"Berikan berkasnya!" pinta Emdrick kepada sekretaris yang ada di sampingnya.Lantas, sekretaris itu pun langsung menyerahkannya kepada Firman. Ia juga memberikan pulpen yang untungnya tidak lupa ia bawa."Silakan, Pak!" kata sekretaris Endrick kepada Firman. Tanpa membacanya terlebih dahulu, Firman langsung menandatanganinya begitu saja, seolah tidak peduli dengan hal apapun karena memilih untuk percaya saja. Itu saking ia merasa senang dengan hal tersebut."Tidak mau dibaca dahulu?" tanya Endrick.Firman tertawa kecil. "Tidak usah. Saya sudah yakin dan saya percayakan semuanya."Selepas menarikan pulpennya di atas kertas berisi perjanjian khusus, berkas itu pun dikembalikan kepada sekretaris Endrick bersama pulpennya.Sekretarisnya menutup berkas itu kembali. "Terima kasih, Om, karena sudah mempercayakan ini kepada saya. Tapi, sepertinya saya tidak akan berlama-lama di sini, masih ada banyak sekali yang harus diurus."Tak lama dari itu, seorang perawat datang dengan membawa troli
Dalam perjalanan itu, Endrick terus mengemufikan mobilnya hingga di depan kantor. "Kamu masuk dan jangan lupa simpan berkas itu dengan baik di meja saya!" pintanya kepada sekretarisnya tersebut.Sekretarisnya tidak langsung turun. "Sekarang Anda mau pergi ke mana dulu, Pak?" tanyanya."Saya masih ada urusan."Sekretaris itu melihat ke arah sekretarisnya sejenak, lalu ia pun memegang pintu mobil dan mendorongnya. Perlahan ia turun dari mobil sana untuk kembali ke ruangannya.Walaupun terlintas dalam hatinya ada keinginan untuk ikut dengan Endrick. Tetapi, sepertinya saat itu Endrick ingin pergi sendiri.Setelah sekretarisnya keluar dari dalam mobil, ia langsung tancap gas pergi menuju lokasi keberadaan Zsalsya saat ini. "Dia belum memberi kabar tentang Zsalsya lagi," gumamnya. Endrick mengambil ponsel dan langsung menghubungi sopir pribadi yang digunakan untuk menemani Zsalsya ke salon melakukan perawatan.Sopir yang kini menjadi pengawal pribadi Zsalsya pun langsung menjawab panggil
Sepanjang perjalanan, Endrick memperhatikan Zsalsya. Tetapi, tampaknya ada banyak sekali yang terus berlarian dalam kepala Zsalsya, yang membuat wanita itu hanya diam.Memang benar. Ia sangat memikirkan banyak sekali hutangnya terhadap Endrick. Dirinya merasa berhutang sehingga menganggap semuanya adalah hutang. Padahal, tak sekalipun Endrick menghutangkan sesuatu kepada Zsalsya.Endrick hanya ingin agar Zsalsya tetap bersamanya. Itu sudah lebih dari cukup sebagai balasan atasan semuanya."Sama saja. Kalau aku harus terus bersamanya, itu artinya aku memang berhutang. Jika seandainya tidak bisa melakukan itu, tentu ini akan menjadi hutang selamanya," batin Zsalsya dalam diamnya.Endrick menepuk pelan lengan Zsalsya, sampai wanita itu menoleh ke arah Endrick. "Kenapa? Apa yang kamu pikirkan?" tanyanya.Zsalsya menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa. Berapa lama lagi kita akan sampai?" tanya balik Zsalsya."Tidak akan lama. Sebentar lagi juga kita akan sampai."Dan benar saja. Sekitar dua
"Baiklah. Berarti jas fiksnya yang warna hitam ini saja, ya. Ini jauh lebih cocok.""Iya," sahut Endrick. Sedangkan Zsalsya, saat itu hanya memperhatikan Endrick sembari menunggu calon suaminya hingga selesai melakukan fitting baju pengantin pria.Tak perlu lama, fitting baju pun usai. Endrick dan Zsalsya keluar dari tempat itu dengan wajah tampak lega. Lega karena akhirnya satu persatu sudah selesai dilakukan. Kini, tinggal-lah yang lainnya."Sekarang kita akan ke mana lagi, Mas? Bukankah persiapannya sudah selesai?" tanya Zsalsya dengan lembut dan santai.Mereka tiba di dekat mobil. Sopir yang sedari tadi menunggu pun mendekat ke arah Endrick. "Sudah selesai, Tuan? Sekarang kita akan pergi ke mana?" tanyanya dengan penuh hormat."Ke department store."Mendengar hal itu membuat Zsalsya bertanya-tanya, apa yang akan mereka lakukan di sana? Maksudnya, berbelanja apa lagi?Zsalsya melihat ke sana kemari, fokusnya teralihkan pada pikiran itu. Tetapi, pikiran itu tidak bertahan lama, Endr
Penjual itu pun mencatatnya. Lalu ...."Minumannya mau apa?" Tawarannya berlanjut kala yang mereka pesan baru makanannya saja. Sedangkan, minumannya belum dipesan sama sekali."Teh botol," ungkap Endrick. Lalu, Zsalsya yang kurang menyukai rasa teh pun langsung memotong. "Saya jus lemon."Endrick menoleh. "Kamu suka yang asam-asam?" tanya Endrick.Zsalsya mengangguk. "Iya, Mas, soalnya segar."Kemudian penjualnya melihat ke arah sopir pribadi Endick yang sedari tadi lebih banyak diam. Ia lebih banyak diam karena menyadari posisinya di sana yang hanya sebagai sopir, merasa tak pantas untuk makan bersama mereka."Saya ... hehe ... samakan saja dengan Tuan," jawabnya sembari melihat ke arah Endrick."Kalau begitu, teh botolnya dua, jus lemonnya satu dan baksonya tiga.""Baik, kalau begitu tunggu sebentar." Penjualnya pun melangkah pergi untuk menyiapkan pesanan tersebut.Dari jarak jauh, tanpa sepengetahuan Endrick, rupanya ada orang yang tengah memantau pergerakan mereka. Pantauan itu
"Sudah berapa ... hari ini ... mereka belum juga kembali membawa Endrick! Sialan! Mereka memang tidak bisa diandalkan. Apa aku cari orang lain saja, ya? Hmm ... tapi si Rejho sialan itu berhutang banyak padaku! Aku tidak mungkin membebaskannya begitu saja. Dia harus bertanggung jawab untuk semua uang yang aku beri selama ini!" ucap Kyora sembari berkacak pinggang. Ia berjalan ke sana kemari dengan hati yang kian memanas, karena kesalahannya sudah di ujung.Antara menyesal dan bingung. Kini, Kyora tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Sebab, rencana yang dijalankannya belum berjalan dengan baik. Keinginannya belum terpenuhi dan yang ditemuinya hanyalah kendala dan kendala saja. Ingin mengganti orang untuk menjalankan rencana tersebut, tetapi ia pun tidak ingin dirugikan.Sementara itu, ketika telah selesai menyantap bakso bersama-sama, Endrick langsung menyesap minuman yang tersedia tersebut. "Setelah ini kita langsung pulang saja, Mas," kata Zsalsya dengan nada cemas. Kedua alisnya b
Dengan langkah buru-buru, Rejho dan kedua anak buahnya berjalan cepat menuju Endrick dan Zsalsya. "Ayo, kalian ini lambat sekali!" ucapnya dengan nada kesal.Kala itu, Rejho sudah tidak sabar lagi untuk melancarkan aksinya. Ia tidak mau kehilangan kesempatan apapun untuk mendapatkan mereka.Rejho mengambil sebuah kain hitam kecil berbentuk persegi yang dilipat-lipat, lalu menyemprotkan sesuatu ke atas kainnya tersebut.Zsalsya melihat ke sekeliling. Kepalanya agak pusing karena sedikit bingung ketika melihat para pengunjung di sana yang berlarian ke sana kemari. Sedangkan dirinya tetap berdiri di tempat yang sama, hendak pergi tetapi di tempat itu banyak sekali orang yang membuatnya harus mencari celah untuk berjalan di antara orang-orang itu."Kamu kenapa?" tanya Endrick kala melihat Zsalsya yang hanya terdiam dengan salah satu tangan memegang kepala.Melihat Zsalsya yang tampak sedang tidak baik-baik saja, dengan cepat Endrick pun langsung pergi dari tempat itu. Ia membawa Zsalsya
Pertarungan di antara keduanya terjadi. Sesaat setelah itu, orang-orang yang tadinya terburu-buru keluar pun kemudian langsung teralihkan pada Endrick dan Rejho yang sedang adu kemampuan.Endrick sudah cukup geram kepada Rejho yang selalu saja mengganggu ketenangan dirinya. Kini, ia ingin agar pria yang merupakan Ayahnya yang tidak bertanggung jawab itu kapok."Kenapa kamu tidak mau dijodohkan dengan pilihan Papa? Dia cantik, walaupun usianya jauh lebih tua dari kamu?" tanya Rejho sembari terus bertarung."Aku sudah dewasa. Aku bisa memilih wanita yang aku inginkan sendiri. Lagi pula, cantik tidak menjamin semua orang mencintai, termasuk aku. Aku sudah punya calon dan aku mencintainya!" tegas Endrick kepada Rejho."Lepaskan saja dia dan menikahlah dengan Kyora!""Tidak!" Endrick mempertahankan kuda-kudanya ketika ia menangkis pukulan. Dirinya berusaha sekuat mungkin dan ia pun langsung mempelintir kedua tangan Rejho ke belakang, lalu menendang lutut belakangnya hingga lututnya menyen
Karena kecelakaan terjadi saat Firman sudah tancap gas pergi, sehingga ia tidak tahu bahwa di sana telah terjadi kecelakaan. Ia juga tidak tahu jika yang mengalami itu adalah Mariana.Firman hanya fokus untuk pulang ke rumah tanpa berpikir apapun. Zsalsya yang kala itu tengah memasak pun mendadak ingat kepada Ayahnya, yang membuatnya langsung menghentikan tangannya. Ia melamun, hingga percikan minyak itu membuatnya langsung terhenyak kaget dan menjauh dari wajan tersebut.Endrick yang melihat itu langsung meniupi tangan Zsalsya yang terkena percikan minyak. "Biar pelayan kita saja yang melakukannya!"Endrick menoleh ke samping -- tepatnya ke arah pelayan yang ada di sana. "Tolong kamu lanjutkan!""Baik!" sahut salah seorang pelayan yang saat itu tengah berdiri di sana. Tetapi begitu mendapat perintah, ia pun langsung menuju wajan yang ada di sana.Endrick mengajak Zsalsya pergi menuju kursi yang ada di sana. "Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Endrick yang melihat Zsalsya dengan tata
"Baik, biar saya periksa dulu," ujar dokter itu yang kemudian melakukan pemeriksaan terhadap Firman.Sementara di sana, Mariana mengintip dan kini tengah bersembunyi. Ia terus memperhatikan Firman yang saat ini tengah diperiksa oleh dokter tersebut. "Mana obatnya?" gumamnya.Selang lima menit, pemeriksaan selesai. Dokter itu pun kemudian pergi sebentar untuk mengambil obat untuk Firman.Di kala dokter itu mengambilkan obat, Mariana yang sudah sejak tadi menunggu saat itu tiba pun membuatnya langsung bergegas pergi sejenak mengikuti kemanapun dokter itu pergi.Mariana menghampiri dokter itu ketika obat pada sebuah kotak kecil itu tergeletak di meja."Dok, saya mau memeriksa jantung saya yang sedang kurang baik. Dokter mana, ya, yang suka memeriksanya?" tanya Mariana seraya mengenakan maskernya. Ia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa.Dengan santainya, dokter itu pun kemudian menyahut. "Saya dokter jantung. Kalau mau, bisa saya periksa, tapi biarkan saya melayani pasien yang lain dul
Rosmala yang belum mendapat kabar apapun, baik itu dari Endrick maupun dari Priyatna -- sopir pribadi Endrick, membuatnya mondar-mandir karena khawatir."Kenapa belum juga ada kabar apapun?" gumam Rosmala yang saat itu dalam kebingungan. Meskipun begitu, ia merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja.Tak lama dari itu, sebuah mobil memasuki halaman rumah dan kemudian mobil itu menepi.Rosmala yang terus mondar-mandir di teras pun langsung menghentikan langkah kakinya. Segera saja ia menuruni sedikit tangga dan langsung menghampiri mobil tersebut yang mana ia pikir bahwa itu adalah Endrick dan seharusnya bersama Zsalsya.Begitu pintu mobil terbuka, langsung terlihatlah kaki Endrick yang keluar dari sana."Nak, akhirnya kamu kembali! Mana Zsalsya?" tanya Rosmala. Ia melihat ke dalam mobil dan saat itu Zsalsya pun memang hendak keluar dari mobil tersebut.Begitu Zsalsya turun, Rosmala langsung memeluk menantunya. "Akhirnya kamu kembali juga. Mama khawatir dengan keadaan kalian. Mengingat
Telepon Endrick yang saat itu sudah terhubung dengan Piryatna yang merupakan sopir kepercayaannya membuatnya bisa tahu kapan ia akan bergerak melakukan tugasnya. Setelah tahu bahwa Zsalsya ditemukan di lantai dua, sopir pribadi itu pun langsung mengajak kepada para bodyguard untuk mengikuti Endrick ke lantai atas sana. Sedangkan polisi, pada saat yang sama mereka juga masuk dan langsung menyergap. Sontak saja, semua preman yang ada di sana pun langsung berusaha kabur, termasuk Arzov. Namun sayangnya, polisi yang datang jauh lebih banyak dibanding para preman itu sendiri. "Jangan bergerak!" ujar salah seorang polisi sembari menembakkan pistol ke atas. Preman yang saat itu masih berada di sana pun langsung angkat tangan kala para polisi yang sejak awal sudah siap sedia untuk menangkap mereka kini memperlihatkan diri mereka. "Sialan! Kenapa harus ada banyak polisi!" gumam Arzov dengan kedok yang masih terpasang di kepala hingga menutup wajahnya. Namun, polisi yang bertugas la
DOORR!!!Endrick melesatkan peluru dari pistol yang dipegangnya. Sontak, polisi yang sudah bersiap pun langsung turun dari mobil dan mengepung rumah itu. Kyora tidak tahu jika rumahnya telah terkepung dan tidak memiliki jalan lagi untuk keluar.Sekalipun polisi yang mengepung, tetapi mereka tidak langsung masuk ke dalam. Para bodyguard Endrick hanya bersiap siaga di luar rumah."Serahkan Zsalsya padaku sekarang juga!" pinta Endrick. Namun, preman yang ada di sana seolah langsung siap siaga untuk menyerang Endrick. Para saat yang sama, ketika mereka hendak menyerang, Endrick melesatkan peluru ke sebuah botol kaca yang ada di sana, hingga tercipta suara berisik yang membuat para bodyguard Endrick keluar. Ketika para preman lengah karena fokusnya teralihkan kepada para bodyguard Endrick. Lada saat itulah Endrick pergi untuk mencari keberadaan Zsalsya. Endrick memplintir tangan Kyora ke belakang dan langsung menodongnya. "Cepat tunjukkan padaku di mana Zsalsya sekarang berada!" perint
"Ma, aku pergi sekarang!" pamit Endrick ketika dirinya sudah menambahkan jaket pada pakaian atasnya. "Iya, Nak!" sahut Rosmala.Mereka yang telah mengatur rencana untuk segala sesuatunya pun kemudian berangkat dari rumah itu untuk kemudian pergi menuju lokasi alamat yang ia dapatkan sebelumnya.Endrick memasuki sebuah mobil. Ia kembali mengemudi sendiri. Kali ini, ia menggunakan mobil yang lain dengan warna putih. Rosmala yang saat itu melihat Anaknya berangkat untuk menyelamatkan Zsalsya pun hanya berdo'a agar selamat dan mereka menjalankan rencana dengan baik dan berhasil, agar bisa membawa Zsalsya kembali.Setelah Endrick pergi, di belakang itu, mobil yang dikemudikan oleh para bodyguardnya ada di belakang mobil Endrick. Hanya saja, saat itu cukup berjarak. Sebab, Endrick tidak mau jika lawan menganggap bahwa Endrick datang bersama orang lain."Zsa, tunggu aku, aku datang untuk menyelamatkanmu sekarang! Kita pasti akan bersama lagi!" ujar Endrick sembari mengemudi. Pandangannya f
"Tidak tahu terima kasih! Disuapin malah dimuntahin! Makan saja sendiri, terserah kalau kamu lapar juga!" sentak Arzov. Ia menaruh piring itu di meja dan kemudian melangkah pergi dari tempat itu.Arzov segera menemui Kyora, yang mana ada janji yang belum ia tagih sekaligus belum ia dapatkan pula uang yang dijanjikannya.Zsalsya berusaha untuk melepaskan dirinya, tetapi masih susah. "Aku mau buang air! Tolong lepaskan ikatan tanganku!" pinta Zsalsya dengan tegasnya.Namun, kedua preman itu hanya saling memandang satu sama lain. Mereka seolah tengah saling melempar kode melalui pandangan mata. Memutuskan apakah harus melepaskan ikatan tangan Zsalsya atau malah mengabaikannya.Mereka juga takut jika Zsalsya ternyata membohongi mereka, untuk itulah kedua preman itu tidak mau langsung percaya begitu saja."Apa kalian mau melihat aku buang air di sini?!" tambah Zsalsya dengan sedikit ancaman halus yang membuat kedua preman itu bingung dalam memilih. Namun, tak lama setelahnya, Arzov kembal
Dalam kesendiriannya, Zsalsya hanya harus menahan rasa takut dalam dirinya kala di tempat yang gelap itu ia sendirian. Namun, kemudian sebuah pikiran berlarian di kepala."Tapi waktu itu saja aku bisa melarikan diri. Bagaimana kalau sekarang aku juga mencobanya?" batin Zsalsya dalam diamnya. Ia terus memikirkan hal itu.Zsalsya melihat ke sekeliling. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikat erat di pergelangan tangan dan kakinya itu. Tetapi, rupanya di tempat itu terdapat cctv tersembunyi. Kyora dan anak buahnya terus memantau sampai mendapat kabar dari Endrick bahwa pria itu datang ke tempat tersebut untuk menjemput Zsalsya.Semalaman Zsalsya tidak bisa tidur. Ia berusaha untuk melepaskan diri, tetapi dirinya tidak bisa membuka ikatan itu.Kyora yang memperhatikan setiap gerak-gerik Zsalsya itu hanya diam seraya menopang dagu. Sesekali ia menyungging licik dengan apa yang dilihatnya saat itu."Sekarang kamu tidak akan bisa kabur atau melepaskan diri dariku lagi. Aku tidak akan sebod
Sampai di dalam kamar, para pelayan yang ada di sana sontak mengambil kotak P3K untuk merawat luka Endrick. Lukanya sangat parah dan saking khawarisnya, Rosmala langsung memanggil dokter.Rosmala duduk di samping Endrick seraya membelai rambutnya. "Nak, kenapa ada orang jahat yang berani melakukan hal ini sama kamu?" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.Ibu mana yang tidak bersedih saat anak semata wayangnya terluka parah. "Mama tidak akan pernah memaafkan kesalahan orang yang tega melakukan semua ini!" ucapnya.Tak perlu menunggu waktu lama, dokter yang dipanggil oleh Rosmala beberapa saat yang lalu pun kemudian datang. Ia membawa alat untuk memeriksa kondisi pasiennya tersebut."Dok, tolong periksa. Saya tidak mau sesuatu terjadi pada tubuhnya!" pinta Rosmala kepada dokter itu.Dokter itu tersenyum seraya mengeluarkan alat untuk memeriksa. "Baik, biar saya periksa dulu kondisinya, ya," sahut dokter itu.Mulai dari detak jantung dan semua luka yang ada pada tubuh Endrick, semuanya dipe