Esok harinya. "Nak, kamu mau pergi ke mana hari ini?""Menemui Zsalsya, Ma.""Nak, sebaiknya kamu jangan dulu menemui calon istri kamu," kata Rosmala dengan wajah khawatir.Berhubung 3 hari lagi mereka akan menikah, Rosmala berpikir bahwa sebaiknya keduanya untuk tidak bertemu dahulu."Kenapa, Ma? Persiapan untuk pernikahan 'kan belum semua!" jelas Endrick.Rosmala mendekat. "Kalau mau kerja, kamu fokus kerja saja. Untuk urusan persiapan pernikahan, biar Mama saja yang mengurus semuanya.""Tapi aku juga harus ke tempat fitting baju pengantin, Ma.""Biar Mama saja yang menemani Zsalsya. Baju buat pengantin pria tidak merepotkan seperti perempuan, 'kan? Jadi bisa urus masing-masing dahulu.""Mama di rumah saja.""Di rumah juga tidak ada kegiatan penting. Lebih baik Mama pergi menemani Zsalsya, sekaligus Mama juga mau belanja sesuatu buat persiapan nanti."Endrick merasa tidak enak karena dirinya tahu bahwa keadaan di luar kadang membahayakan. Ia sebagai laki-laki bisa menjaga, tetapi j
Priyatna melihat ke pintu rumah. Tetapi, pintu rumah itu terus ditutup. Bahkan, ketika ia menekan bel pintu dengan ketukan pun masih tak kunjung dibuka."Apa di rumah ini tidak ada orang sama sekali? Tapi ... aku mendengar suara berisik kemarin," gumamnya. Kala itu, sebagai sopir yang menjadi kepercayaan Endrick menjadi bingung. Ia berpikir sejenak, antara harus tetap menunggu Zsalsya di sana atau pergi menyusul Zsalsya yang mana pikirnya mungkin saja calon istri Endrick itu sedang tidak di rumahnya.Setelah beberapa saat berpikir, ia pun memasuki mobil, menyalakannya, lalu tancap gas pergi dari sana."Mungkin saja Non Zsalsya ada di rumah sakit itu," gumamnya. Ia sudah menduga demikian karena sebelumnya Zsalsya pergi ke rumah sakit.Sementara itu, Zsalsya tengah menikmati bubur ayam yang sedikit demi sedikit masuk ke mulutnya. Namun tatapannya kosong. Tampak sekali bahwa ia sedang melakukan sesuatu di dalam pikirannya."Bagaimana, ya? Apa sebaiknya aku telepon saja?" batin Zsalsya.
Setelah mendapat kejelasan mengenai hal itu. Zsalsya tidak lagi memikirkan mengenai pernikahannya. Pikirannya teralihkan pada Mariana yang katanya akan menjemput. Sehingga, dengan cepat ia menghabiskan bubur ayamnya. Lalu, membayarnya kepada penjual tersebut."Kenapa cepat sekali? Apa pacarmu menjemput?" tanya penjual itu yang baru kenal tetapi tampak sangat ingin tahu mengenai Zsalsya.Zsalsya tidak menjawab banyak, ia hanya berbicara seperlunya saja. "Tidak, kok," jawabnya sembari tersenyum tipis.Kemudian, Zsalsya mengayunkan langkah kakinya dari sana menuju rumah sakit dengan berjalan kaki. Ia pikir bahwa jarak dari sana menuju rumah sakit tidak terlalu jauh, sehingga hanya akan membuang-buang pengeluaran saja jika naik angkutan umum.Terlebih lagi, saat itu sedang tidak ada taksi ataupun angkutan umum yang lewat. Sedangkan dirinya harus segera sampai di rumah sakit sana."Ada apa, ya, tiba-tiba Mamanya datang untuk menjemput? Apa ada sesuatu hal yang sangat penting?" gumam Zsalsy
"Kenapa kamu berbohong sama Papa?" tanya Firman yang geram dengan cara Zsalsya menyembunyikan sesuatu dari dirinya.Ketika itu, Firman tidak tahu jika Zsalsya sangat mengkhawatirkan kondisinya. Ia tidak mau jika Firman terus menerus sakit bahkan terpikirkan akan persiapan pernikahannya yang belum selesai hingga membuat kesehatannya kembali menurun. Sedangkan Zsalsya hanya ingin agar Firman segera sembuh, supaya bisa hadir di acara pernikahannya nanti."Pa, aku tidak bermaksud membohongi Papa. Tapi--...."Belum selesai Zsalsya bicara, Firman langsung memotong kalimatnya. "Tapi apa? Kenapa kamu harus berbohong segala?!" balas Firman dengan nada ketus karena kesal kepada Anaknya yang berbohong."Dengarkan dulu penjelasan aku, Pa!" ujar Zsalsya. Ia mengangkat wajahnya dan mulai memberanikan diri menatap Firman meski malu.Namun, kini ia tahu dan sadar betul bahwa alasannya berbohong demi kebaikan Firman itu sendiri."Ya sudah, jelaskan!"Zsalsya terdiam sejenak, ia mengambil nafas beberap
"Kita berangkat sekarang!" ajaknya."Oh, ya!"Priyatna yang kala itu dalam keadaan bingung pun kemudian bertanya. "Nyonya, saya bagaimana? Apa Non Zsalsya biar di mobil dengan saya saja?" Namun, karena saat itu Rosmala pun membawa mobil, sehingga ia pun memilih untuk menyetir mobilnya sendiri saja."Biar dengan saya saja. Kamu juga di belakang dengan mobil yang kamu kemudikan.""Baik, Nyonya."Walaupun sebenarnya lebih nyaman jika mereka pergi bersama-sama dalam satu mobil, tetapi jika Rosmala memilih untuk menyetir sendiri tanpa sopir, Priyatna yang merupakan sebagai sopir pun tidak bisa berbuat apapun lagi selain menurut saja dengan keinginan Rosmala.Tanpa berkomentar, Zsalsya memasuki mobil Rosmala, begitu pula dengan Rosmala. Dan Priyatna -- sopir Endrick pun memasuki mobil, ia menyalakan mesin mobil dan tinggal tancap gas pergi mengikuti mobil Rosmala.Sementara di tempat lain, kejadian yang aneh membuat semua orang bertanya-tanya. Terutama pemilik mall yang mulai mempertanyaka
Selesai fitting baju pengantin, kini Rosmala pergi dari sana untuk kemudian ke toko yang lain. Keduanya menaiki mobil, sedangkan Priyatna yang menunggu di mobil pun siap tancap gas lagi."Kita akan pergi ke mana lagi setelah ini?" tanya Zsalsya yang merasa penasaran.Zsalsya berani terbuka dengan menanyakan banyak pertanyaan kepada wanita itu karena memang Rosmala sendiri yang terbuka kepada calon menantunya tersebut. Sehingga, hal itulah yang membuat Zsalsya merasa nyaman seperti kepada Ibu sendiri. Padahal, kenyataannya Zsalsya belum benar-benar mengenal calon mertuanya."Ke toko kecantikan. Mama mau beli sesuatu. Kamu antar Mama masuk ke toko itu, ya!" ajaknya seraya menatap wajah Zsalsya yang sedang menggunakan sabuk pengaman mobil.Zsalsya menoleh sembari mengangguk samar. Rosmala yang melihat wajah Zsalsya yang tampak tidak yakin pun kemudian berbicara. "Pokoknya Mama tidak mau mendengar penolakan kamu nanti!" kata Rosmala sembari tersenyum tipis.Sembari memarkirkan mobil, Ros
Priyatna yang hanya ikut dengan mereka tanpa melakukan pekerjaan apapun itu membuatnya merasa bosan. Tetapi, karena ini sudah menjadi bagian dari pekerjaannya, ia tidak bisa menolaknya.Rosmala dan Zsalsya memasuki mobil itu kembali. Kali ini Zsalsya tidak bertanya akan pergi ke mana lagi. Tetapi ...."Ma, semua barangnya ditaruh di belakang saja, ya?"Rosmala mengangguk. "Iya di sana saja.""Oh ya, kamu mau makan apa?" tanya Rosmala.Rupanya belanja telah selesai. Namun, Zsalsya masih terlihat melamun. Seperti banyak memikirkan sesuatu yang sangat membebani pikirannya."Zsa! Kamu memikirkan apa?" tanya Rosmala."Tidak ada, Ma."Rosmala tersenyum. "Kamu jangan memikirkan apapun soal persiapan pernikahan. Tenang saja, biar Mama yang urus semuanya." Ia menjulurkan tangannya kepada Zsalsya, lalu mengelus pundak -- berusaha menenangkan calon menantunya.Zsalsya membalas senyuman itu.Rosmala membelokkan mobilnya. Ia pergi ke sebuah restoran mahal yang ada di pinggir jalan. "Kamu sudah pe
"Menurutmu di mana kalau tidak ada di sana?" tanya Kyora kepada anak buah Rejho yang terus bersamanya. Ia meminta pendapatnya karena tidak menemukan keberadaan Rejho bersama para petugas keamanan mall."Bagaimana kalau kita coba pergi ke kantor polisi!" kata anak buah Rejho.Kyora yang berpikir dan merasa masuk akal, karena kemungkinan mereka dibawa ke pihak berwajib pun membuatnya tidak menunda lagi.Setelah sebelumnya bingung dan memilih diam sejenak sembari mengatur rencana. Kini Kyora mulai menjalankan rencananya kembali. Walau ada banyak sekali ketakutan dalam dada yang selalu ia sembunyikan. Ia takut jika kedoknya sampai terbongkar.Wanita itu segera menyalakan mesin mobil dan langsung tancap gas pergi. Kecepatan kemudinya pun dipercepat. Dengan begitu, tak perlu waktu lama, ia pun sampai di depan kantor polisi."Kamu tunggu di sini!" perintah Kyora."Baik!"Kyora berjalan cepat menuju kantor polisi. Ia datang dan langsung berbicara kepada penjaga lapas yang berkeliaran di sana
Karena kecelakaan terjadi saat Firman sudah tancap gas pergi, sehingga ia tidak tahu bahwa di sana telah terjadi kecelakaan. Ia juga tidak tahu jika yang mengalami itu adalah Mariana.Firman hanya fokus untuk pulang ke rumah tanpa berpikir apapun. Zsalsya yang kala itu tengah memasak pun mendadak ingat kepada Ayahnya, yang membuatnya langsung menghentikan tangannya. Ia melamun, hingga percikan minyak itu membuatnya langsung terhenyak kaget dan menjauh dari wajan tersebut.Endrick yang melihat itu langsung meniupi tangan Zsalsya yang terkena percikan minyak. "Biar pelayan kita saja yang melakukannya!"Endrick menoleh ke samping -- tepatnya ke arah pelayan yang ada di sana. "Tolong kamu lanjutkan!""Baik!" sahut salah seorang pelayan yang saat itu tengah berdiri di sana. Tetapi begitu mendapat perintah, ia pun langsung menuju wajan yang ada di sana.Endrick mengajak Zsalsya pergi menuju kursi yang ada di sana. "Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Endrick yang melihat Zsalsya dengan tata
"Baik, biar saya periksa dulu," ujar dokter itu yang kemudian melakukan pemeriksaan terhadap Firman.Sementara di sana, Mariana mengintip dan kini tengah bersembunyi. Ia terus memperhatikan Firman yang saat ini tengah diperiksa oleh dokter tersebut. "Mana obatnya?" gumamnya.Selang lima menit, pemeriksaan selesai. Dokter itu pun kemudian pergi sebentar untuk mengambil obat untuk Firman.Di kala dokter itu mengambilkan obat, Mariana yang sudah sejak tadi menunggu saat itu tiba pun membuatnya langsung bergegas pergi sejenak mengikuti kemanapun dokter itu pergi.Mariana menghampiri dokter itu ketika obat pada sebuah kotak kecil itu tergeletak di meja."Dok, saya mau memeriksa jantung saya yang sedang kurang baik. Dokter mana, ya, yang suka memeriksanya?" tanya Mariana seraya mengenakan maskernya. Ia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa.Dengan santainya, dokter itu pun kemudian menyahut. "Saya dokter jantung. Kalau mau, bisa saya periksa, tapi biarkan saya melayani pasien yang lain dul
Rosmala yang belum mendapat kabar apapun, baik itu dari Endrick maupun dari Priyatna -- sopir pribadi Endrick, membuatnya mondar-mandir karena khawatir."Kenapa belum juga ada kabar apapun?" gumam Rosmala yang saat itu dalam kebingungan. Meskipun begitu, ia merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja.Tak lama dari itu, sebuah mobil memasuki halaman rumah dan kemudian mobil itu menepi.Rosmala yang terus mondar-mandir di teras pun langsung menghentikan langkah kakinya. Segera saja ia menuruni sedikit tangga dan langsung menghampiri mobil tersebut yang mana ia pikir bahwa itu adalah Endrick dan seharusnya bersama Zsalsya.Begitu pintu mobil terbuka, langsung terlihatlah kaki Endrick yang keluar dari sana."Nak, akhirnya kamu kembali! Mana Zsalsya?" tanya Rosmala. Ia melihat ke dalam mobil dan saat itu Zsalsya pun memang hendak keluar dari mobil tersebut.Begitu Zsalsya turun, Rosmala langsung memeluk menantunya. "Akhirnya kamu kembali juga. Mama khawatir dengan keadaan kalian. Mengingat
Telepon Endrick yang saat itu sudah terhubung dengan Piryatna yang merupakan sopir kepercayaannya membuatnya bisa tahu kapan ia akan bergerak melakukan tugasnya. Setelah tahu bahwa Zsalsya ditemukan di lantai dua, sopir pribadi itu pun langsung mengajak kepada para bodyguard untuk mengikuti Endrick ke lantai atas sana. Sedangkan polisi, pada saat yang sama mereka juga masuk dan langsung menyergap. Sontak saja, semua preman yang ada di sana pun langsung berusaha kabur, termasuk Arzov. Namun sayangnya, polisi yang datang jauh lebih banyak dibanding para preman itu sendiri. "Jangan bergerak!" ujar salah seorang polisi sembari menembakkan pistol ke atas. Preman yang saat itu masih berada di sana pun langsung angkat tangan kala para polisi yang sejak awal sudah siap sedia untuk menangkap mereka kini memperlihatkan diri mereka. "Sialan! Kenapa harus ada banyak polisi!" gumam Arzov dengan kedok yang masih terpasang di kepala hingga menutup wajahnya. Namun, polisi yang bertugas la
DOORR!!!Endrick melesatkan peluru dari pistol yang dipegangnya. Sontak, polisi yang sudah bersiap pun langsung turun dari mobil dan mengepung rumah itu. Kyora tidak tahu jika rumahnya telah terkepung dan tidak memiliki jalan lagi untuk keluar.Sekalipun polisi yang mengepung, tetapi mereka tidak langsung masuk ke dalam. Para bodyguard Endrick hanya bersiap siaga di luar rumah."Serahkan Zsalsya padaku sekarang juga!" pinta Endrick. Namun, preman yang ada di sana seolah langsung siap siaga untuk menyerang Endrick. Para saat yang sama, ketika mereka hendak menyerang, Endrick melesatkan peluru ke sebuah botol kaca yang ada di sana, hingga tercipta suara berisik yang membuat para bodyguard Endrick keluar. Ketika para preman lengah karena fokusnya teralihkan kepada para bodyguard Endrick. Lada saat itulah Endrick pergi untuk mencari keberadaan Zsalsya. Endrick memplintir tangan Kyora ke belakang dan langsung menodongnya. "Cepat tunjukkan padaku di mana Zsalsya sekarang berada!" perint
"Ma, aku pergi sekarang!" pamit Endrick ketika dirinya sudah menambahkan jaket pada pakaian atasnya. "Iya, Nak!" sahut Rosmala.Mereka yang telah mengatur rencana untuk segala sesuatunya pun kemudian berangkat dari rumah itu untuk kemudian pergi menuju lokasi alamat yang ia dapatkan sebelumnya.Endrick memasuki sebuah mobil. Ia kembali mengemudi sendiri. Kali ini, ia menggunakan mobil yang lain dengan warna putih. Rosmala yang saat itu melihat Anaknya berangkat untuk menyelamatkan Zsalsya pun hanya berdo'a agar selamat dan mereka menjalankan rencana dengan baik dan berhasil, agar bisa membawa Zsalsya kembali.Setelah Endrick pergi, di belakang itu, mobil yang dikemudikan oleh para bodyguardnya ada di belakang mobil Endrick. Hanya saja, saat itu cukup berjarak. Sebab, Endrick tidak mau jika lawan menganggap bahwa Endrick datang bersama orang lain."Zsa, tunggu aku, aku datang untuk menyelamatkanmu sekarang! Kita pasti akan bersama lagi!" ujar Endrick sembari mengemudi. Pandangannya f
"Tidak tahu terima kasih! Disuapin malah dimuntahin! Makan saja sendiri, terserah kalau kamu lapar juga!" sentak Arzov. Ia menaruh piring itu di meja dan kemudian melangkah pergi dari tempat itu.Arzov segera menemui Kyora, yang mana ada janji yang belum ia tagih sekaligus belum ia dapatkan pula uang yang dijanjikannya.Zsalsya berusaha untuk melepaskan dirinya, tetapi masih susah. "Aku mau buang air! Tolong lepaskan ikatan tanganku!" pinta Zsalsya dengan tegasnya.Namun, kedua preman itu hanya saling memandang satu sama lain. Mereka seolah tengah saling melempar kode melalui pandangan mata. Memutuskan apakah harus melepaskan ikatan tangan Zsalsya atau malah mengabaikannya.Mereka juga takut jika Zsalsya ternyata membohongi mereka, untuk itulah kedua preman itu tidak mau langsung percaya begitu saja."Apa kalian mau melihat aku buang air di sini?!" tambah Zsalsya dengan sedikit ancaman halus yang membuat kedua preman itu bingung dalam memilih. Namun, tak lama setelahnya, Arzov kembal
Dalam kesendiriannya, Zsalsya hanya harus menahan rasa takut dalam dirinya kala di tempat yang gelap itu ia sendirian. Namun, kemudian sebuah pikiran berlarian di kepala."Tapi waktu itu saja aku bisa melarikan diri. Bagaimana kalau sekarang aku juga mencobanya?" batin Zsalsya dalam diamnya. Ia terus memikirkan hal itu.Zsalsya melihat ke sekeliling. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat erat di pergelangan tangan dan kakinya itu. Tetapi, rupanya di tempat itu terdapat cctv tersembunyi. Kyora dan anak buahnya terus memantau sampai mendapat kabar dari Endrick bahwa pria itu datang ke tempat tersebut untuk menjemput Zsalsya.Semalaman Zsalsya tidak bisa tidur. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tetapi dirinya tidak bisa membuka ikatan itu.Kyora yang memperhatikan setiap gerak-gerik Zsalsya itu hanya diam seraya menopang dagu. Sesekali ia menyungging licik dengan apa yang dilihatnya saat itu."Sekarang kamu tidak akan bisa kabur atau melepaskan diri dariku lagi. Aku tidak akan sebod
Sampai di dalam kamar, para pelayan yang ada di sana sontak mengambil kotak P3K untuk merawat luka Endrick. Lukanya sangat parah dan saking khawarisnya, Rosmala langsung memanggil dokter.Rosmala duduk di samping Endrick seraya membelai rambutnya. "Nak, kenapa ada orang jahat yang berani melakukan hal ini sama kamu?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.Ibu mana yang tidak bersedih saat anak semata wayangnya terluka parah. "Mama tidak akan pernah memaafkan kesalahan orang yang tega melakukan semua ini!" ucapnya.Tak perlu menunggu waktu lama, dokter yang dipanggil oleh Rosmala beberapa saat yang lalu pun kemudian datang. Ia membawa alat untuk memeriksa kondisi pasiennya tersebut."Dok, tolong periksa. Saya tidak mau sesuatu terjadi pada tubuhnya!" pinta Rosmala kepada dokter itu.Dokter itu tersenyum seraya mengeluarkan alat untuk memeriksa. "Baik, biar saya periksa dulu kondisinya, ya," sahut dokter itu.Mulai dari detak jantung dan semua luka yang ada pada tubuh Endrick, semuanya dipe