti sangat beruntung wanita itu kalau menjadi sekretarisnya, karena bisa berdekatan dengan pria setampan Pak Endrick.""Benar. Tapi, bagaimana dengan sekretaris lama? Apa akan dipecat?"Semuanya bertanya-tanya, kala beberapa dari mereka ada yang melihat kebersamaan Endrick dan Zsalsya di kantor.Tak satupun dari mereka menduga bahwa itu kekasih atau pun istrinya. Karena, sejak lama tak ada y
Rapat proyek perusahaan telah usai. Semuanya karyawan bubar dan kembali ke tempat mereka masing-masing. Tetapi, Zsalsya masih berdiam diri di kursi dengan kedua kaki yang terus digerak-gerakkan. Endrick yang memperhatikan gerakkan kaki itu hanya menyeringai. "Ayo kita pergi!" ajaknya."Tapi saya mau pergi ke toilet dulu!" "Iya, ayo!" ajak Endrick sembari menarik pergelangan tangan Zsalsya.Namun, saat itu Zsalsya menahannya. "Tunggu sebentar, saya mau tahan dulu."Endrick pun memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku celana. Ia berdiri menunggu Zsalsya sampai wanita itu siap untuk melangkah."Ayo cepat, saya sudah tidak bisa menahannya lebih lama lagi!" ujar Zsalsya sembari berjalan keluar dari ruangan itu.Endrick pun berjalan, ia menariknya, membawa Zsalsya ke ruangan miliknya.Sekretaris yang ruangannya berdekatan dengan Endrick pun melirik datar. Hatinya seolah tengah mengumpat sesuatu mengenai mereka berdua. Seperti ada rasa cemburu yang disembunyikan dalam-dalam di hatinya
"Sayang, apa boleh saya meminta tolong padamu?" seru Zsalsya sembari menoleh ke arah Endrick."Perlu bantuan apa kamu?" Endrick mendekat dan kini berdiri di samping Zsalsya."Tolong kamu minta Ibram supaya membawanya pergi sini!" pinta Zsalsya.Nana yang mendengar hal itu pun langsung protes tak terima dan mulai kembali berdrama. "Kak, kenapa Kakak melakukan semua ini padaku. Aku datang ke sini untuk melihat keadaan Kakak. Kenapa malah mengusir aku?" Zsalsya sudah tahu bagaimana Nana melakukan drama palsu itu. Ia sudah merasa malas dan tidak ingin meladeninya lagi."Ibram, bawa dia keluar dari ruangan ini!" perintah Endrick. Ia menoleh ke arah Ibram dengan kedua tangan bersemayam di dalam saku celana.Ibram melangkah ke depan dan langsung memegang lengan Nana yang pada akhirnya dibawa keluar sesuai dengan perintah Endrick."Kak, sejak kapan Kakak berubah begini? Kenapa sikapmu seolah tidak mengenalku?!" seru Nana sembari menahan untuk tidak dibawa keluar dari ruangan itu.Tenaga Na
Zsalsya terus mengayunkan kakinya menuju mobil. Ibram membuka pintu mobil itu dan mempersilakan Zsalsya masuk, namun entah kenapa seperti ada bisikan yang meminta Zsalsya untuk menoleh ke samping. Intuisi tajamnya seakan mengatakan sesuatu."Kenapa aku merasa ada yang mengintaiku?" batin Zsalsya, curiga. Ia memutar perlahan tubuhnya dan melihat ke segala penjuru di tempat parkir, tetapi ia tak menemukan orang yang mencurigakan seperti apa yang dirasakan oleh hatinya melalui insting.Ibram yang keheranan pun ikut melihat ke arah sebagaimana Zsalsya melihat. "Ada apa, Nona? Apa ada sesuatu?" tanyanya.Namun, Zsalsya memasuki mobil dengan jawaban singkat. "Tidak ada. Ayo antar saya ke kantor sekarang!" pintanya."Baik, Nona."Blam! Ibram menutup pintu mobil itu kembali. Ia berjalan memasuki mobil menuju tempat dirinya menyetir. Kala itu, Zsalsya duduk di jok tengah. Dahinya berkerut sembari berpikir keras memikirkan apa yang terjadi sebelumnya. "Hanya perasaanku saja atau apa?" gumamnya
Di depan komputer, Zsalsya terus fokus dengan tugasnya, walau masalah yang ada di hidupnya terus gentayangan di kepala. Ia sendiri tidak tahu harus bagaimana, tetapi ia berusaha untuk melupakannya melalui kesibukan yang dimiliki.Tak lama dari itu, Mariana yang masih ada di kantor masuk. Tanpa mengetuk pintu, wanita licik itu masuk begitu saja.Dengan langkah santai dan pasti, kedatangan Mariana membuat Zsalsya tidak fokus bekerja karena beberapa pertanyaan tiba-tiba muncul dalam kepala."Mama?" gumam Zsalsya.Wanita itu mendekat dan langsung duduk di kursi langsung mendekati. Rasa khawatir semakin bertambah ketika tatapan mata Mariana seperti memiliki maksud buruk. "Sepertinya kau sangat sibuk? Bagaimana dengan harimu?""Ya, seperti yang terlihat."Mariana menyinggung remeh. "Setelah kejadian waktu itu, rupanya kau tidak tahu malu. Wajahmu cukup tebal dalam menyembunyikan masalah yang ada."Zsalsya mencoba menahan kekesalannya ketika Ibu tiri membuatnya tambah kesal. "Jadi, apa tuju
"Duduk!" pinta Firman.Zsalsya menurunkan tubuhnya dan duduk di kursi sofa itu. Dirinya menaruh tas selempang yang ada di bahu dan perlahan mulai menyiapkan diri untuk bicara."Ada apa kamu datang ke ruangan Papa? Bagaimana dengan pekerjaanmu, apa kau mengalami kesulitan?" tanya Firman."Pa, Zsalsya mau bilang dan minta sama Papa supaya mereka tidak datang ke ruangan saat Zsalsya sedang bekerja."Firman mengerutkan kening. "Mereka siapa yang kamu maksud itu?""Nana dan Ibu tiriku. Jangan biarkan mereka masuk. Zsalsya tidak mau diganggu, Pa!""Tapi memangnya mereka itu menganggu apa? Mereka datang pasti mau menemani kamu di ruangan itu supaya todak sendirian~"Sekalipun Zsalsya memintanya dengan sangat, tetap saja Firman masih tidak percaya dengan alasan Zsalsya. Ia hanya peduli dengam penilaiannya saja tentang mereka tanpa mau mendengarkan saran dari Zsalsya."Sebelum tanggal 17, Papa mau kamu segera menyelesaikan desain itu. Karena Papa akan mengeluarkan berbagai jenis pakaian baru
Drama kehidupan tak ada habisnya. Seperti bidak batur yang dimainkan oleh pemilik permainan yang sesungguhnya. Lelah dan lebih kerap menjadi bagian dalam perjalanannya. Sesuatu yang tampak sangat merepotkan dan pasti ingin lari dari keadaan itu."Aku merasa tidak enak hati. Apa aku kembali lagi ke ruangan Papa? Tapi .... Aku sangat malu kalau harus kembali, karena tadi tampak marah. Aku juga lupa meninggalkan sesuatu di sana yang bisa aku jadikan alasan tertentu."Zsalsya terus mondar-mandir di ruangannya. Ada rasa aneh dalam hatinya yang tak dapat terhindarkan. "Oh ya, sebaiknya aku telpon saja untuk memastikan keadaan Papa. Lagi pula, aku bisa mengatakan alasan apapun supaya tidak terdengar aneh."Pada saat Firman hendak menelan obatnya dengan mulut yang sudah terbuka lebar, dering telepon membuatnya mengurungkan niat itu."Minum obat saja dulu, Pa, jangan khawatirkan telepon yang berdering. Biar aku yang menjawabnya," desak Mariana.Akan tetapi, Firman memiliki pilihannya sendiri
Hingga pada sore harinya, Zsalsya keluar dari ruangan itu untuk pulang. Ia membawa tas di bahu dan berjalan menuju lift. Ting! Pintu lift terbuka.Zsalsya keluar dari dalam sana dan melanjutkan langkah kakinya untuk keluar dari kantor. Tetapi, ponselnya kembali berdering. Langkah kakinya pun ia hentikan sejenak. Perlahan, tasnya dibuka dan tangan itu meraih ponsel yang terdapat di dalamnya."Endrick?" gumamnya. Tanpa berlama-lama, ia pun menggeser layar pada tombol warna hijau di ponselnya.[Kamu jangan ke mana-mana? Saya ke sana sekarang!]Tidak ada basa-basi apapun, Endrick langsung mengatakan maksudnya. Bahkan, pria itu sama sekali tidak menanyakan keberadaan Zsalsya.[Kenapa tidak bertanya dulu tentang keberadaan saya?][Tidak perlu. Ke manapun kamu pergi, saya pasti akan menemukanmu.]Tutt.Selepas mengatakan hal itu, Endrick pun mematikan teleponnya. Ia bergegas pergi menuju kantor Zsalsya dengan Ibram.Zsalsya pun akhirnya tidak bisa menolak. Ia memilih untuk menunggu Endric
Karena kecelakaan terjadi saat Firman sudah tancap gas pergi, sehingga ia tidak tahu bahwa di sana telah terjadi kecelakaan. Ia juga tidak tahu jika yang mengalami itu adalah Mariana.Firman hanya fokus untuk pulang ke rumah tanpa berpikir apapun. Zsalsya yang kala itu tengah memasak pun mendadak ingat kepada Ayahnya, yang membuatnya langsung menghentikan tangannya. Ia melamun, hingga percikan minyak itu membuatnya langsung terhenyak kaget dan menjauh dari wajan tersebut.Endrick yang melihat itu langsung meniupi tangan Zsalsya yang terkena percikan minyak. "Biar pelayan kita saja yang melakukannya!"Endrick menoleh ke samping -- tepatnya ke arah pelayan yang ada di sana. "Tolong kamu lanjutkan!""Baik!" sahut salah seorang pelayan yang saat itu tengah berdiri di sana. Tetapi begitu mendapat perintah, ia pun langsung menuju wajan yang ada di sana.Endrick mengajak Zsalsya pergi menuju kursi yang ada di sana. "Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Endrick yang melihat Zsalsya dengan tata
"Baik, biar saya periksa dulu," ujar dokter itu yang kemudian melakukan pemeriksaan terhadap Firman.Sementara di sana, Mariana mengintip dan kini tengah bersembunyi. Ia terus memperhatikan Firman yang saat ini tengah diperiksa oleh dokter tersebut. "Mana obatnya?" gumamnya.Selang lima menit, pemeriksaan selesai. Dokter itu pun kemudian pergi sebentar untuk mengambil obat untuk Firman.Di kala dokter itu mengambilkan obat, Mariana yang sudah sejak tadi menunggu saat itu tiba pun membuatnya langsung bergegas pergi sejenak mengikuti kemanapun dokter itu pergi.Mariana menghampiri dokter itu ketika obat pada sebuah kotak kecil itu tergeletak di meja."Dok, saya mau memeriksa jantung saya yang sedang kurang baik. Dokter mana, ya, yang suka memeriksanya?" tanya Mariana seraya mengenakan maskernya. Ia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa.Dengan santainya, dokter itu pun kemudian menyahut. "Saya dokter jantung. Kalau mau, bisa saya periksa, tapi biarkan saya melayani pasien yang lain dul
Rosmala yang belum mendapat kabar apapun, baik itu dari Endrick maupun dari Priyatna -- sopir pribadi Endrick, membuatnya mondar-mandir karena khawatir."Kenapa belum juga ada kabar apapun?" gumam Rosmala yang saat itu dalam kebingungan. Meskipun begitu, ia merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja.Tak lama dari itu, sebuah mobil memasuki halaman rumah dan kemudian mobil itu menepi.Rosmala yang terus mondar-mandir di teras pun langsung menghentikan langkah kakinya. Segera saja ia menuruni sedikit tangga dan langsung menghampiri mobil tersebut yang mana ia pikir bahwa itu adalah Endrick dan seharusnya bersama Zsalsya.Begitu pintu mobil terbuka, langsung terlihatlah kaki Endrick yang keluar dari sana."Nak, akhirnya kamu kembali! Mana Zsalsya?" tanya Rosmala. Ia melihat ke dalam mobil dan saat itu Zsalsya pun memang hendak keluar dari mobil tersebut.Begitu Zsalsya turun, Rosmala langsung memeluk menantunya. "Akhirnya kamu kembali juga. Mama khawatir dengan keadaan kalian. Mengingat
Telepon Endrick yang saat itu sudah terhubung dengan Piryatna yang merupakan sopir kepercayaannya membuatnya bisa tahu kapan ia akan bergerak melakukan tugasnya. Setelah tahu bahwa Zsalsya ditemukan di lantai dua, sopir pribadi itu pun langsung mengajak kepada para bodyguard untuk mengikuti Endrick ke lantai atas sana. Sedangkan polisi, pada saat yang sama mereka juga masuk dan langsung menyergap. Sontak saja, semua preman yang ada di sana pun langsung berusaha kabur, termasuk Arzov. Namun sayangnya, polisi yang datang jauh lebih banyak dibanding para preman itu sendiri. "Jangan bergerak!" ujar salah seorang polisi sembari menembakkan pistol ke atas. Preman yang saat itu masih berada di sana pun langsung angkat tangan kala para polisi yang sejak awal sudah siap sedia untuk menangkap mereka kini memperlihatkan diri mereka. "Sialan! Kenapa harus ada banyak polisi!" gumam Arzov dengan kedok yang masih terpasang di kepala hingga menutup wajahnya. Namun, polisi yang bertugas la
DOORR!!!Endrick melesatkan peluru dari pistol yang dipegangnya. Sontak, polisi yang sudah bersiap pun langsung turun dari mobil dan mengepung rumah itu. Kyora tidak tahu jika rumahnya telah terkepung dan tidak memiliki jalan lagi untuk keluar.Sekalipun polisi yang mengepung, tetapi mereka tidak langsung masuk ke dalam. Para bodyguard Endrick hanya bersiap siaga di luar rumah."Serahkan Zsalsya padaku sekarang juga!" pinta Endrick. Namun, preman yang ada di sana seolah langsung siap siaga untuk menyerang Endrick. Para saat yang sama, ketika mereka hendak menyerang, Endrick melesatkan peluru ke sebuah botol kaca yang ada di sana, hingga tercipta suara berisik yang membuat para bodyguard Endrick keluar. Ketika para preman lengah karena fokusnya teralihkan kepada para bodyguard Endrick. Lada saat itulah Endrick pergi untuk mencari keberadaan Zsalsya. Endrick memplintir tangan Kyora ke belakang dan langsung menodongnya. "Cepat tunjukkan padaku di mana Zsalsya sekarang berada!" perint
"Ma, aku pergi sekarang!" pamit Endrick ketika dirinya sudah menambahkan jaket pada pakaian atasnya. "Iya, Nak!" sahut Rosmala.Mereka yang telah mengatur rencana untuk segala sesuatunya pun kemudian berangkat dari rumah itu untuk kemudian pergi menuju lokasi alamat yang ia dapatkan sebelumnya.Endrick memasuki sebuah mobil. Ia kembali mengemudi sendiri. Kali ini, ia menggunakan mobil yang lain dengan warna putih. Rosmala yang saat itu melihat Anaknya berangkat untuk menyelamatkan Zsalsya pun hanya berdo'a agar selamat dan mereka menjalankan rencana dengan baik dan berhasil, agar bisa membawa Zsalsya kembali.Setelah Endrick pergi, di belakang itu, mobil yang dikemudikan oleh para bodyguardnya ada di belakang mobil Endrick. Hanya saja, saat itu cukup berjarak. Sebab, Endrick tidak mau jika lawan menganggap bahwa Endrick datang bersama orang lain."Zsa, tunggu aku, aku datang untuk menyelamatkanmu sekarang! Kita pasti akan bersama lagi!" ujar Endrick sembari mengemudi. Pandangannya f
"Tidak tahu terima kasih! Disuapin malah dimuntahin! Makan saja sendiri, terserah kalau kamu lapar juga!" sentak Arzov. Ia menaruh piring itu di meja dan kemudian melangkah pergi dari tempat itu.Arzov segera menemui Kyora, yang mana ada janji yang belum ia tagih sekaligus belum ia dapatkan pula uang yang dijanjikannya.Zsalsya berusaha untuk melepaskan dirinya, tetapi masih susah. "Aku mau buang air! Tolong lepaskan ikatan tanganku!" pinta Zsalsya dengan tegasnya.Namun, kedua preman itu hanya saling memandang satu sama lain. Mereka seolah tengah saling melempar kode melalui pandangan mata. Memutuskan apakah harus melepaskan ikatan tangan Zsalsya atau malah mengabaikannya.Mereka juga takut jika Zsalsya ternyata membohongi mereka, untuk itulah kedua preman itu tidak mau langsung percaya begitu saja."Apa kalian mau melihat aku buang air di sini?!" tambah Zsalsya dengan sedikit ancaman halus yang membuat kedua preman itu bingung dalam memilih. Namun, tak lama setelahnya, Arzov kembal
Dalam kesendiriannya, Zsalsya hanya harus menahan rasa takut dalam dirinya kala di tempat yang gelap itu ia sendirian. Namun, kemudian sebuah pikiran berlarian di kepala."Tapi waktu itu saja aku bisa melarikan diri. Bagaimana kalau sekarang aku juga mencobanya?" batin Zsalsya dalam diamnya. Ia terus memikirkan hal itu.Zsalsya melihat ke sekeliling. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat erat di pergelangan tangan dan kakinya itu. Tetapi, rupanya di tempat itu terdapat cctv tersembunyi. Kyora dan anak buahnya terus memantau sampai mendapat kabar dari Endrick bahwa pria itu datang ke tempat tersebut untuk menjemput Zsalsya.Semalaman Zsalsya tidak bisa tidur. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tetapi dirinya tidak bisa membuka ikatan itu.Kyora yang memperhatikan setiap gerak-gerik Zsalsya itu hanya diam seraya menopang dagu. Sesekali ia menyungging licik dengan apa yang dilihatnya saat itu."Sekarang kamu tidak akan bisa kabur atau melepaskan diri dariku lagi. Aku tidak akan sebod
Sampai di dalam kamar, para pelayan yang ada di sana sontak mengambil kotak P3K untuk merawat luka Endrick. Lukanya sangat parah dan saking khawarisnya, Rosmala langsung memanggil dokter.Rosmala duduk di samping Endrick seraya membelai rambutnya. "Nak, kenapa ada orang jahat yang berani melakukan hal ini sama kamu?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.Ibu mana yang tidak bersedih saat anak semata wayangnya terluka parah. "Mama tidak akan pernah memaafkan kesalahan orang yang tega melakukan semua ini!" ucapnya.Tak perlu menunggu waktu lama, dokter yang dipanggil oleh Rosmala beberapa saat yang lalu pun kemudian datang. Ia membawa alat untuk memeriksa kondisi pasiennya tersebut."Dok, tolong periksa. Saya tidak mau sesuatu terjadi pada tubuhnya!" pinta Rosmala kepada dokter itu.Dokter itu tersenyum seraya mengeluarkan alat untuk memeriksa. "Baik, biar saya periksa dulu kondisinya, ya," sahut dokter itu.Mulai dari detak jantung dan semua luka yang ada pada tubuh Endrick, semuanya dipe